Mimpi yang Ivy alami bisa jadi sebuah ramalan masa depan untuk Ivy. Karena sejak awal pernikahan Race dan Ivy, Race selalu memimpikan hal yang sama seperti Ivy. Walaupun Race sendiri tidak tahu kapan hal itu akan terjadi. Ivy sendiri sudah tidak memikirkan mimpi itu lagi, berbeda dengan Ivy. Race justru terus kepikiran, hingga dia tidak fokus melatih para pengawal di basecamp. Race bahkan tidak sadar Winter melemparnya dengan kayu yang dipergunakan pengawal latihan."Ada apa dengan Race?" tanya Winter sembari mengerutkan keningnya heran.Sejurus kemudian Winter melihat ke beberapa pengawal yang dia latih."Kalian boleh istirahat," titah Winter.Semua pengawal itu mengatakan siap sembari membungkukkan badannya. Winter lalu berjalan menghampiri Race yang sejak tadi duduk sendirian dan terlihat sedang berpikir keras."Race!" panggil Winter sembari memukul meja di depan Race.Race terkejut dan reflek mendongak melihat ke arah Winter."Ada apa, Winter?" tanyanya kemudian."Kau, yang ada ap
"Tidak mau bangun?" tanya Ivy sembari mengusap pelan pipi Race."Tidak," singkat Race menjawab.Ivy menghela napas dalam dan berat. Gadis itu lalu beranjak dari tepi ranjang, lalu merapatkan selimut Race."Baiklah kalau tidak mau bangun, aku mandi dulu ya?" pamit Ivy.Ivy sudah berjalan menuju kamar mandi, tapi Race dengan cepat menahan tangan Ivy dan membuat Ivy kembali melihat ke arah sang suami."Kenapa?" tanyanya kemudian.Race yang sudah membuka matanya menatap manik mata Ivy. Race menghela napas berat lalu kemudian kembali menarik Ivy untuk duduk di ranjang."Ada apa, Race?" tanya Ivy lagi."Benarkah kau harus mulai kembali meramal di kerjaan hari ini?" tanya Race dengan wajah khawatirnya dan juga dengan nada tidak rela.Ivy tersenyum dan menganggukkan kepalanya pelan."Bukankah semalam kita sudah bahas ini?""Tapi, kau masih belum benar-benar sembuh.""Kata siapa? Tesla saja sudah mengurangi jadwal terapi penyembuhan ku. Lagi pula energi manaku bisa diisi setiap hari sekarang."
"Race, berhenti dulu! Aku, bisa jelaskan dengan apa yang kau lihat tadi."Ivy menahan tahan Race yang sudah akan meninggalkannya masuk ke dalam paviliun. Sejak pulang dari paviliun Winter tadi, Race sama sekali tidak mengajak bicara Ivy. Di dalam kereta kuda saja keduanya hanya saling diam dan Ivy takut ingin memulai pembicaraan dengan sang suami.Race yang merasa marah dan cemburu menepis tangan Ivy kasar."Jangan sentuh aku!"Ivy menatap tidak percaya ke arah Race yang lagi-lagi tidak mau dia pegang. Ivy menurunkan tangannya lalu kemudian menarik napas supaya tidak menangis."Maaf, aku sudah membuatmu marah," lirih Ivy."Aku, tidak marah jangan salah paham! Sekarang ayo masuk! Aku, tidak mau mengeluarkan biaya lagi untuk pengobatanmu dengan penyihir itu," tukas Race yang sepertinya benar-benar marah.Ivy tertegun mendengar ucapan Race. Dia mengira kalau Race sudah benar-benar mencintainya, lalu kenapa sekarang suaminya itu kembali bicara sekasar itu?Suasana meja makan sangat hening
Suasana basecamp begitu mencekam, lapangan bahkan porak poranda. Tanah-tanah di lapangan basecamp banyak berlubang, karena sudah tidak menyembunyikan identitasnya. Ivy bisa mengeluarkan sihirnya dengan leluasa. Terakhir kali Ivy mengeluarkan sihir andalannya untuk membunuh monster yang lebih mirip trenggiling dimata Ivy, tapi berwajah seperti babi hutan. Ivy keluar dari kabut yang cukup tebal dengan napas yang putus-putus, Ivy mulai bisa mengendalikan energi mana dan harasnya secara bersamaan, hingga kali ini Ivy tidak terlalu merasa lelah. Ivy setengah berlari menuju dimana Race, Winter, dan juga beberapa pengawal yang memang Ivy halangi dengan tabir pelindung.Ivy merapalkan mantra lalu kemudian mulai membuka tabir itu. Ivy tersenyum menghampiri Race dan Winter yang sedang berdiri berdampingan sekarang. Ivy mendekat pada Race lebih dulu, tapi berbeda dengan Ivy. Race justru mundur selangkah menjauh dari Ivy."Race," lirih Ivy tidak percaya dengan sikap Race."Kenapa kau begitu egois
Suasana ruangan pertemuan para pejabat penting di kerajaan cukup sedikit tegang. Raja Michel sedang melihat semua persiapan untuk festival tahunan kerajaan. Raja Michel mengerutkan keningnya lalu kemudian melihat ke arah Ivy."Kenapa basecamp harus dipindah untuk sementara waktu?" tanyanya pada Ivy."Maaf, Raja Michel itu semua harus dilakukan karena kondisi lapangan basecamp saat ini tidak memungkinkan untuk dipergunakan latihan. Beberapa hari lalu ada serangan dari monster yang kembali ingin menjarah batu rubi di lapangan basecamp," terang Ivy sembari menundukkan pandangannya sopan."Apa? Serangan monster lagi? Lalu, bagaimana dengan Winter?" tanya Raja Michel panik."Putra mahkota baik-baik saja, Raja Michel. Beliau sudah saya lindungi dengan tabir pelindung yang tidak bisa ditembus siapapun termasuk monster hutan itu."Jawaban Ivy baru saja membuat Raja Michel menghela napas lega. Beberapa petinggi kerajaan saling berbisik karena mendengar penjelasan Ivy. Ada yang memuji, tapi ada
Ivy terbangun di pagi hari, kakinya terasa sedikit kaku. Ivy lalu mengurut pelan kakinya, Race yang baru saja keluar dari ruang ganti mengerutkan keningnya bingung."Kenapa?" tanyanya sembari menghampiri Ivy dan duduk di tepi ranjang."Entahlah, sudah beberapa hari ini kakiku terasa kaku dipagi hari. Sekarang jadi sedikit mati rasa," terang Ivy masih terus mengurut pelan kakinya dan menggunakan sedikit sihirnya untuk menyembuhkan kakinya."Kalau begitu hari ini tidak usah ke istana dulu, istirahatlah! Aku, akan menyuruh seseorang untuk memanggil Tesla kesini," tukas Race yang mendadak panik dan khawatir.Ivy melihat ke arah Race lalu kemudian tersenyum tipis. Kepalanya menggeleng pelan menolak saran dari sang suami."Hari ini persiapan terakhir sebelum minggu depan festival lomba tahunan dilaksanakan, Race.""Aku tahu, maka dari itu istirahatlah! Itu bisa kau lakukan besok.""Aku, tidak mungkin tidak ke istana. Aku, sudah memiliki janji dengan Winter akan mengunjungi lokasi untuk tera
Race turun dari kereta kuda yang membawa dirinya, Race lalu berlari masuk ke dalam paviliun Ivy. Dia tidak menghiraukan sapaan dari para penjaga paviliun Ivy. Race langsung menuju kamar Ivy dan membuka pintu dengan keras. Dia mendapati Ivy sedang minum anggur, Ivy terkejut Race tiba-tiba masuk. Ivy meletakkan gelas yang dia pegang ke meja. Sedangkan Race sendiri langsung menubruk Ivy dan memeluk sang istri erat."Ada apa, Race?" tanya Ivy bingung."Syukurlah kau baik-baik saja," ujar Race."Race, aku memang baik-baik saja. Ada apa?"Ivy kembali bertanya lalu kemudian melepas pelukan Race secara paksa. Dia menatap Race dengan wajah bingung, sedangkan Race sendiri menatap Ivy dengan wajah khawatir dan terlihat mata Race berkaca-kaca."Race?"Ivy memegang pipi Race lembut."Jangan pernah pergi meninggalkanku, Iv! Aku mohon!"Ivy semakin mengerutkan keningnya bingung, tapi sekarang dia juga menyunggingkan senyum tipis."Ada apa sebenarnya? Aku, tidak akan meninggalkanmu begitu saja, Race.
"Siapa yang memberikan minuman itu untuk Ivy? Cepat bicara!"Race terus membentak semua pelayan di paviliun Ivy, tidak terkecuali Miranda yang juga ada disitu. Race lalu melihat ke arah Gareta."Siapa yang terakhir kali ada di kamarku dan Ivy?" tanya Race."Sa,,,saya, tapi saya hanya membantu Nyonya muda Ivy untuk bersiap. Nyonya muda Ivy juga bilang kalau akan sarapan di istana, jadi kami sengaja tidak menyiapkan apapun," terang Gareta yang sama sekali tidak berbohong.Race menatap tajam Gareta, dia tahu betul pelayan kesayangan istrinya ini tidak sedang berbohong. Sejurus kemudian Race mengerang frustasi lalu kemudian menjatuhkan apapun yang ada di meja dekat lorong kamar Ivy dan dirinya."Siapa yang berani meracuni istriku bahkan di paviliunnya sendiri," tukas Race yang marah besar.Miranda yang sejak tadi diam saja mengangkat kepalanya lalu berjalan mendekat ke arah Race."Tuan muda Race, jangan marah-marah seperti ini. Mau semarah apapun Nyonya muda Ivy tidak akan hidup kembali,"