Share

Biaaaaaaannnn

Abian terus berlutut di kebun bunga meskipun waktu telah berlalu 5 jam lamanya. Langit mulai menampakkan gelapnya malam, dan hujan yang turun kini hanya menyisakan gerimis tipis-tipis yang menerpa wajahnya. Namun, tekad Abian tak bergeming sedikit pun.

"Kita lihat siapa yang akan mati duluan, aku atau justru harapanku," gumam Abian.

Di sampingnya, Raka tetap setia menemani sahabatnya itu. Berkali-kali ia mencoba membujuk Abian untuk kembali ke dalam rumah, mengingat wajah Abian sudah pucat dan bibirnya mulai membiru akibat dingin.

"Sudah, Bian, masuk ke dalam saja. Lihat wajahmu, sudah pucat sekali!" ujar Raka khawatir.

Namun Abian tetap keras kepala. Dia tidak mau mengalah dan bertekad untuk terus berlutut di kebun bunga itu. Dalam hatinya, Abian ingin menunjukkan kepada Diana dan anaknya betapa besar pengorbanan yang ia relakan demi mereka.

"Aku tidak akan berhenti berlutut sampai aku mati. Biar Diana dan anakku tahu kalau aku rela berkorban buat dia!" seru Abian dengan mata berkaca
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status