Share

10. Ibukota (2)

Lesha masih memandangi dua manusia yang duduk di depannya dengan tatapan aneh. Tapi malah dua orang itu menatap Lesha dengan mata tajam dan tak perduli.

Mata Lesha memindai melihat sekitar ternyata memang semua meja sudah penuh, jadi Lesha memaklumi dua orang itu yang tiba-tiba saja duduk di hadapannya, lalu melanjutkan makan siangnya yang lezat itu.

2 gelas Bir kemudian tersaji di meja yang sama dengan Lesha. Anehnya 2 orang yang ada di depan Lesha itu makan dengan tertib tanpa bertukar kata.

Mereka makan dengan beringas dan dalam sekejap makanan itu habis tak bersisa.

'Hebat....' Lesha ingin bertepuk tangan. Melihat sorotan mata kekaguman, Laki-laki yang tak bertudung itu berdeham, "Ehem..." Lesha yang sadar karena sudah berlaku tidak sopan dengan melihat orang itu pun tersenyum. Dia ingin berkata maaf karena sudah tidak sopan, tapi orang itu sepertinya tak terlalu mempermasalahkannya jadi Lesha melanjutkan makannya yang sudah hampir habis.

Senyuman Lesha yang dilemparkan tadi itu tak mendapatkan balasan. Tanpa di duga laki-laki yang tadi berdeham itu memberikan bir yang dia pesan lagi kepada Lesha. Dia tidak berbicara hanya menyodorkan gelas yang penuh dengan bir.

Lesha yang kaget lalu lekas menolak bir itu, laki-laki yang bertudung yang sedari tadi tak memperhatikannya, setelah tahu Lesha melambaikan tangannya dan berkata tidak membuat laki-laki bertudung yang ada disamping laki-laki besar itu menatap Lesha yang tatapan tajam. Matanya berwarna emas menyala, sungguh sangat indah juga tajam di waktu yang bersamaan. Lesah menelan ludahnya, lalu menerima bir yang ditawarkan ya dan berkata "Terimakasih."

Dia akhirnya meminum bir itu dengan terpaksa dan meminumnya sampai habis. 'Sialan,' kata Lesha. Dia tidak boleh mabuk karena harus kembali ke Duchy sore ini atau kepala pelayannya akan menemukannya.

Toleransi alkohol Lesha sangat rendah, jadi meskipun itu hanya segelas bir dengan kandungan alkohol yang rendah, kepalanya sudah pusing. Lesha tahu betul dirinya seperti apa, jadi Dia ingin sekali membuat dirinya cepat sadar dan tak terpengaruh oleh minuman segelas bir tersebut. Deru nafasnya sudah kasar, 'Sialan!' umpatnya dalam hati. Dia menyesal, harusnya tadi dia menolak tawaran minuman tersebut.

Dibelakang mejanya, seorang laki-laki datang dengan wajah sumringah. Dia lalu duduk bersama dengan temannya yang sudah duduk di meja belakang Lesha.

"Kenapa wajahmu terlihat sangat bahagia," kata temannya yang sudah sedari tadi duduk.

"Yah... aku habis memenangkan permainan," kata orang yang baru datang tersebut. Dia lalu memperlihatkan koi emas dalam sebuah kantong.

"Sialan... Dewi keberuntungan ada di dirimu!" kata temannya memuji.

"Tenang...tenang... makan kali ini aku yang tanggung!"

"Itu baru teman..." Kata yang lainnya yang juga duduk semeja dengannya.

"Tapi apa kau akan terus mendatangi meja judi?" Tanya temannya lagi.

"Yah... sekali berjudi pasti akan membuat ketagihan, apalagi kalau pernah merasakan kemenangan," Dia memberikan penjelasan, kenapa dia sering pergi ke kasino untuk berjudi.

"Kau tahu, hari ini ada petinggi yang datang, dia bodoh karena selalu kalah. Jadi banyak pemain mendapatkan keuntungan karena kehadirannya," yang lain menyimak dengan seksama termasuk dengan Lesha.

'Kasino? Judi?' seketika membuat Lesha tertarik. Dia juga ingin mendatangi tempat yang seperti itu. Yah menjadi nakal dan menjadi pembangkang secara diam diam sudah sering dia lakoni.

Dua laki-laki yang ada di depannya itu masih diam seribu bahasa. Bahkan setelah dia ditawari bir pun mereka masih diam, 'Aneh sekali!'

Lesha lantas bergegas membayar makanannya. Dia juga berbaik hati untuk membayarkan makanan dua orang yang tadi ada di mejanya. Lesha terkesan karena kebaikan salah satu orang itu yang menawarkan segelas bir. Bukan kebaikan yang umum memang, tapi yah di Ibukota yang jarang ada keramahan seperti di daerahnya membuatnya sedikit terkesan.

Kepalanya masih pusing, tapi dia tetap bertekad untuk pergi ke kasino.

Perempuan polos yang terkungkung dalam batok tembok kastil yang mewah dan megah baru saja mendengar cerita menarik. Rasa penasaran dan rasa ingin bersenang-seneng bergejolak dalam dirinya.

Dia bertanya pada beberapa orang, dimana letak kasino itu, tapi tanggapan orang sedikit aneh. Mereka memandangnya dengan tatapan kesal dan seolah jijik. Memang tempat apa sih kasino itu, pikirnya dalam hati.

Bangunan kasino yang dia datangi tampak megah, disana juga ramai dan bau alkohol menyeruak di hidungnya. Banyak wanita berpakaian vulgar dan bergantungan di leher laki-laki. Itu pemandangan yang cukup berkesan bagi Lesha. 'Semacam prostitusikah?' pikir Lesha. Tapi begitu dia masuk lebih dalam, banyak meja meja dengan beberapa orang duduk di depan meja tersebut. Di setiap meja terdapat permainan dan diatas meja itu juga tumpukan koin menggunung. Lesha yang tampak linglung pun didatangi oleh seorang perempuan. Perempuan itu langsung melingkarkan lengannya ke pundak Lesha, "Apa ada yang bisa saya bantu Tuan?" wanita itu berkata sambil berisik ke telinga Lesha, hal itu membuatnya ngeri dan bergidik geli. 'Apa-apaan orang ini?' Lesha menolak dengan keras dan berkata, "Tidak terimakasih."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status