Diana menatap Abian yang duduk di seberang meja makan. Dia masih sibuk menyusun beberapa lauk pauk.Meskipun sudah dua tahun tidak bertemu, lelaki itu masih terlihat tampan seperti dulu, dengan rambut hitam yang rapi dan mata tajam yang menawan.Diana merasa canggung, namun tak bisa menahan rasa penasarannya. Bagaimana bisa muka Abian tak berubah sedikit pun?Padahal sekarang dirinya merasa makin terlihat tua setelah melahirkan.Tadi Diana sempat bercermin di depan kaca. Mukanya terlihat kusam. Ia juga membandingkan wajahnya yang sekarang dengan dua tahun lalu. Dulu Diana terlihag imut dengan rahang sedikit tirus.Tapi sekarang. Dari atas sampai bawah badan Diana hampir semua berubah. Terutama tubuhnya yang tidak lagi semungil dulu. Tidak gemuk. Mungkin lebih merasa dirinya lebih gembrot dari dua tahun lalu."Ehemmm!" Abian di sisi Diana berdeham."Ada apa? Kayaknya kamu dari tadi ngelirik aku terus. Apa ada yang salah dengan penampilanku Diana? Aku memang suka pake kolor dan baju tip
Setelah kecanggungan yang terjadi. Abian ikut duduk di sofa ruang televisi yang remang-remang, tangannya memegang remote kontrol yang beralih-alih antara beberapa saluran. . Tak sengaja, ia menoleh ke arah samping dan melihat sosok Diana juga menatapnya dengan rambut panjangnya yang terurai. Wajah mereka saling beradu, suasana menjadi tegang dan penuh gairah."Aku nggak bisa bisa tidur karena kepikiran kamu terus. Makanya tadi aku tanya balik ke kamu. Barangkali kamu merasakan hal yang sama kayak yang aku rasain sekarang," ujar Abian dengan suara serak, matanya tak henti-hentinya menatap Diana yang tampak cantik meski dalam suasana remang-remang.Diana menelan ludah, hatinya berdebar kencang. Sejujurnya ia merasakan hal yang sama dengan Abian. Namun, ego dan gengsinya tak membiarkannya mengakui perasaannya. Ia mencoba berpikir cepat untuk mencari alasan yang masuk akal."Aku nggak bisa tidur karena lapar," bohong Diana, matanya menatap lantai, berusaha menghindari tatapan Abian yan
"Bikin Diana hamil!"Sontak Abian membeliak."Apa kamu gila? Rencana macam apa itu? Bukannya berhasil yang ada aku bakalan diusir sama Diana dan dilaporkan ke polisi karena telah memperkosa perempuan itu," ketusnya.Sejenak Abian terdiam tak percaya saat mendengar saran dari Doni, sahabatnya yang menyarankan untuk menghamili Diana agar wanita itu tidak berhasil mengajukan perceraian. Ekspresi wajahnya menunjukkan kebingungan dan kegelisahan, tak mampu membayangkan bagaimana cara melaksanakan saran tersebut. Tapi kok rasanya Abian agak tertarik ya?"Memang agak gila. Tapi ini lebih baik daripada kamu ditikung dan gak berhasil mendapatkan apa-apa. Manfaatkan statusmu yang ada sekarang. Mumpung kamu masih suaminya. Lagi pula siapa yang nyuruh kamu perkosa bodoh! Kan kamu bisa memainkan trik tarik ulur. Goda dia. Buat dia penasaran dengan dirimu!""Kamu gila, Doni?" desis Abian dengan mata terbelalak. Doni hanya tersenyum simpul sambil menepuk bahu Abian, seolah menganggap saran tersebut
"Cih! Syarat macam apa itu?"Diana kembali berbalik badan. Apakah Abian sedang membuat lelucon. Mana bisa mereka melakukan hal seperti itu sebelum bercerai?"Ya kalau kamu tidak mau tidak masalah. Kamu boleh ajukan gugatan cerai. Silakan hidup dengan lelaki pendek jelek itu, tapi aku tidak akan membiarkan Azka jatuh ke tangan kamu. Aku akan memperjuangkan hak asuh Azka sampai titik darah penghabisan!""Mas!" Diana memekik kesal. "Kenapa? Kamu pikir aku rela melihat Azka tinggal dengan Bapak tiri? Engga Diana. Aku ini bapak kandungnya, aku bakalan cari cara untuk mendapatkan hak asuh Azka. Hati-hati saja kamu. Segalanya bisa didapatkan asal ada uang," ancam Abian.Wajah Diana terlihat berubah pucat. Sejujurnya Abian tidak mau melakukan ini. Tapi berhubung Diana menolak mentah-mentah tawarannya, Abian jadi naik pitam kembali."Tapi kalau kamu mau terima syarat dari aku, aku bakalan permudah pengajuan kamu! Biar kamu cepet-cepet nikah sama si Pendek!"Diana tak menjawab. Sepertinya dia
Sebelum Diana sempat melangkah lebih jauh, tiba-tiba Abian menarik tangannya dengan cepat. "Mau kemana? Temenin aku makan. Kalau kamu nggak nyaman, aku pakai lagi bajunya," ujar Abian sambil menatap Diana dengan tatapan memohon.Diana terdiam sejenak, melihat Abian yang mulai mengenakan bajunya kembali. Setelah itu, ia duduk kembali di kursi dan mulai menyantap semangkuk mie yang ada di depannya. Suasana di antara mereka menjadi hening, hanya terdengar suara sendok dan garpu yang saling bersentuhan.Abian mencoba merenung, mencari cara agar Diana tidak pergi ke kamar setelah mereka selesai makan. Tiba-tiba, ia mendapatkan ide dan berpura-pura kesakitan."Arghh!" teriaknya sambil memegangi kepalanya, seolah-olah merasa sakit yang luar biasa.Diana terkejut dan langsung menoleh ke arah Abian, "Kenapa? Kepalamu sakit?" tanyanya dengan kekhawatiran terpancar dari wajahnya.Abian melihat kekhawatiran di wajah Diana dan merasa lega bahwa rencananya berhasil. Namun, ia harus tetap menjaga pe
“Lunasi hutangmu!”Suara menggelar Kakek Bram memenuhi kontrakan sempit milik Firman. Lelaki tua itu bersiap menarik pelatuk untuk ditembakkan bila mana targetnya kabur lagi. Firman mengangkat dua tangannya ke atas. Dia adalah mantan orang kepercayaan Bram. Bisa dibilang dia adalah sahabat yang sudah dianggap saudara. Namun karena gelap mata, Firman menggelapkan beberapa aset milik Kakek Bram senilai ratusan juta di masa lalu. Lelaki itu berjanji akan mengembalikan, nyata sudah puluhan tahun dia main kabur-kaburan dan berhasil menghindari kejaran orang-orang Bram. “Kali ini aku tidak akan membiarkanmu lolos, Fir. Jika kau tidak bisa melunasi hutangmu, maka nyawamu harus menjadi gantinya!” seru Bram lagi. Dia yang akan membunuh lelaki sialan itu dengan tangannya sendiri.Firman menarik napas panjang. Dia melirik sebuah pintu di mana putrinya yang tidak berguna sedang bersembunyi di sana.“Tunggu sebentar. Aku sudah menyiapkan sesuatu untukmu dari jauh-jauh hari.”Lelaki itu melengga
Deretan cluster mewah menjadi pemandangan Diana untuk pertama kali setelah menempuh perjalanan kurang lebih 12 jam. Mobil yang mereka tumpangi tiba di depan gerbang hitam yang rumahnya sangat mewah. Rumah itu terlihat mirip istana dengan halaman yang cukup luas.Perjalanan dari gerbang menuju rumah menjadi pemandangan yang paling indah. Banyak lampu-lampu taman. Diana bisa membayangkan betapa indahnya bermain di taman ini jika hari sudah siang. Gadis itu berdecak kagum. Namun semua keheranannya luntur tatkala ia mengingat pernikahan yang akan dilaksanakan besok pagi. “Ehem!” Suara dehaman Bram membuat Diana tersentak. Gadis itu menoleh dengan sepasang mata sembab dan guratan lelah di antara kantung mata.“Setelah ini kamu bisa langsung istirahat Diana. Besok akan ada pelayan yang akan membangunkanmu pagi-pagi sekali,” ucap Bram. Diana hanya mengangguk tanpa bicara. Selama dalam perjalanan memang gadis itu terus diam dan hanya sesekali menjawab pertanyaan Bram. Dia merasa tidak perl
“Cih! Sepertinya kakek sangat berniat sekali ingin merendahkan harga diriku dengan cara paling menjijikan!” Abian membatin sambil mengepalkan tangannya di bawah meja.Dia memalingkan mukanya kesal saat melihat perempuan jelek yang sedang digandeng oleh Bram. Baru melirik saja Abian serasa ingin muntah, apalagi sampai melihat wanita itu dari jarak dekat. Rasanya Abian ingin mati saja ketimbang menikahi gadis kampungan bermuka tua seperti itu.Sayangnya Abian tidak bisa protes karena beberapa saksi sudah hadir. Penghulu juga sudah di depan muka. Abian tak mungkin mampu kabur karena penjagaan di tempat ini cukup ketat.Sebenarnya tadi pagi Abian sempat melakukan itu. Sayang niat buruknya diketahui para bodyguard hingga Bram ikut turun tangan. Sempat terjadi perdebatan. Kakek Bram kembali mengingatkan soal tantangan yang dilakukan Abian. Dia juga berkata tidak akan mewariskan hartanya secuil pun jika Abian masih kekeh ingin menikahi Miranda. Dan kali ini pria itu terpaksa mengalah dan me