Share

Bab 40 - Proyek Besar dan Teman Baru

40

"Ayah ke sininya minggu depan?" tanya Raisa.

"Iya, kerjaan Ayah pasti sudah numpuk, Bun. Banyak tender, harus dikerjakan secepatnya," jawabku sambil merangkul pundaknya.

"Tapi nanti Bunda bakal kangen berat," rajuknya.

"Tetap doakan Ayah aja. Biar selalu sehat dan dilindungi Tuhan. Agar Ayah bisa segera datang ke sini," bujukku.

Bibir Raisa terangkat dan membingkai senyum tipis. Kemudian, dia menyandarkan kepala di bahuku dengan manja.

"Ayah nggak dibekalin, nih?" candaku.

"Nanti aja, masih awal. Malu kalo kedengaran Mami sama Papi," sahutnya seraya tersenyum lebar.

"Ya, jangan berisik. Diam-diam gitu."

Tawanya seketika pecah. Aku pun terpancing untuk tersenyum. Memandangi Raisa yang sedang tergelak itu membuatku senang, karena tandanya dia tengah bahagia.

"Mana bisa diam-diam. Enggak seru," tukas Raisa, setelah tawanya menghilang.

"Iya, sih. Kurang hot," sahutku.

"Badan Bunda lagi mbulet gini, nggak bisa juga mau banyak gaya."

"Ayah justru suka, Bunda makin berisi. Tamb
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status