Share

Pahitnya Perceraian

Mas Yudis terlihat sedang sibuk dengan ponselnya saat aku membuka mata. Di sampingnya berdiri tiang penyangga infus. Kupijit pelipis yang masih berdenyut. Ternyata tanganku terpasang jarum infus.

"Dek, kamu sudah siuman? Syukurlah," ucap lelakiku. Terlihat kelegaan terpancar dari wajah teduhnya.

"Aku kenapa, Mas?" tanyaku sambil melihat sekeliling ruangan. Seperti yang kuduga, ini di rumah sakit.

"Enggak kenapa-napa, Sayang. Kamu kecapean aja, terus pinsan tadi karena ternyata di dalam sini ada dedenya," ucap Mas Yudis sambil mengelus perut rataku.

Lelakiku tersenyum lebar kemudian mengecup keningku. Aku masih tak percaya mendengarnya.

"Beneran, Mas?" tanyaku tak percaya.

"Bener, Sayang. Makanya kamu enggak boleh cape-cape ya!"

Aku langsung memeluk Mas Yudis. Aku sangat bersyukur untuk semua anugrah yang Tuhan beri padaku. Aku baru menyadari memang bulan kemarin aku tidak datang bulan tapi tak begitu kuperhatikan. Aku pikir karena tidak teratur saja.

"Alhamdulillah, akhirnya," ucapku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mael Julius
si delianya jgn dbuat lebai Thor..biarin aj bapaknya nikah knapa jg harus durusin klu dah tau dan berasa ngga nyaman..ya udah. cuekin aj.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status