Kabin mobil terasa hangat seiring penumpang yang dirasa lengkap. Ny Dhapne benar-benar menang banyak. Sengaja memilih duduk di belakang bersama Sofia agar bisa leluasa melihat cucunya dan gadis pilihannya tersebut berdekatan. Hati wanita tua itu benar-benar bersorak. Bahkan sesekali lemparan senyum Gery pada Eve saat berbincang pun dimaknai sebagai romantisme yang sangat manis.Seolah tak pernah kehabisan kata, Ny Dhapne terus mengajak muda-mudi di depannya tersebut berbicara. Membahas tentang perkembangan bisnis serta langkah-langkah apa yang akan diambil ke depan?Bertambah besar rasa kagum wanita tua itu saat Eve mengutarakan ide-ide cemerlangnya. Bukan hanya Ny Dhapne, Gery pun akhirnya mengakui bahwa gadis disampingnya memang pantas diberi kedudukan istimewa. Tak terasa senyumnya terbit. Mata elangnya melirik sesekali dan tentu itu membuat Ny Dhapne yang memantau dari kaca spion tersenyum geli."Kalian benar-benar serasi." Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Ny Dhapne mem
Eve baru saja menikmati kucuran air dingin di kepala saat ibunya mengetuk pintu. Gadis itu cepat mematikan keran agar bisa mendengar suara sang ibu di luar. "Iya, Bu?" Suara Bu Kate sangat tidak jelas karena pintu kamar dikunci dari dalam. Eve berdecak. Jalan satu-satunya adalah segera mengakhiri aktivitasnya dan lekas keluar. "Iya, Bu?" Eve kembali bertanya setelah tubuhnya terbalut handuk piama, namun di detik selanjutnya sepasang mata cokelat itu membeliak saat melihat siapa yang sedang bertamu, dan sialnya mata tajam itu kini malah melihatnya. "Ehem." Bu Kate berdeham yang tentu saja membuat Eve sadar dan segera kembali masuk ke dalam kamar. Gadis itu menyisir rambut sembari menggerutu, sebab ini masih sangat pagi, tapi Gery sudah menjemput. Hari-harinya setelah mendapat kabar bahwa Nyonya Daphne sakit benar-benar tidak lagi bebas, lantaran Gery nyaris selalu hadir dalam kehidupannya. Setiap waktu. Setelah memasang penunjuk waktu ke pergelangan tangan kirinya, dan menyemprotk
Kemenangan kecil tetap harus dirayakan. Kabar gembira hari ini adalah dirinya lagi-lagi mampu menyabet angka pertama, dari sepuluh model terbaik dunia di Tokyo.Setelah berpesta dengan dewan-dewan entertainment di gedung Hibiya, malam ini Cheryl ingin berendam dengan air susu terbaik Jepang, sembari menikmati aroma lembut dari lilin bunga lavender. Semua telah disiapkan, tapi tunggu dulu, tenggorokannya terasa kering.Dengan langkah elegan yang beberapa tahun ini berhasil memikat para penikmat body goals, Cheryl mendekati lemari es. Mengambil minuman dingin dan menenggaknya perlahan.Gadis itu memejam, menikmati sensasi dingin yang mengalir di tenggorokan. Tetapi tidak lama, dering ponsel memaksanya menghentikan teguk demi teguk minuman bersoda di tangan.Namun, mata itu mengernyit ketika yang terpampang di layar adalah nama Amanda, sahabatnya. Sudah terlanjur meninggalkan minuman dinginnya di mini bar, jadi mau tidak mau video call itu harus diangkat."Ya?" Cheryl memasang senyum seb
Rasa yang belum sepenuhnya hilang, itulah yang membuat tangan Dave mengepal kuat. Seperti rencananya kemarin, pagi ini pria itu telah standby di pelataran kantor. Jaket kulit berwarna hitam dan celana jeans menjadi kostumnya hari ini, tak ketinggalan topi MLB dan masker berwarna senada menjadi pelengkap penyamarannya. Jelas dengan semua itu baik Eve maupun Gery tak mengenalinya. Mereka terus berjalan dengan bergandengan tangan melewati Dave begitu saja."Terkadang aku sampai bosan mendengar Oma bercerita tentang dirimu. Padahal dia tahu, yang lebih sering bertemu dengan kamu adalah aku. Ah, apa memang semua orang tua seperti itu? Ceritanya berputar-putar terus."Dave melihat Eve tergelak sebab ocehan Gery. Bahkan gadis itu tak segan memukul pria itu dengan gemas. Jelas, melihatnya Dave semakin merasa panas.Tidak mungkin ikut masuk ke dalam kantor, Dave memilih duduk di kantin yang tak jauh dari gedung raksasa itu berdiri. Tak peduli berapa lama akan menunggu, rencananya harus berjala
Jika sarapan di rumah keluarga Foster sebelumnya adalah hal yang tabu, kini rasanya sudah tidak lagi. Sejak Eve meninggalkan roti bakar dan susu almondnya tempo hari, gadis itu sudah tak terhitung bergabung menikmati menu-menu ringan bersama Gery dan Nyonya Daphne di pagi hari. Seperti halnya saat ini. Eve dengan santai mengunyah potongan sandwich terakhirnya, dan setelah semua tertelan gadis itu meraih air putih hangat yang tidak jauh dari tangan kanannya berada. "Bagaimana Eve terkait projek dengan Tuan Edward?" Nyonya Daphne menaruh tissue yang baru saja digunakan untuk mengelap bibirnya ke atas piring kotor di hadapan. "Kabarnya, pesanan tiga kontainer kemarin mendapat nilai positif." Eve menaruh gelasnya. Bibir dengan lipstik pink nude itu tersenyum indah. "Ya, Nyonya. Setelah melihat kualitas produk kita, Tuan Edward memutuskan hanya akan menerima pasokan barang dari Vinestra Corp. Dan rencananya, minggu depan ia akan menambah pesanan lima kontainer ukuran 40’." "Wah." Mata N
Ucapan Gery kemarin masih terus terngiang-ngiang di kepala Eve. Tiap mengingat bagaimana sang Bos memakinya kemarin membuat emosi Eve memuncak sampai ubun-ubun. Dasar pria gila! Apa maksudnya meneriaki Eve seperti itu?!Eve sama sekali tak mengerti mengapa Gery tiba-tiba marah meledak-ledak dan memakinya tanpa alasan. Rasanya Eve ingin menampar pipirnya setiap mengingat momen menyebalkan itu.“Huh, dasar aneh! Andai aku bisa memukul wajahnya sekali saja pasti sudah kulakukan!” gerutu Eve sambil membanting berkas-berkas ke atas mejanya.Selama berada di kantor sebisa mungkin Eve menghindari bertatap muka dengan Gery. Meskipun cukup sulit dilakukan karena pekerjaan mereka yang saling terkait, yang jelas Eve tidak ingin berbicara dengan Gery kecuali tentang pekerjaan.Seakan-akan kedekatan mereka beberapa hari belakangan ini tidak berarti apapun. Padahal Eve mengira hubungan mereka bisa berkembang menjadi sesuatu yang lain.“Ah, tidak, tidak. Apa yang kupikirkan?!” makinya pada diri send
Cheryl menuang sampanye ke dalam gelas sembari memandangi jendela kaca besar yang menghadap ke Menara Eiffel. Cahaya dari menara tersebut tampak kontras dengan langit malam yang sedikit berawan.Berkali-kali ia melirik ke arah ponsel yang tergeletak di meja, menanti sebuah panggilan dari seseorang yang sudah ia tunggu seharian ini. Sampai tak lama kemudian ponselnya berdering.Cheryl langsung meletakkan gelas berisi sampanye dan menyambar ponselnya. Suara seorang lelaki yang familiar terdengar di ujung telepon.“Rencana kita berhasil,” ucap Dave yang membuat Cheryl tersenyum lebar.Tidak sia-sia ia menggelontorkan uang untuk menebus Dave keluar dari penjara. Tugas yang ia berikan pada lelaki itu pasti akan selalu berhasil. Karena itu Cheryl berani menjamin Dave untuk keluar dari penjara.“Bagus, tidak sia-sia aku membayar mahal untukmu.” Cheryl menyeringai lebar. Ia tidak bisa diam saja ketika Gery dekat dengan seorang wanita selain dirinya. Cheryl merasa sangat tidak terima, apalagi
Seharian Cheryl tidak bisa fokus pada pekerjaan karena gelisah memikirkan Gery yang dekat dengan perempuan lain di sana. Meksi rencananya dengan Dave sudah berhasil membuat Gery dan Eve merenggang, tapi tidak ketika di hadapan Nyonya Daphne. Ia membutuhkan sesuatu agar hubungan Gery dengan Eve benar-benar putus. Mustahil Cheryl menghasut Nyonya Daphne, wanita tua menyebalkan itu tidak mudah untuk dibodohi. Tunggu dulu, bagaimana kalau ia membuat salah satu dari mereka pergi? Cheryl harus menegaskan Eve tengah berhadapan dengan siapa. Dengan begitu perempuan tak tahu diri itu pasti akan mundur, bukan? Cheryl menarik sudut bibirnya ke atas, lalu menarik ponselnya dari dalam tas jinjing. Sementara itu Eve tengah sibuk mengerjakan pekerjaannya di kantor, ia bahkan tidak sempat memikirkan tentang hubungannya dengan Gery yang semakin menjauh. Seharian ini saja ia hanya berbicara tentang pekerjaan pada Gery, tidak lebih. Ponsel Eve tiba-tiba berdering ketika ia tengah menyantap bekal maka