Share

112. Cerita Amel

Malam yang menjelang, aku bahagia karena Amel sudah sadar dan sudah mulai ceria. Ia berceloteh khas anak kecil. Aku, Jupri, dan Jafar hanya tersenyum dan terkekeh dengan celotehnya. Walaupun ia masih tak mau makan, tetapi setidaknya aku senang karena dia ada di hadapanku saat ini.

"Amel mau buah enggak?" tanya Jafar ramah.

"Buah apa, Om?" tanyanya polos.

"Mau Amel apa? Apel? Jeruk? Atau anggur?"

Amel terdiam seolah sedang berpikir, "Amel mau anggur aja deh," ujarnya kemudian.

Ia lalu memakan beberapa butir buah anggur dengan senang. Sampai akhirnya ia tiba-tiba menceritakan apa yang terjadi padanya beberapa waktu lalu.

"Bunda, tau enggak kenapa Amel bisa ada di jalan sepi itu?" ucapnya, aku terdiam bingung, lalu melirik ke arah Jafar.

"Oh, di jalan alas Saradan, Bu," jawab Jafar yang mengerti jika aku bertanya maksud Amel.

"Oh, iya? Memang ada apa, Sayang?"

Amel terdiam beberapa saat, tatapan matanya seperti menyimpan ketakutan yang terpendam. Aku menatap matanya yang tiba-tiba beremb
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status