Share

30. Ketahuan.

"Kalo gitu lo nangis karena apaan?"

Karena saya teringat pada orang tua saya di rumah.

Raline menulis jawaban yang sebenarnya. Ia juga menulis dengan tata bahasa yang baik. Ia harus memberi kesan yang bertolak belakang dengan jati dirinya yang sebenarnya.

"Oh, karena lo makan enak di sini sementara ortu lo nggak makan di rumah makanya lo sedih?" Axel mendecakkan lidah. Pembicaraan perihal orang tua tidak pernah gagal menggugah hatinya. Wajar, mengingat dirinya yang yatim piatu.

Bukan begitu ceritanya, mafia galak, batin Raline. Tapi apa lacur, ia terpaksa mengangguk. Tidak mungkin ia menceritakan yang sebenarnya bukan?

"Made, tolong minta Mak Ijah membungkus dua nasi lagi untuk badut ini." Axel meneriaki Made.

"Ti--"

Tidak usah!

Raline segera menulis kata tidak usah di kertas karton. Ia nyaris kelepasan bersuara. Untung saja sinyal otak dan mulutnya kooperatif kali ini.

"Udah, ambil aja. Kali ini gue ikhlas." Axel memelototi si badut bisu. Entah apa yang ada dalam pikiran badut ini.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Wur Yani
saking keselnya sama om theo sampe keceplosan ya Lin...padahl dah ditahan tahan dr td......
goodnovel comment avatar
Kanjeng Ayu
seru lanjuk tho...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status