Share

Part 55

“Wah, sengaja nyusul istrinya atau memang mengantar saudara ini, Mas?” canda Mas Luthfi setelah infus terpasang di lengan Marini—pada Restu.

“Ngantar warga, Mas. Bukan saudara,” jawab Restu langsung.

Aku melirik wajah Marini, sepertinya tidak suka dianggap warga oleh Restu.

“Kepala desa yang baik harus mengayomi warga dong, Mas. Semuanya harus diperlakukan sama. Tidak peduli miskin, ya harus dilayani dengan baik.” Aku ikut menyahut. Sengaja kusebutkan kata miskin, agar Marini sadar diri. Meskipun sepertinya, tipe orang-orang seperti dia akan sulit sadarnya.

“Haha, iya-iya. Isna beruntung sekali punya suami njenengan (anda), Mas,” sambung Mas Luthfi.

“Beruntung gak sih, Mas, aku?” tanyaku pada Restu. Lagi, aku melirik Marini yang meski dalam keadaan sakit, dia masih menatapku dengan sorot kebencian.

“Harusnya beruntung,” celetuk Restu tidak tahu malu.

“Eh, tapi Mas Restu beruntung juga lho, Mas Luthfi, dapat aku. Aku ini ‘kan bidan yang punya penghasilan sendiri. Jadi, aku tidak akan m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Murni Aty
kalo punya harga diri ga mungkin ngejar2 suami orang dan si marini itu ga mungkin ngejar2 menantu orang... ihhh aku pengen ngegetok kepalanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status