Mungkin perasaan ibu hamil memang tak terkendali.Entah berapa lama kemudian, sepasang sepatu kulit muncul dalam pandangan Nova.Nova tidak mendongakkan kepala.Nova tidak ingin Brian melihat tampangnya saat ini.Brian berdiri di depan Nova tanpa bersuara, melihat Nova memberi makan anjing dan kucing.Setelah anjing dan kucing bubar karena sudah makan, Brian berbicara."Bangun."Suara Brian rendah dan nadanya agak kesal.Sepertinya Brian sedang marah.Apakah Brian marah karena Yasmin?Setelah kembali tenang, Nova mendongak dan menatap Brian."Sudah pulang?"Brian memicingkan mata saat menatap Nova. "Kamu menangis?"Nova tersenyum. "Nggak, kemasukan serangga tadi."Brian tidak begitu peduli, mungkin hanya sekadar bertanya.Brian mengangguk, lalu berkata, "Sudah selesai? Kalau sudah, ayo masuk.""Aku mau tinggal di bawah sebentar lagi."Brian melirik Nova seraya bertanya, "Kamu sedang ngambek?"Nova tersenyum. "Nggak. Pak Brian, tenang saja, aku tahu diri.""Baguslah. Bu Nova, jangan lak
Nova menekan amarah dalam hati saat kembali ke studio syuting dan meminta maaf pada para karyawan. Kemudian, Nova kembali ke perusahaan.Nova tahu Brian sengaja tidak memberitahunya tadi malam.Namun, Nova tidak tahu apa yang membuat pria itu marah.Beberapa waktu setelah Nova duduk di kantor, Brian menelepon."Naik dan seduh teh untukku.""Maaf, Pak Brian, aku harus atur ulang agenda kerja di studio syuting.""Jadi?""Aku nggak sempat. Pak Brian bisa suruh orang lain seduhkan teh."Nova langsung menutup telepon.Baru setelah itu, Nova merasa dirinya sangat berani.Bahkan berani menutup telepon Brian.Entah Brian marah atau tidak, Nova tidak ingin bertemu dengan Brian saat ini.Apa serunya mempermainkan orang seperti itu?Nova sangat marah.Brian tidak mau dirugikan sedikit pun.Nova merenung, mungkin Brian marah karena dia memberikan makanan yang dibuat untuknya pada anjing dan kucing.Jika tidak diberi makan pada anjing dan kucing, mungkinkah Brian makan?Mungkinkah Brian tidak makan
"Bu Nova pandai curi malas."Nova berkata, "Maaf, tadi aku lihat Pak Brian sedang sibuk.""Ya, CEO pun begitu sibuk, tapi Bu Nova bisa minum air dan menikmati pemandangan di sini. Bu Nova nggak merasa sedang makan gaji buta?"Nova meminta maaf, "Maaf."Kemudian, Nova meneruskan, "Pak Brian, kapan Nona Yasmin bisa mulai syuting? Kalau nggak bisa cepat sembuh, aku sarankan ganti orang saja. Produk baru akan dipasarkan bulan depan. Kalau terus menunda waktu, ini akan berdampak pada kegiatan promosi produk baru."Baru pada saat itu, Brian mendongak pada Nova. "Itu kelalaian Bu Nova. Mustahil kalau mau ganti orang, nggak usah Bu Nova pikirkan lagi. Kalau Bu Nova nggak sanggup mengerjakan tugas ini, ganti orang saja!"Nova membeku di tempat.Maksud Brian bukanlah mengganti penanggung jawab perencanaan, melainkan mengganti manajer Divisi Pemasaran.Sungguh konyol.Yasmin tidak mau bekerja sama, tetapi Nova-lah yang ingin digantikan oleh Brian.Nova menarik napas dalam-dalam. Nova membutuhkan
Seketika, Nova tidak tahu harus menjawab apa.Nova memaksa diri untuk tersenyum. Sesaat kemudian, Nova menjawab, "Bantu aku beri tahu Pak Brian agar sampaikan pada Nona Yasmin. Kalau sudah bugar, tolong beritahukan waktu spesifik agar aku bisa atur agenda syuting selanjutnya."Setelah itu, Nova langsung pergi.Di kantor CEO.Yasmin memandang sekeliling kantor Brian dengan tatapan jijik."Interior kantormu terlalu dingin. Warna monokrom jelek sekali."Brian yang sedang membaca sebuah kontrak pun tersenyum."Bukan kamu yang pakai, jelek juga nggak ada hubungan denganmu."Yasmin menjadi kesal."Ini kantormu, kenapa bisa nggak ada hubungan denganku?"Brian menatap Yasmin dan tersenyum. "Kamu masih mengotot seperti dulu."Yasmin tersenyum seraya menghampiri Brian. "Kenapa? Kamu nggak suka?"Brian tidak menjawab, melainkan menunjuk naskah film di samping."Aku sudah baca naskah film yang kamu bilang dan suruh personel ahli untuk menganalisis. Naskah film ini nggak cocok untukmu. Sebaiknya ja
Alhasil, Brian tertawa. "Ya, itu bukan urusanmu."Yasmin berujar dengan jengkel, "Suruh dia ke atas, aku mau bicarakan masalah syuting iklan dengan dia!"Brian memalingkan tatapan dan berkata, "Cari dia sendiri dan bicarakan baik-baik, tahan emosimu."Yasmin mendengus, lalu meninggalkan kantor....Dari lantai atap, Nova langsung turun ke lantai satu.Ada sebuah taman di perusahaan.Khusus dibangun agar para karyawan dapat menenangkan hati dan pikiran.Nova duduk di pinggir danau di dalam taman. Baru pada saat itu, Nova merasa lebih baik.Kebutuhan Brian dalam hubungan intim sangat tinggi.Sebenarnya, Nova sedikit kewalahan untuk memuaskan Brian.Setiap kali, Brian membuat Nova sangat letih.Meski begitu, Brian kadang-kadang tetap belum puas.Akan tetapi, Brian sangat pemilih terhadap wanita pendamping.Jadi, Brian yang tidak puas tidak pernah mencari wanita lain.Sementara itu, Yasmin adalah cinta pertama Brian.Mereka mencintai satu sama lain.Menghabiskan waktu bersama Yasmin tentu
Bibir Nova gemetar.Penghinaan dalam ucapan Stephen sangat jelas.Serta ada cibiran.Nova merasa dirinya sudah kebal terhadap segala cibiran, tetapi hati Nova tetap bergidik.Orang-orang di kalangan elite memang meremehkan Nova, termasuk Brian.Saat menatap Stephen, Nova berusaha bersikap gagah."Pelakor, kenapa panggil aku pelakor?""Tentu karena kamu merebut posisi Yasmin. Selama ini, aku pikir Bu Nova adalah orang cerdik, nggak nyangka Bu Nova begitu nggak tahu diri."Nova tertawa. "Konyol sekali. Kalau Brian mau Yasmin, kamu pikir aku bisa merebut posisi Yasmin? Kamu pikir aku benar-benar bisa memengaruhi keputusan Brian? Karena Brian pilih aku, posisi itu memang milikku. Kalian terlalu suka ikut campur.""Selain itu." Nova tertegun sejenak, lalu melanjutkan, "Kalau aku pelakor, Pak Stephen yang menginginkan aku jadi apa? Pria mesum yang mau semua wanita atau pria berengsek yang menginginkan wanita orang lain hanya untuk kepuasan?"Seketika, senyuman menghilang dari wajah Stephen.
Alih-alih mendatangi Brian, Yasmin menelepon Brian dan langsung pergi. Di luar gedung perusahaan, Yasmin menelepon lagi."Ayah, tolong carikan ahli penguji obat."...Nova menelepon Jania lagi, tetapi telepon tidak dijawab.Setelah menutup telepon, Nova memijat kening.Jania jelas sengaja menyulitkan Nova."Kak Nova, bagaimana sekarang? Bagaimana kalau beri tahu Pak Brian?"Nova menyeringai sinis. Apa gunanya memberi tahu Brian?Bagaimana mungkin Brian menyalahkan Yasmin?Setelah hening sesaat, Nova menelepon seseorang.Orang itu segera menjawab telepon."Pak Bayu, maaf mengganggu. Perusahaan kami ingin bahas kerja sama dengan Bu Jania. tapi nggak tahu bagaimana, kami nggak punya kontak Bu Jania. Bisakah Pak Bayu minta Bu Jania hubungi aku? Ya, oke. Terima kasih, aku traktir makan di lain hari."Bayu tersenyum. "Lain hari? Hari ini saja, kebetulan aku punya waktu hari ini."Senyuman Nova membeku. Sesaat kemudian, Nova menjawab, "Oke, hari ini saja, aku kabari lagi setelah pesan restora
Nova melihat ruangan di depan, lalu menoleh pada pelayan."Permisi, apa nggak salah tempat? Aku pesan tempat terbuka."Pelayan tersenyum seraya menjawab, "Nona Nova, tempatnya benar. Bapak itu yang ganti ke ruangan ini."Nova pun sakit kepala.Nova memaksa diri untuk tersenyum. "Oke, terima kasih. Aku masuk sendiri saja."Setelah pelayan pergi, Nova pergi ke toilet.Nova langsung menelepon Nabila."Nabila, di mana kamu?""Di rumah sakit, aku bertugas hari ini. Kenapa? Nggak enak badan?"Nova terdiam dua detik. "Nggak apa-apa, awalnya mau ajak kamu makan. Lain kali saja.""Oke."Setelah menutup telepon, Nova berdiri di tempat selama beberapa saat. Pada akhirnya, Nova menelepon Brian.Diejek Brian jauh lebih baik daripada menemui Bayu sendirian.Akan tetapi, Brian tidak menjawab telepon.Nova menatap layar ponsel dengan perasaan sakit hati.Nova masih ingat, Brian selalu pergi ke luar di tengah kesibukan untuk menjawab telepon Yasmin.Jika itu Yasmin, Brian pasti akan menjawab telepon se