Share

113. Cerita Amel 2

"Saat itu aku merasa ingin buang air kecil bunda. Terminal itu sangat ramai karena hari sabtu hari di mana banyaknya pemudik untuk pulang menjumpai keluarganya," jelas Amel.

Aku yang gemas mendengar cara putriku bercerita pun menoel hidung mancungnya. Sekilas wajah putriku itu mirip dengan Frans dan Jasen. Mereka bertiga bagai pinang dibelah tiga, aku hanya tersenyum.

"Lalu, saat Amel kembali dari toilet bis itu jalan dan meninggalkan kamu, begitukah Sayang?" tanyaku.

"Benar, Bund. Kemudian aku mulai berjalan keluar dari terminal itu sesuai arah jalannya bis," sahut Amel dengan pandangan jengah.

"Mengapa tidak naik bis yang lain, Sayang?" tanyaku labih detail.

"Bagaimana aku bisa naik bis lagi, Bund, jika semua barang dan uang saku dari asisten itu yang mengaku orang kepercayaan Bunda ikut terbawa bis itu?" ungkap Amel.

Aku langsung membekap mulutku, tidak bisa kubayangkan anak sekecil Amel yang masih berusia delapan tahun sendiri dalaam kerumunan orang asing. Aku mendekap kembali tub
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status