Flashback on“Aku nggak mau tahu, pokoknya kita putus!”Teriakan Nirmala yang berapi-api mampu membuat orang yang sedang berlalu lalang di dekatnya menoleh. Sementara pria yang diteriaki terlihat kebingungan. Ia tidak menyangka jika niat baik membantu salah satu teman sekelasnya akan membuat sang pacar cemburu buta hingga mengeluarkan kata ‘putus’.Sebenarnya permasalahan ini sudah ingin ia selesaikan sewaktu di kampus tadi—saat Nirmala tengah memergoki dirinya tengah jalan bersama teman sekelasnya. Namun, gadis temperamen itu tidak mau mendengar alasan apapun dan memilih untuk pulang menggunakan angkutan umum.Karena tidak mau masalah menjadi berlarut, mahasiswa yang sebenarnya masih ada kelas berikutnya itu pun nekad bolos untuk mengejar sang pujaan. Usahanya untuk meminta sang pacar turun dari angkutan umum yang berkali-kali dilakukan pun nihil. Sampai-sampai dirinya sebenarnya malu karena berkali-kali mengetuk-ngetuk kaca angkutan tanpa hasil. Apalagi di dalam sana tidak hanya ada
Sudah sejam lebih Pak Harsono mondar mandir di kamarnya. Sesekali, pria paruh baya itu menggelengkan kepala. Batinnya berkali-kali menggerutu kesal pada diri dan menyesali apa yang telah ia janjikan pada putrinya.“Bisa-bisanya aku ngomong begitu?” Laki-laki yang tak lagi muda itu tiba-tiba duduk di pinggir ranjang dan salah satu tangannya memijit pelipisnya yang terasa tak nyaman. Batinnya benar-benar kacau, sementara otaknya dipacu semaksimal mungkin untuk mencari jalan keluar. Ia sangat khawatir jika pemuda yang pernah digamparnya itu benar-benar datang melamar putrinya besok malam.Beberapa saat berfikir keras, pada akhirnya Pak Harsono beranjak. “ Aku harus ke sana. ya, ya. Harus sekarang juga sebelum terlambat.”Dengan langkah penuh kemantapan jiwa, pria berbadan tegap itu ke luar ruangan. Saking semangatnya, ia tak menghiraukan saat sang istri bertanya hendak kemana.“Jaga anak itu. Jangan sampai berulah lagi,” pesan Pak Harsono sebelum benar-benar pergi.###“Halo calon besan.
Bab XXVIPenuh Teka-teki dan Misteri“Benar, ‘kan? Naluri seorang ibu itu sangat kuat! Dari awal tau kamu pacaran, bahkan setelah melihat pacar kamu itu, ibu punya firasat buruk. Dan, benar, gadis itu nglunjak. Baru direstui kemarin, hari ini minta dilamar secepatnya. Jangan-jangan besok langsung nyuruh nyediain segepok duit buat kawinan. Dipikir dunia ini milik dia apa?” Bu Diana tidak bisa menahan emosi manakala sang putra meminta izin untuk melamar kekasihnya malam ini juga.“Aku tau Ibu akan berfikir seperti ini. Tapi, ketahuilah, Bu. Nirmala juga sebenarnya tidak menghendaki demikian. Mungkin kehendak takdir,” ucap Anggara dengan raut wajah pedih.Pemuda itu sangat prihatin dengan perjalanan hidup kekasihnya itu. Sejak bertemu dan dekat, dialah seorang yang tau secara pasti bagaimana selama hidupnya, sang kekasih cukup menderita. Hal ini tidak lain karena tangan bapaknya yang terkenal dingin.“Kau selalu saja membelanya.” Dari nada bicara, Bu Diana tidak suka jika putranya terlalu
“Iya, aku sudah sampai di gang. Sebentar lagi sampai.”Betapa leganya hati Nirmala setelah membaca pesan singkat dari Anggara. Jadi, benar bahwa yang akan melamar dia adalah pacarnya.“Akhirnya...” Nirmala memeluk ponselnya sembari menarik nafas panjang dan tersenyum lebar. Ia ke luar kamar dan bersiap hendak menyambut lelaki pujaan hatinya dengan penuh kebahagiaan. Tidak ada keraguan sedikit pun di hati, karena wanita cantik itu mempercayai penuh setiap kata sang kekasih.Kini, dirinya berani menatap setiap mata yang masih saja meragukan kesiapan dan kesetiaan pacarnya itu. Terlebih kepada Bude Jati yang kerap kali memancing emosinya dengan segala pertanyaan konyol dan membanding-bandingkan dengan anak-anaknya.Para tamu undangan yang terdiri dari keluarga, kerabat dan beberapa tetangga, termasuk tokoh ketua RT sudah siap menyambut tamu. Para lelaki berada di ruang tamu depan, sementara pada wanita berada di ruang keluarga yang letaknya bersebelahan, dengan pintu dan jendela masing-m
Anggara memasuki ruang acara dengan langkah gemetar. Terus terang, ia sangat gerogi. Apa-apa yang telah ia persiapkan sedari rumah mendadak ngeblank. Seumur hidup pemuda introvert itu belum pernah sekali pun ke rumah seorang wanita dengan tujuan asmara. Kalau pun sewaktu sekolah dulu, jika ke rumah teman wanitanya urusan PR atau tugas lainnya. Dirinya benar-benar kehilangan kekuatan.Om David--suami Tante Ayu—seperti mengerti situasi yang tengah dirasakan keponakannya itu. Tanpa diminta, pria plontos itu merangkul Anggara dan tersenyum sambil mengangguk, seolah menyalurkan kekuatan dan kepercayaan diri. Walau itu cukup membuat pemuda berjas abu-abu itu sedikit lega, tapi ketidakhadiran Pak Harsono dalam penyambutan rombongan membuatnya overthinking.Sejujurnya, Anggara belum siap untuk bertemu kembali dengan lelaki kekar yang pernah membuatnya babak belur karena kesalahpahaman. Namun, demi sebuah tuntutan dan rasa cinta pada pujaan hati, ia buktikan keseriusannya selama ini. Beberapa
“Apa?” Pak Jaksa memekik sembari memberi isyarat kepada putranya yang sedang menyetir untuk membawa kendaraan menepi. Sementara suara seseorang di seberang sana tak henti-hentinya mengucapkan permohonan maaf.“Ya sudah, saya ke sana sekarang.” Dengan raut wajah kesal, lelaki kurus tinggi itu mematikan telepon.“Ada apa, Pa?” Lucky menatap lelaki di sebelahnya dengan raut sangat penasaran.“Papa minta maaf, Lucky. Terpaksa acara lamaran kamu dengan putrinya Pak Harsono pending dulu. Papa harus ke kantor sekarang juga. Ada problem yang urgent sekali yang harus diselesaikan,” ucap Pak Jaksa dengan wajah sangat kecewa dan menyesal.“Tapi, Pa?” Lucky—pemuda yang malam ini telah memakai pakaian terbaiknya—menatap sang papa dengan wajah kecewa dan memelas. Pemuda necis itu ingin protes, tapi kata-katanya langsung dipotong oleh Pak Jaksa.“Papa benar-benar minta maaf. Tolong, putar balik rute, ya,” ucap Pak Jaksa terlihat begitu tak tega dengan putra semata wayangnya. “Papa janji secepatnya a
“Berhenti, La. Bapak mau ngomong.”Nirmala kaget setengah mati mendengar suara bapaknya yang rela menghentikan suapan makanan, manakala ia pulang kerja dan melewati ruang makan. Bukan hanya karena sang bapak yang selama ini dikenal tak mau diganggu pas makan, tapi yang membuat jantung wanita dua puluh tujuh tahun itu deg-deg ser adalah karena ini kali pertama pria berkumis di hadapannya itu sudi berbicara padanya.Ia ingat betul, sejak bapak memergoki dirinya diantar pulang oleh pacarnya setahun-an yang lalu, beliau marah besar dan tidak mau lagi berbicara padanya. Bahkan, permintaan maaf yang berkali-kali dengan cara apa pun, tak pernah digubris. Alhasil, hubungan bapak dan anak itu menjadi renggang, basi dan tanpa komunikasi sama sekali.“Ngomong apa, Pak?” Demi ingin mengetahui apakah ini nyata atau mimpi, Nirmala duduk sambil diam-diam mencubit paha kanannya. Ternyata sakit, barulah ia yakin bahwa ini nyata. Pasti ada sesuatu hal penting yang ingin disampaikan, sampai rela seseora
“Makan lah, Nak. Sedari pulang kerja tadi, kuperhatikan kamu tidak ke ruang makan atau dapur. Belum makan, ‘kan?” tanya Bu Harsono sembari menyodorkan sebuah nampan berisi semangkuk soto lengkap dengan lauk, sambal dan minuman.Sebenarnya Nirmala malas membukakan pintu, sekali pun itu ibunya. Namun, ia berubah pikiran ketika sang ibu menawarkan makanan. Sekacau apa pun keadaannya, Nirmala selalu kalah dengan urusan perut. Bukan karena serakah, tapi sadar jika perutnya keroncongan, otaknya menjadi kosong, emosinya semakin tak terkontrol. Dan yang pasti, ia tidak mau pengalaman lambung yang kosong membuat dia tak sadarkan diri saking lemahnya.Begitu pintu terbuka, senyum kelegaan terpancar dari wajah Bu Harsono. Ia paham betul bahwa sifat dan karakter putri semata wayangnya itu mirip sekali dengan suaminya yang tahan lama bermarah-marahan dan keras kepala.Jika dengan sang bapak, Nirmala selalu jaga image dan gengsi, tapi sebaliknya, ia tidak pernah jaim jika berhadapan dengan sang ibu