Share

114. Tekat Yang Bulat

Rasanya hatiku begitu geram mendengar semua penuturan dari Amel. Ku pikir, Rowena benar-benar bisa menjaga dan menyayangi anakku dengan tulus, nyatanya tidak. Wanita itu hanya manis di mulut. Dia hanya wanita rubah yang pandai berbohong untuk kepentingan sendiri.

"Tapi, Bunda ...." ucapan Amel terhenti.

"Ada apa, Nak? Bicara aja sama Bunda," desakku dengan nada rendah.

Dia nampak ragu, "Saat itu, ada yang mau bantuin Amel, paman muda yang ketemu sama Amel di jalan sepi itu."

"Oh ya?" Aku mengernyitkan dahi, lalu bergantian melirik ke arah Jafar dan Jupri, mereka sama-sama menggelengkan kepala.

"Paman siapa, Sayang?" tanyaku.

"Paman itu bilang katanya mau bantu Amel untuk pulang ke rumah Bunda, tetapi paman itu enggak kembali lagi setelah pamit mau beliin Amel makanan." Aku terdiam lagi mendengar penjelasan puteriku ini. Paman? Siapa gerangan?

"Mungkin itu hanya orang yang kebetulan lewat aja, Sayang. Enggak apa-apa, kalau paman itu tahu kalau Amel udah enggak ada, pasti paman itu akan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status