Share

My Crazy Husband (Shireen)
My Crazy Husband (Shireen)
Penulis: Kancil Putih

Shireen

Shireen merupakan anak pertama sekaligus anak satu-satunya dari ayahnya bernama Akagani dan ibu kandungnya bernama Naisyila . Ibu kandung Shireen sudah lama meninggal, setelah beberapa jam melahirkan Shireen. 

Karena alasan meninggalnya ibunya Shireen, menjadi penyebab ayahnya Shireen sangat membencinya dan selalu menyalahkannya atas kematian istri sekaligus ibunya Shireen.

Sejak kecil, Shireen selalu diperlakukan semena-mena oleh ayahnya dan juga ibu tirinya yang bernama Sarah. Ayah Shireen menikah untuk kedua kalinya, saat Shireen menginjak umur 12 tahun, Ia menikahi sekertarisnya sendiri yang usianya masih sangat muda saat itu.

Semenjak mempunyai ibu tiri, hidup Shireen semakin terpuruk, tidak ada kenahagiaan di dalam hidupnya yang ada hanya siksaan dan tangisan yang selalu ia tampakkan. 

Shireen kecil, hanya bisa menangis meratapi nasibnya yang sangat buruk, ketika ayahnya sedang bekerja atau pun keluar kota, Shireen sering diperlakukan bak seperti seorang pembantu oleh sang ibu tirinya.

Ibu tiri Shireen bernama Sarah, wanita itu sangat senang memperlakukan Shireen dengan semena-mena, ia bahkan tidak akan segan-segan memberikan hukuman jika Shireen membuat suatu kesalahan di rumah itu.

Pernah suatu hari, Shireen tidak sengaja memecahkan gelas yang ia cuci, Sarah sedang duduk di ruang televisi saat mendengar suara benda terjatuh di dapur, dengan segera ia menghampiri Shireen yang sedang mencuci piring di dapur.

Ia berjalan cepat menghampiri anak tirinya itu. Dengan amarah yang menggebu-gebu dirinya sudah sangat tidak sabar memberikan pelajaran kepada anak tirinya. 

"Shireen!!!" Bentak Sarah yang sudah berada di ruang dapur.

Shireen yang sedang membersihkan pecahan gelas, seketika terlonjak kaget dan tidak sengaja jarinya menyentuh pecahan kaca dari gelas yang terjatuh, sehingga membuat jarinya tergores dan mengeluarkan darah yang sangat banyak.

"Mama.. maafkan Shireen, aku tidak sengaja menjatuhkannya," seru Shireen ketakutan, ia menahan perih yang ia rasakan dijarinya yang berdarah.

Sarah berjalan cepat mendekati Shireen, ketika jarak mereka sudah sangat dekat, dengan kejamnya ia menjambak rambut Shireen dengan sangat kuat, membuat kepala Shireen terdongak keatas mengikuti rambutnya yang ditarik oleh ibu tirinya.

"Mah... Ampun Ma, Shireen benar-benar tidak sengaja!!" seru Shireen kesakitan, ia berusaha berontak dari jambakan ibu tirinya.

Sarah semakin kuat menarik rambut Shireen, sehingga membuat anak malang itu dengan terpaksa berdiri mengikuti arah rambutnya yang terjambak.

"Dasar anak sialan!! Berani-beraninya kamu memecahkan gelas-gelasku, hah!!" Bentak Sarah dengan marah.

Shireen meringis kesakitan.

"Ampun Mah, Shireen benar-benar tidak sengaja menjatuhkan gelasnya, Kepala Shireen sakit, Ma, tolong lepaskan," ujar Shireen memohon. 

Ia menarik tangan ibu tirinya agar melepaskan jambakan pada rambutnya.

Sarah tidak memperdulikan alasan yang di katakan oleh Shireen, ia tetap menjambak rambut Shireen semakin kuat.

"Banyak alasan!! Kamu itu memang sangat ceroboh, sudah berulang kali kamu memecahkan barang-barang kesaynganku! Kamu pantas diberi hukuman yang setimpal!!" serunya dengan geram. 

Sarah menarik rambut Shireen dan menggeretnya menuju kamar mandi. Dengan kasar ia menghempaskan tubuh Shireen keatas lantai kamar mandi yang sangat dingin.

Shireen jatuh terduduk dilantai yang basah, pakaiannya pun ikut basah terkena air yang ada di lantainya. Ia menangis dengan tersedu-sedu.

"Maafkan Shireen, Mah. Shireen janji tidak akan mengulanginya lagi, jangan hukum Shireen Ma!!" seru Shireen memohon sembari memeluk kedua kaki ibu tirinya.

"Lepaskan kaki saya!! Kamu pantas untuk dihukum!! Dasar anak sialan!" teriak Sarah, ia menendang tubuh Shireen hingga terpental kebelakang, membuat kepala Shireen terbentur tembok kamar mandi.

Dengan kuat ia membanting dan menutup pintu kamar mandi dengan kencang, dan segera menguncinya dari luar.

"Mampus lo anak pembawa sial!!" teriak Sarah puas. Ia membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan pintu kamar mandi tempat Shireen terkunci di dalamnya.

Shireen bangun dari duduknya, ia berlari mendekati pintu dan menggedornya dengan kuat. 

"Ma!! Tolong buka pintunya!! Maafkan Shireen, Ma!!" teriak Shireen memohon.

Ia menggedor pintu kamar mandi dengan kencang sembari memanggil ibu tirinya yang sudah kembali duduk di sofa depan tv dan kembali melanjutkan menonton drama serial luar negeri, tanpa menghiraukan jeritan Shireen yang memanggilnya dan memohon kepadanya agar di bukakan pintu.

"Ma!! Maafkan Shireen!! Buka pintunya Ma!! Shireen kedinginan!!" teriak Shireen dengan putus asa. Ia menangis tersedu-sedu meratapi nasibnya yang sangat sial. Ingin rasanya Shireen mengakhiri saja hidupnya, dan menyusul ibu kandungnya yang sudah lebih dulu meninggalkannya.

"Bunda, kenapa hidup Shireen menjadi seperti ini? Mengapa tidak sekalian Bunda membawa Shireen bersama ke surga??" tanya Shireen yang masih saja menangis meratapi nasibnya yang malang.

Berjam-jam Shireen terkurung di dalam kamar mandi, ia terduduk sembari menyender ke dinding kamar mandi. Tubuhnya menggigil kedinginan, bibirnya sudab berubah menjadi berwarna pucat.

Shireen terus-terusan memanggil Bundanya dan minta untuk dijemput dan dibawa bersamanya.

"Bunda!! Bawa Shireen bersamamu, Shireen sudah tidak tahan lagi Bunda!!" seru Shireen. 

Tubuhnya bergetar hebat dan sudah sangat lemah. Karena sudah tidak tahan, akhirnya ia ambruk dan tergeletak di ubin kamar mandi.

Sarah yang baru saja selesai menonton drama favoritnya, akhirnya berdiri dan hendak kembali menghampiri Shireen yang berada di kamar mandi. Ia berjalan dengan cepat mendekati kamar mandi tersebut.

Setelah dalam jarak yang sangat dekat, ia menggedor pintu kamar mandi dengan sangat kuat.

Dorr... Dor.... Dor....

Suara pintu yang digedor dari luar.

"Shireen!!!!" Panggil Sarah.

Ia heran mengapa tidak ada sahutan dari dalam. Sekali lagi ia menggedor pintunya untuk memastikan. Tetapi tetap saja tidak ada sahutan dari dalam kamar mandi. Karena panik, Sarah langsung membuka kunci kamar mandi dan lekas membuka pintunya.

Ia sangat terkejut saat pintu kamar mandi terbuka lebar, matanya melotot saat melihat ke dalam kamar mandi tersebut, tubuhnya terasa kaku dan seketika rasa panik menghinghapinya.

"SHIREEN!!!" Teriak Sarah panik.

Sarah berlari cepat, ia menghampiri tubuh Shireen yang tergeletak tidak berdaya di atas lantai. Ia menggoyangkan tubuh Shireen dengan kuat guna membangunkannya.

Dirinya sangat panik saat anak itu tidak menunjukkan respon apapun. Saras kembali meneriaki namanya.

"Shireen!! Bangun kamu!! Jangan buat saya panik!!" teriak Sarah membangunkan Shireen. Ia menyentuh tubuh Shireen yang sangat dingin, dan seketika ia tersentak kaget karena tubuhnya benar-benar dingin sudah seperti orang yang meninggal. 

Sarah semakin panik. 

"Astaga!! Tubuhnya kenapa terasa sangat dingin sekali!!" seru Sarah terkejut. Dengan buru-buru ia mengangkat tubuh Shireen hendak membawanya keluar dari kamar mandi itu. Ia mengambil handuk ynag tersampir di dinding, dan membalutnya ke tubuh Shireen yang dingin. 

Sarah menggendongnya dan membawanya keluar, menuju ke kamar Shireen. Setelah berada di dalam kamar Shireen, Sarah langsung melepas semua pakaian Shireen yang basah, ia mengelap tubuhnya dengan handuk kering, setelah semuanya sudah kering dan kembi hangat, Sarah langsung memakaikan pakaian yang hangat untuk Shireen.

"Ya ampun, ini anak nyusahin sekali sih," gerutu Sarah kesal. Kedua tangannya menggosok tangan Shireen untuk memberikan kehangatan padanya.

"Shireen, cepatlah bangun!!" seru Sarah, ia kembali memanggil nama anak itu sembari menepuk-nepuk pipi Shireen dengan kuat, sehingga membuatnya sedikit memerah.

"Mampus gue!! Kalau nih anak sampai mati, bisa-bisa gue masuk penjara, dan Mas Gandhi pasti akan meninggalkan gue!!" seru Sarah ketakutan.

Karena panik, ia buru-buru menelepon ambulance dan menyuruhnya datang untuk menjemput Shireen dan membawanya dengan cepat ke rumah sakit terdekat.

Sarah berjalan mondar mandir di dalam kamar Shireen, ia selalu memperhatikan pergerakan dari anak itu, tetapi sama sekali belum ada pergerakan dari Shireen, ia masih tertidur dengan lelap.

"Aduh kenapa lama sekali sih, ambulancenya, bisa-bisa keburu mati ini anak!!" seru Sarah kesal. Ia kembali menelepon pihak petugas ambulance dan bertanya sudah sampai dimana mereka. Ia menyuruhnyabagar lebih cepat datang ke rumahnya. 

Sarah mendekati tubuh Shireen yang masih saja belum sadar dari pingsannya, ia menempelkan punggung tangannya ke atas kening Shireen.

"Ya Tuhan, panas sekali dahinya!!" seru Sarah terkejut. Ia melotot tidak percaya karena sebelumnya tubuh Shireen masih terasa dingin, tetapi sekarang sudah berubah menjadi panas.

"Sialan!! Kenapa lama sekali sih itu ambulance, memangnya rumah ini di ujung kulon apa, sampai butuh waktu berapa jam hingga sampai disini!!" seru Sarah kesal, ia bertambah panik.

Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya ambulance sampai di rumah mereka.

Saras buru-buru membukakan pintu rumahnya dan mempersilahkan kepada para perawat dan petugas masuk ke dalam untuk membawa tubuh Shireen yang lemah.

"Permisi Nyonya, dimana pasien yang akan kami bawa?" tanya salah satu perawat yang baru saja datang.

"Ah Iya, silahkan suster, anak saya sedang terbaring di kamarnya," jawab Sarah, ia menunjukkan arah kamar Shireen dan mengantarkan mereka.

Setelah tubuh Shireen di pindahkan keatas ranjang rumah sakit, Para petugas kesehatan segera memasukkannya ke dalam mobil ambulance.

"Maaf Nyonya, apakah anda ibu dari pasien ini?" tanya sang perawat.

"I.. Iya Suster, benar saya ibunya," jawab Sarah tergagap.

"Baiklah kalau begitu, silahkan ikut kami ke rumah sakit sekarang untuk menemani pasien," ajak sang perawat.

"Iya, suster. Kalau begitu tunggu sebentar, saya akan mengunci rumah saya terlebih dahulu," jawab Sarah yang langsung berlari, bergegas mengunci pintu rumahnya.

Setelah semua ia pastikan aman, Sarah langsung berlari menuju mobil ambulance, dan masuk ke dalam mobil tersebut menemani Shireen yang terbaring di atas ranjang dengan kedua mata terpejam.

Salah satu perawat memasangkan selang oksigen di hidung Shireen, sedangkan yang satunya lagi, sibuk memasang selang infus di tangan Shireen.

"Ya ampun, Kenapa tubuhnya sangat dingin sekali, Nyonya? sebenarnya apa yang sudah terjadi?" tanya sang perawat penasaran.

Sarah tersentak, dia bingung mau menjawab apa. Tidak mungkin ia mengatakan yang sejujurnya, bisa-bisa ia akan di laporkan ke pihak berwajib.

"Saya tidak tahu, Suster. Dia tadi sedang mandi, karena lama tidak keluar dari kamar mandi, akhirnya saya menggedor-gedor pintunya dan ketika pintu kamar mandi terbuka, saya melihat anak saya sudah tergeletak lemas di lantai kamar mandi," ujar Sarah menjelaskan dengan berbohong.

"Astaga!! Pasti anak ini sudah terlalu lama kedinginan di kamar mandi, sehingga tubuhnya sekarang sangat dingin," tebak sang Suster.

"Iya, kemungkinan begitu Suster. Sa.. saya sangat menyesal sekali, karena terlalu sibuk mengurus rumah sampai tidak memperhatikan anak saya," ujar Sarah sembari pura-pura bersedih agar menggaet simpati dari sang Suster.

"Ibu yang sabar ya, Anak ibu pasti sembuh, kami akan memberikan pertolongan yang terbaik," kata Suster tersebut, yang menenangkan Sarah.

"Terima kasih, Suster. Tolong sembuhkan anak saya, Sus, saya tidak bisa hidup tanpanya," seru sarah yang pura-pura menangis.

"Baiklah, Bu. Kami akan berusaha sebaik mungkin," jawab sang Suster.

Setelah sekian lama melalu perjalanan yang lumayan panjang, akhirnya mobil ambulance tersebut sampai di rumah sakit yang mereka tuju.

Setelah sampai di loby UGD, sang petugas langsung turun dan membuka pintu belakang mobil.

Beberapa petugas yang sudah menunggu kedatangan mereka, langsung buru-buru membantu mengeluarkan ranjang yang Shireen tempati, dan segera membawanya ke ruangan UGD.

Sarah hendak masuk ke dalam ruangan tersebut, tetapi di cegah oleh seorang perawat.

"Maaf, ibu. Anda tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruangan, silahkan tunggu disini saja dan segere ke bagian administrasi untuk mengurus biaya sang pasien," ujar sang Suster mengingatka.

"Baiklah, Suster. Saya akan mengurus bagian administrasinya, tapi toling selamatkan anak saya, Sus!!" seru Sarah memonon.

"Baiklah, Bu. Kami akan menolongnya dengan sekuat tenaga," jawab Suster tersebut memberikan janji kepadanya.

Setelah yakin bahwa Shireen akan ditangani dengan baik, Sarah akhirnya melenggang pergi, ia berjalan menuju bagian administrasi, untuk mengurus berkas keuangan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status