Share

4. Pertemuan Kedua

Di luar dugaan, rupanya pertemuan dengan River terjadi besok sore. Terry langsung meminta pada River untuk mengkosongkan waktunya.

Semuanya terjadi begitu cepat. Telepon Bree pada pagi hari ke nomor ponselnya, undangan langsung ke ruangan River Clayton di CL Headquarters. Sierra tidak sempat berpikir akan mengenakan setelan apa karena langsung berangkat dari kantornya.

Ruangan River terletak di lantai 30. Untuk sampai ke lantai tersebut, butuh kartu akses khusus karena pengamanannya yang amat ketat. Beberapa kali bahkan Bree melakukan konfirmasi wajahnya untuk masuk ke pintu berikutnya.

Satu fakta yang Sierra amati selama masuk ke dalam gedung ini, para pekerja wanitanya didominasi oleh wanita berambut pirang. Muncul rasa tidak percaya diri yang menyelinap dalam dada Sierra.

Namun sedetik kemudian Sierra menggeleng. Tujuannya ke sini adalah mengajak River sebagai narasumbernya.

Setelah lima menit berjalan di koridor lantai tersebut yang tiada habisnya, sampailah Sierra di ruangan paling ujung.

Ini adalah kali pertama keduanya saling menatap satu sama lain dengan jeda waktu yang cukup lama.

Tidak seperti wanita kebanyakkan yang ditemuinya, hanya Sierra yang tidak terlalu berusaha untuk membuatnya terkesan. Sierra hanya mengenakan blus pink pastel dan celana bahan berwarna putih tulang.

Jika para wanita lain cenderung bangga juga percaya diri bisa memasuki ruangannya, Sierra sering terlihat gugup di hadapannya. Beberapa kali River perhatikan wanita itu sudah menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga kirinya.

“Bagaimana kemeja yang kemarin? Aku bisa menghilangkan nodanya,” tanya Sierra dengan nada khawatir.

Please, have a sit,” seru River mempersilakan Sierra duduk terlebih dahulu.

Bree yang baru saja mengantar Sierra masuk ke dalam ruangan River segera mengambil mantel pink coral yang dibawa Sierra, “Anything you want, Miss?” tanya Bree.

Milk tea, boleh,” seru Sierra kemudian duduk dengan kikuk.

Bree mengangguk lalu meminta izin keluar dari ruangan. River hanya menggeleng sambil memiringkan bibirnya. Astaga, hal pertama yang ditanyakan wanita ini adalah keadaan kemejanya?! Yang bahkan River saja sudah lupa bagaimana nasibnya.

“Wah, kau ternyata mengingat pertemuan kita kemarin?” seru River lalu duduk sambil membuka map yang berisi laporan latar belakang Sierra yang baru sempat dilihatnya.

Sierra mengangguk, “Ya meski pun kau bilang tidak apa-apa, a-aku tetap merasa bersalah.”

“Aku akan membicarakan soal kemeja itu di lain hari saja, Nona Harper.” River menaruh laporan tersebut di meja lalu menatap Sierra lekat-lekat. “Apa kau kekasih Terry sampai berhasil melobinya untuk menyiapkan waktu denganmu?” River berdiri lalu duduk di sisi kiri meja yang dekat dengan kursi yang tengah Sierra duduki.

“Apa?” Sierra tersentak kaget. “Bukan seperti itu hubungan kami. Bagaimana ya, aku dan—”

“Baguslah kalau begitu,” potong River di tengah usaha Sierra menjelaskan dengan gugup juga terbata-bata. Pria itu masih menatap Sierra lekat-lekat seolah tengah menginginkan sesuatu darinya.

Sierra sampai kehilangan kata-kata. Apa yang sebenarnya tengah River lakukan padanya? Pria itu tengah menggodanya?

Sekali lagi Sierra menyadarkan dirinya pada kenyataan. Standar wanita River Clayton pasti tinggi. Lihat saja para karyawan wanita yang nampak seperti model Victoria’s Secret. Sierra pasti jauh dari kriteria, bukan?

“Aku ingin memintamu hadir sebagai narasumber di acara TV Be Inspire. Kau tahu tidak acara yang tayang setiap jumat dan sabtu pukul tujuh malam di ABC?” terang Sierra yang mulai menunjukkan ekspresi serius dan tidak gugup seperti beberapa saat lalu. “Apa kau bersedia Tuan Clayton?”

River nampak berpikir sesaat. Tangan kiri pria itu diletakkan pada dagu terbelahnya yang kerap menjadi salah satu pesonanya yang sulit ditolak wanita. Tapi Sierra tidak sedikit pun bergeming.

Ajaibnya lagi, River tidak menemukan tatapan penuh gairah seakan ingin menerkamnya seperti wanita lainnya. Sierra nampak tenang seperti danau di rumah musim panasnya.

“Biasanya aku selalu menolak wawancara seperti ini. Apalagi untuk acara TV yang kerap menggunakan omong-kosong untuk memojokanku.”

“Aku akan memastikan itu tidak akan terjadi, Tuan Clayton. Program yang kupegang ini tidak berisi gosip semata, tapi fakta sebenarnya. Tujuan program ini juga untuk menginspirasi banyak orang.”

River terkekeh, “Apa aku terlihat sudah memberi perdamaian dunia secara cuma-cuma?”

Di luar dugaan rupanya River memilik sisi humoris seperti ini. Setidaknya begitu yang dipikirkan Sierra. Jadi wanita itu menanggapinya dengan tersenyum juga.

Sumpah, River sampai tidak mengedip karena menyaksikan senyum manis Sierra. Cekungan khas yang terbentuk pada bibir tipis wanita itu. River merasa ingin menyentuh bibir itu dan menghisapnya.

Sierra tidak sadar tengah ditatapi penuh hasrat oleh River. Wanita itu malah mengeluarkan buku notes berwarna cokelat tua dari dalam tasnya berikut pulpen.

Interupsi Bree yang muncul dengan segelas milk tea dan kopi hitam segera menyentakkan River kembali pada kenyataan.

“Terima kasih,” seru Sierra sambil mengambil gelas yang disodorkan Bree.

“Aku akan menyetujui permintaanmu, Nona Harper.” Sergah River setelah menyesap kopi hitam dan duduk di kursinya kembali. “Tapi dengan beberapa kondisi tertentu.”

Sierra mengangguk dan nampak antusias membuka lembaran notesnya. River semakin dibuat menggila dengan keadaan ini.

“Baiklah, kalau begitu aku mencatat hal-hal apa yang kau inginkan. Aku akan mendiskusikannya dengan atasanku lalu mengatur jadwalnya.”

“Aku ingin secara khusus ditangani hanya olehmu saja, Nona Harper. Dari awal hingga selesai.”

“Maaf, harus mengecewakanmu, Tuan Clayton. Bukan aku yang akan mewawancaraimu nanti saat siaran langsung.”

River mengangguk, “Baiklah, kalau gitu aku ingin kau mengadakan gladi resik terlebih dahulu. Aku ingin kau secara khusus mewawancarainya. Lalu berikutnya, aku ingin kau yang menanganiku. Memastikan segala keperluanku terpenuhi dengan baik.”

Sierra mencatat segala kalimat yang River ucapkan dengan cekatan pada notesnya.

“Aku percaya padamu, Nona Harper. Tolong jangan membuatku kecewa.”

Sierra mengangguk lalu menatap River dengan sebuah keyakinan, “Aku tidak akan merusak kepercayaanmu, Tuan Clayton. Aku akan mencatat setiap fakta mengenai dirimu juga memastikan disiarkan. Aku tidak akan menulis omong-kosong yang dapat berpotensi merusak reputasi juga citramu.”

“Bagus, Harper. Aku suka mendengar keteguhanmu berjanji padaku seperti itu.”

“Bolehkah aku bertanya pada sekretarismu mengenai jadwalmu? Supaya kita bisa mencari waktu yang tepat.”

“Astaga, kau wanita yang cepat melakukan pergerakan.”

“Ah, ma-maksudku untuk gla-gladi resik wawancara dan tanggal siarannya, Tuan Clayton. Aku tidak ingin merusak jadwalmu.”

“Tidak usah khawatir mengenai jadwalku, Harper.” River tersenyum kemudian mengibaskan tangannya. “Katakan saja tanggal berapa yang kau inginkan pada Bree. Aku akan menyuruhnya untuk mengosongkan jadwalku.”

“Aku semakin merasa tidak enak padamu, Tuan Clayton.” Sierra menatap lirih pada River.

“Tidak perlu merasa demikian, Harper.” River kembali pada tumpukan dokumen di menjanya lalu membubuhkan tanda tangannya pada beberapa kertas.

“Tapi—”

“Kalau kau bersikeras merasa tidak enak, kita bisa membicarakannya di kedai kopi kemarin. Berikut kabar kemeja malangku yang tadi kau tanyakan di awal tadi,” sergah River menatap Sierra dengan intens.

Sierra menelan ludah lantas terkejut dengan pernyataan River barusan. Apa River sedang mengajaknya kencan?!

Sekali lagi, Sierra menggeleng. Menyangkal segala dugaan bodoh yang berkeliaran di kepalanya. Pasti maksud River tadi untuk kepentingan wawancara, kan?

“Aku ingin mengenalmu lebih jauh, Harper.”

“Boleh aku tahu alasannya?” tanya Sierra yang entah mendapatkan kekuatan dari mana.

“Karena aku ingin memastikan apakah sedang mengajakmu berkencan atau sekedar pembicaraan bisnis semata,” sergah River dengan santai yang langsung membuat Sierra tergelak.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status