Sumpah demi Tuhan, Grace seperti bukan gadis polos dan menggemaskan yang selama ini Marvel kenal.
"Kamu tahu kan apa yang kamu pakai sekarang?" Marvel balik bertanya, ingin memastikan.Dengan lugunya, Graxe mengangguk."Tahu. Ini namanya baju haram. Katanya kalau mau gitu-gituan harus pakai baju haram."Marvel memejamkan matanya sebentar, lalu kembali bertanya, "kamu dapat itu dari mana?""Rahasia hehehe," jawab Grace sambil cengengesan, sementara Marvel kini mati-matian menahan sesuatu yang tengah memberontak di bawah sana."Apa aku kelihatan haram gara-gara pakai baju haram?" Grace mengerutkan dahinya penasaran.Baiklah, baju haram yang Grace maksud di sini adalah lingerie. Gadis itu kini sedang memakai lingerie berbahan satin warna hitam dipadu dengan renda-renda warna krem yang menyatu dengan kulit putihnya. Kain kurang bahan itu membuat lekuk tubuhnya yang indah terlihat begitu jelas."Cantik sekali," ucap Marvel dengan suara lirih, namun"Hentikan aku jika nanti terasa terlalu sulit bagimu. Aku tidak akan memaksamu. Aku ngin kita sama-sama menikmatinya," ujar Marvel sembari menyisihkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik gadisnya."Aku akan baik-baik saja ..." Grace menggantungkan kalimatnya untuk menangkup wajah Marvel, "karena aku juga menginginkannya."Grace kembali melumat lembut bibir Marvel, lalu memejamkan matanya lagi untuk menikmati manisnya pertukaran benang-benang saliva dengan suara decak kecupan manja yang menggema ke seluruh penjuru kamar hotel tempat mereka berada. Marvel yang tang tinggal diam, tangannya kini kembali bergerilya di payudara Grace. Meremasnya, memilin-milin puti*gnya, dan kemudian melakukan sesuatu yang nakal dengan menarik put*ng itu hingga membuat Grace refleks merapatkan kakinya karena merasakan sensasi luar biasa di area bawah perutnya. Lantas Marvel pun melepas pagutan mereka setelah merasa napasnya mulai memburu. Ia memberi jeda sebentar untuk mengambil napas, b
Tangan Marvel tak tinggal diam dengan meremas payudara*ya, memainkan puti*gnya. Membuatnya kian menggelinjang dengan va*ina yang terus berdenyut-denyut."Jangan ditahan, aku ingin mendengarkan desahanmu," ujar Marvel selagi menjauhkan tangan Grace yang membungkam mulutnya sendiri.la lantas bergerak semakin liar, memompa liang va*ina yang hangat itu dengan hentakan kuat dan semakin cepat. Lidahnya kini bergerilya di pusat payu*ara Grace. Menghisapnya. Menjilatnya. Oliv kian menggila. Marvel tersenyum di sela-sela permainannya."Mar-vel ... s-se-ahh ..." Grace kesusahan menyelesaikan kalimatnya, "sepertinya aku mau keluar.""Ah, aku belum, Grace. Tunggu aku. Kita keluar bersama-sama." Marvel terus memompa."Aku tidak bisa menunggu lagi," ucap Grace sambil menggelengkan kepalanya. Pun tak berselang lama, Grace mendapatkan org*smenya lebih dulu. Marvel nampak sedikit kecewa."Kamu di rumah saja, kalau mau keluar hubungi saya," pesan Marvelpada Grac
'Masih muda gini, kenapa di panggil Nyonya, sih?' batin Gracemenggerutu."Makasih Pak." Grace tersenyum sopan. Pak Barca segera pergi untuk melanjutkan pekerjaannya."Selamat siang lbu, mari saya antar keruangan Pak Marvel." Maraa keluar dari meja resepsionisnya."Ah, siang juga Mbak. Makasih," ucap Grace sopan.Mereka berdua berjalan memasuki lift, Maraa memencet angka limabelas. Artinya letak ruangan Grace di lantai lima belas. Maraa tersenyum ramah ke arah Grace yang juga di balas senyum tak kalah ramah. Tak ada perbincangan selama di dalam lift, itu karena Maraa yang terlalu canggung dan tak berani, juga karena Grace yang memang tak bisa memulai obrolan duluan."Mari Bu." Setelah keluar dari lift, Maraa menuntun Grace menuju salah satu di antara dua ruangan di lantai tersebut."Ini ruangan Pak Marvel, Bu, kalau begitu saya permisi dulu," pamit Maraa dengan senyum sopannya.Grace tersenyum, "makasih," ucapnya yang diangguki oleh Mara
"Ada apa?" tanya Marvel mencoba menebalkan muka dari rasamalunya karena tertangkap basah berbuat mesum di kantor.Meski Grace istrinya, tetap saja ini adalah kantor, tempat bekerja bukan untuk bermesraan. Tapi ya mau bagaimana lagi, Marvel tak bisa menahan, dan untung entah buntung, Jeol datang menghentikan aksinya.Jeol tergagap, "itu, anu---gue--eh, maksudnya saya maumengantar dokumen ini, Pak." Jeol berjalan mendekati Marvel,memberikan dokumen yang hampir saja jatuh tadi itu."Ya, terima kasih. Silahkan keluar," ucap Marvel tak berani memandang Jeol.Grace berjalan membawa dua piring roti bakarnya, ia meletakkan satu piring tersebut di hadapan Marvel dengan hati-hati. Lalu satunya lagi untuknya, Grace dengan pelan mendudukkan dirinya di kursi yang jauh dari Marvel."Grace."Baru Grace duduk, Marvel sudah memanggilnya, membuat Grace menoleh cepat kearah laki-laki menyeramkan tapi tampan yang tengah menatapnya. Grace meneguk liur be
***Kini di meja makan hanya ada keheningan, Grace bersyukur kali ini ia tidak di paksa Marvel duduk di pangkuannya. Nara sangat bersyukur, jika tidak ada Marvel mungkin ia sudah sujud syukur berkali-kali."Makan yang benar Grace, atau mau saya suapi?" tanya Marvel datar,sedari tadi Grace hanya mengaduk-aduk makanannya.Grace langsung menggeleng kuat, memasukkan sesendok penuh nasi putih kedalam mulutnya hingga menggelembung. Makin terlihat lucu dan menggemaskan karena pipinya yang memang sudah tembem. Marvel memalingkan wajah, menahan bibirnya yang berkedut, ia melanjutkan makannya sambil sekali-kali memperhatikan Grace. la sungguh risih dengan tatapan Marvel yang selalu kepadanya. Matanya yang tajam membuat Grace tak berani menatap, apalagi jika mengingat kelakuan Marvel yang seperti punya dua kepribadian. Grace rasanya ingin menangis sekarang, apalagi ketika melihat Marvel yang sudah selesai makan dan bahkan kini berjalan kearahnya. Mata Grace memanas, sunggu
"Itu Bang, nganterin nasi uduk. Kalau gitu gue balik." Gio berlalu, diangguki oleh Marvel."Makasih nasi uduknya," ucap Grace sedikit agak keras. Gio berbalik, mengangguk dengan senyuman yang di balas dengusan tak suka oleh Marvel."Masuk," ucap Marvel datar dan tegas sambil membuka pintu tanpa melepaskan rangkulannya. Setibanya di dalam, Marvel bahkan masih saja merangkul pinggangnya, Grace menekuk wajah."Kak, aku mau naruh ini," ucap Grace sambil menunjukkan piring nasi uduknya."Ya taruh," jawab laki-laki itu cuek.Grace menghela napas, "tangan Kakak awas dulu." Baru setelah Grace mengatakan hal itu Bara melepas rangkulannya.Laki-laki itu melenggang pergi ke lantai atas dengan wajah datar yang begitu kentara. Grace mengerutkan kening, perasaan dia tak melakukan kesalahan apapun, tapi kenapa Marvel terlihat kesal. Apapun alasan Marvel kesal, semoga Grace tak terkena imbas dengan berakhir di mutilasi Marvel."Saya mau mandi, siapin baju saya," u
"Masuk angin sembilan bulan itu maksudnya gimana, ya?" cicit Grace hampir tak terdengar.Mendengar pertanyaan polos Grace membuat Marvel langsung kembali membuka matanya. Padahal dulu dia pernah merasakan beberapa kali, tapi kenapa pikirannya kembali polos. Dia pura-pura poloskah? Bibirnya berkedut, ini istrinya yang memang terlalu polos atau otaknya yang bermasalah, sih? Bisa-bisanya ia berfikiran bahwa otak Grace bermasalah. Sedangkan perempuan itu saat masih kuliah selalu bisa menembus IPK 4 di kelas. Marvel mengeratkan pelukannya, membuat Grace merasa sedikit sesak dan sulit menelan air liurnya."Hamil," jawab Marvel berbisik tepat di telinga Grace.Grace melotot, bulu kuduknya berdiri, antara kaget mendengar arti dari masuk angin sembilan bulan dan juga sensasi napas Marvel yang membelai daun telinganya."Kamu sudah siap hamil anak saya lagi?" tanya Marvel dengan suararendahnya.Ha-hamil lagi?Grace spontan langsung menggeleng, ini jujur dari
Bagaimanapun, Marvel suaminya, imamnya, dan keputusan laki-laki itu haruslah Grace turuti jika memang baik untuknya."Gue yakin sih nggak boleh, aa-masa gue sendiri." Xella cemberut dengan bibir bawah maju beberapa senti.Grace terkekeh, "kan temen-temen yang lain banyak, nggak bakal sendirilah aku yakin. Lagian kamu temennya banyak."Xella dan Grace itu dua pribadi yang bertolak belakang, jika Grace adalah perempuan kalem yang sedikit tertutup dan sulit mencari teman. Maka Xella adalah perempuan petakilan dan cerewet yang pintar sekali bergaul dan membuat orang nyaman berbincang dengannya."Tapi tetep nggak seru kalo nggak ada lo," rajuk Xella seperti anak kecil. Selain cerewet dan petakilan, Xella juga manja dan kadangkekanak-kanakan.Ceklek!"Eh, Kak Marvel udah selesai mandi. Udah dulu ya," ucap Grace berbisik.Perempuan itu langsung mematikan sambungan video call mereka dan menaruh ponselnya."Mau mandi?" tawar Marvel sambil berjala