Perjalanan yang memakan waktu beberapa jam pun telah usai. Mereka tiba di sekolah dengan selamat. Ada rasa lega dari sebagian besar peserta study tour tak terkecuali guru pendamping yang sejak pagi sudah dibuat ketar ketir dengan ulah orang tak bertanggung jawab.
"Ayo". Ajak valdo bermaksud ingin mengantar amara ke rumahnya."Kemana?". Jawab amara polos."Ya mengantar kamu pulang. Memang mau kemana lagi?"."Nggak usah. Terima kasih. Kamu sendiri juga pasti capek kan. Apalagi semalam kamu sempat hipotermia, jadi hari ini kamu istirahat saja"."Tapi..."."Nggak ada tapi tapian. Kali ini kamu harus menuruti perintah saya. Oke"."Tapi..."."Sudah sana kamu pulang. Saya juga mau cepat cepat pulang. Capek, ngantuk pula"."Tapi..."."Tapi apalagi?"."Astaga silv. Kamu itu kenapa jadi cerewet begini sih". Valdo gemas sendiri melihat kelakuan amara.Amara hanya tertawa renyah. Tak bisa dipungkiri jika tiba tiba saja ia sangat cerewe"kamu udah lama nunggu?". Amara tiba di depan gerbang rumahnya. Menghampiri valdo yang sesuai janji pagi ini telah menjemputnya untuk berangkat bersama ke sekolah."Nggak kok. Kalau buat nunggu kamu, seumur hidup pasti aku tunggu".Amara mengedipkan matanya berkali kali. Meresapi apa yang valdo katakan barusan. Benarkah yang berada di depannya adalah rivaldo vinza aditya, pemuda yang selama ini dikenal dingin oleh siapapun.Sejak kapan pemuda ini terlihat sangat lihai menggombal. Baru juga resmi berpacaran beberapa hari, valdo sudah menunjukkan perubahan yang sangat signifikan.Dari yang tak lupa mengingatkan makan, istirahat, sedang apa sekarang sampai obrolan tidak jelas pun mereka bicarakan. Sepertinya kesan dingin pada diri valdo seketika musnah terbang entah kemana.Justru kesan yang amara rasakan sekarang adalah pemuda hangat, penuh perhatian, kadang manja dan posesif tentunya."Kamu sakit?". Amara menempelkan telapak tangannya ke dahi valdo. Meya
Siang ini, andri sedang duduk sendirian di cafe. Menyeruput cappucino hangat miliknya. Menunggu seseorang yang sebelumnya telah ia hubungi.Sesuai kesepakatan, mereka akan bertemu siang ini di cafe yang letaknya agak jauh. Entah apa alasan gadis yang ingin ditemuinya itu memilih tempat ini. Apakah ada hubungannya dengan pemuda yang pernah ia lihat sebelumnya, entahlah.Andri mengeluarkan ponsel dari kantung celananya, membuka pesan yang tertera disana.[Amara]"Andri, apa kabar? Apa kamu sedang sibuk?".[Andri]"Tidak. Santai saja. Apa kabar kamu?"."Lama kita tidak bertukar kabar".[Amara]"Maaf, akhir akhir ini kerjaan saya sedang menumpuk"."Beberapa chat kamu banyak yang tidak terbalas".[Andri]"Iya, aku mengerti dengan kesibukan kamu. Ngomong ngomong ada apa amara?".[Amara]"Mm... saya mau memberikan jawaban atas pertanyaan kamu tempo hari. Saya merasa memiliki hutang dengan mu"."Bisakah kita bertemu
Langkah ringan menyertai keberangkatan amara ke sekolah di pagi yang cerah hari ini. Bagaimana tidak, hilang sudah satu bebannya. Sekarang berkurang sudah rasa bersalahnya terhadap valdo kekasihnya. Tinggal masalah identitas aslinya yang masih mengganjal sampai sekarang.Segera, setelah kasus ini berakhir amara akan memberi tahu valdo semuanya. Mulai dari identitas diri sampai kondisinya saat ini yang merupakan anak yatim piatu.Mungkin dalam hal ini mereka berdua ada persamaan, sama sama telah ditinggalkan oleh kedua orangtua. Bedanya, amara adalah seorang polisi yang menyamar. Dan pekerjaan itu sangat beresiko tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga bagi orang orang disekitarnya.Apakah valdo akan tetap menerima dirinya di saat pemuda itu tahu semuanya. Entahlah, amara belum mau memikirkan hal itu. Fokus utamanya saat ini adalah bagaimana agar secepatnya bisa mengetahui identitas asli killian ini.Memang akhir akhir ini belum ada lagi kejadian penyerangan d
[valdo]"Kamu yakin besok benar benar mau bolos?"Satu pesan masuk di ponsel amara. Tak terasa malam sudah menyapa. Seharian ini gadis itu sangat di sibukkan dengan berbagai hal yang harus ia laporkan kepada atasan. Rapat dadakan dan koordinasi tentang persiapan penyergapan satu minggu lagi.Sebenarnya valdo diam diam sudah mulai mencurigai amara. Akhir akhir ini gadis itu terlihat sangat sibuk dengan alasan keluarga. Sejak teror pertama yang muncul, dari situlah amara terlihat agak aneh.Hanya ia yang tidak terlihat panik di tengah ketakutan yang sedang dirasakan para siswi saat mendapat surat itu. Lalu sekarang disaat teror kedua berlangsung, amara pun terlihat sangat siap menghadapinya walau kemungkinan dalam kepalanya sedang memikirkan hal itu.Apakah amara ada hubungannya dengan semua kejadian ini.[Amara]"Iya. Malah sekarang saya sedang siap siap untuk berangkat besok"."Memangnya kenapa?".Amara sedang memilih pakaian apa yang aka
"selamat malam tante". Ruben baru saja sampai di rumah.Tante mayang yang sedang menonton tv segera melihat keponakannya. Sepertinya akhir akhir ini lebih sering keluar.Apa usahanya mendekati gadis yang bernama silvie berjalan lancar. Tapi raut wajahnya tidak terlihat seperti seseorang yang sedang jatuh cinta.Mayang bisa melihat perubahan dari diri keponakannya walau pemuda itu tidak cerita apa apa. Sebagai seorang tante yang selama ini merawat ruben dari kecil, ia merasakan ada yang aneh dengan pemuda itu."Tumben kamu baru pulang jam segini". Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Tak biasanya ruben keluar sampai larut malam, paling biasanya jam 10 malam ia sudah ada rumah."Aku ada urusan sama teman tan". Baru saja ruben mau berjalan ke kamarnya, mendengar pertanyaan dari tante mayang ruben menghentikan langkah kakinya."Tapi kok akhir akhir ini kamu sering keluar malam. Nggak baik loh bawa anak orang sampai larut malam hampir tiap hari".
"Hmm... indah sekali". Amara memejamkan mata sambil menikmati hembusan angin yang menerpa.Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang memakan waktu beberapa jam, amara dan valdo sampai juga di salah satu pantai di daerah banten.Mereka sedang duduk santai di gazebo yang tersedia. Sambil menikmati angin yang menerpa wajah dan tubuh, memberikan ketenangan bagi siapapun yang datang kesana.Bosan dengan hiruk pikuk ibukota yang padat, serta beban pekerjaan yang menguras pikiran. Inilah momen yang dibutuhkan bagi siapapun yang mendambakan ketenangan.Apalagi di temani oleh orang terkasih.Kalau di ingat ingat sekarang adalah kencan resmi perdana mereka berdua. Sambil menatap dengan penuh cinta, kini kedua insan yang sedang di mabuk asmara itu sangat menikmati momen kebersamaan mereka."Kamu senang?". Melihat kegembiraan di wajah amara saja sudah bisa membuat valdo bahagia."Hmm... Sangat"."Terima kasih karena kamu telah membawa ku ke tempat ini". L
“jangan bilang kalau kamu mau mengambil kesempatan seperti waktu itu?”. mata amara membola. Padahal tujuan mereka berdua adalah pantai yang otomatis harus membawa baju ganti.“tujuan apa maksudmu?”.“wa… waktu kita bermalam di kebun sawit”. Suara gadis itu seiring melemah mengingat kejadian waktu itu.“ah yang itu. Nggak. Aku nggak berpikir sampai sana”.Valdo menambahkan, “justru kamu lah yang mengingatkan ku dengan kejadian malam itu”.“dan satu lagi, bukankah waktu itu kamu yang berinisiatif untuk melakukan ‘kesempatan’ itu?”. Benar juga sih apa yang valdo bicarakan barusan. Tapi hal itu spontan amara lakukan untuk menyelamatkan pria yang ia cintai.“itu…”.“sudahlah. Lagi pula kali ini aku akan baik baik saja”.“kamu yakin?”.“hmm… karena kondisi saat ini berbeda dengan wa
“Tante masak apa hari ini?”. Ruben menghampiri tante mayang di dapur.Saat pulang ke rumahnya, tiba tiba tercium aroma yang menggugah selera. Niat hati ingin langsung ke kamarnya, tapi perut dan kakinya menghianati. Alhasil kini ruben telah berada di dapur.Melihat tantenya sedang berkutat dengan berbagai masakan, muncul niat jahil di pikiran pemuda itu. Tampaknya saking serius memasak, membuat tante mayang tidak menyadari kehadiran ruben dibelakangnya.Pletak…“astaga”. Refleks tangan mayang yang masih memegang spatula menghantam kepala ruben dengan keras.“aduh, sakit tante”. Ruben mengelus kepalanya yang di pukul mayang. Sial, niat hati ingin menjahili, malah kena pukulan.“lagian kamu tuh ngagetin tahu nggak. Tiba tiba ada dibelakang. Tante pikir kamu siapa”. Mayang membalikkan tubuhnya, meneruskan kegiatan memasak yang sedikit lagi selesai.“habis tante serius banget ma