Share

8. Frustasi

Ricardo sangat frustasi karena terkena amarah Ibunya. Saat emosi begini biasanya dia akan mencurahkan hasratnya kepada para perempuan. Dia suka menyiksa perempuan dan menangis dibawahnya. Semakin perempuan menjerit dan memohon kepadanya semakin kesenangannya meningkat. Dulu tidak begini, dia lebih suka membuat puisi yang indah tapi semenjak Ayahnya memukulinya hingga babak belur dengan tangannya sendiri karena puisinya yang bagus dengan nama anonim. Dia juga pernah menulis diam-diam, tapi kumpulan puisinya ditemukan oleh dayang yang jadi mata-mata Ayahnya sehingga, Joland sang Raja menghukum Ricardo di penjara bawah tanah. Perlakukan yang kejam itu membuat Ricardo menyerah dan mengganti hobinya dengan bersenggama dengan para pelacur. Anehnya, hobi memalukan itu tak oernah mendapat teguran orang tuanya, bahkan mereka tak pernah mengurungnya ke penjara bawah tanah karena pergi ke tempat prostitusi setiap hari.

Ricardo melampiaskan emosinya dengan bercinta secara brutal dan menjadi gila. Berawal dari Sana sikapnya dalam memandang perempuan sekarang hanya terpikirkan nafsu duniawi saja. Mereka adalah ladang tempat benih disemai.

Dalam hati Ricardo selalu tak ingin menjadi anak tak berguna, baik itu ilmu berpedang, bela diri atau dalam memimpin. Dia juga ingin mumpuni dalam berbagai bidang, tapi ternyata otaknya tak sejalan. Dicap sebagai produk gagal Ayahnya sangat menyakiti hatinya. Minat dan bakatnya dianggap aib oleh Orang tuanya sendiri, orang yang harusnya memeluk dan mendukungnya malah menjadi orang yang mendorongnya terus menerus dan memberinya beban yang berat, yang harus Dia pikul sendiri.

"Sial..." katanya seorang diri. Dia mengatakan acak rambutnya. Wajahnya sangat kusut mencerminkan betapa stressnya dia. Saat ini Ricardo hanya ingin melampiskan amarahnya pada jalang yang akan menangis kesakitan karena dia siksa.

"Kalau aku pergi ke sarang prostitusi siang hari ini pasti hanya akan menambah masalah runyam." Dia akhirnya memilih untuk keluar dan berjalan-jalan sebentar.

"Haruskah aku berjudi saja?" Dia bergumam sendiri. Ricardo yang terlalu disayang Ibunya tapi juga satu sisi paling mendapatkan tekanan dari Ibunya. Ayahnya yang hanya sibuk untuk terus mempertahankan posisinya sebagai Raja negeri ini sibuk pencitraan dan mengabaikan anak semata wayangnya. Dia juga tidak punya saudara untuk berbagi keluh kesah. Maka yang dia lakukan adalah mencari kesenangan dengan hartanya yang melimpah.

***

Gerard tengah pergi untuk melakukan ekspedisi, Felix anak pertamanya juga pergi meninjau adanya bencana puting beliung. Hanya Lesha yang tersisa, dia sangat bosan sekali berada di wilayahnya. Keluarganya tak memperbolehkan dia untuk menampakkan mukanya di luar wilayahnya. Lesha juga tidak tahu apa masalahnya, hanya saja setelah upacara kedewasaanya dan dia diperkenalkan di pergaulan kelas atas, Lesha semakin bersemangat untuk kekuar dari wilayahnya. Apalagi semenjak itu, dia jadi sering mendapatkan surat undangan pesta teh. Ayahnya yang protektif dan Kakaknya yang 11 12 sama dengan Ayahnya itu tak memperbolehkan Lesha untuk datang selama itu diluar wilayahnya. Praktis membuat Lesha hanya bisa menghadiri pesta teh yang dikatakan oleh Barones Mia, wanita yang berusia 39 tahun dengan 4 orang anak atau Viscountess Joanne, wanita yang berusia 30 tahun, juga Countess Sonya, wanita yang berusia 35 tahun. Tak ada bangsawan wanita seusianya di wilayahnya sendiri. Lesha harus tetap tersenyum mendengarkan Baroness yang bercerita soal anaknya, Viscountess yang hobi membuat kue tapi selalu gagal, entah buntet, gosong, kurang manis dan lain sebagainya. Sedangkan Countess Sonya adalah wanita pendiam yang tak banyak bicara.

"Aku akan gila kalau berlama lama tinggal disini!" ucap Lesha.

Lesha pernah menyelinap pergi ke Ibukota yang jaraknya hanya 2 jam dari wilayahnya dengan menunggang kuda. Saat itu dia hanya ingin menjajal kue yang laris dan sedang naik daun. Dia tidak bisa menahannya karena semua orang selalu membicarakannya. Bahkan ksatria dan pelayan di mansionnya. Dia ingin meminta tolong orang untuk membelikannya tapi dia gengsi belum pernah mencobanya. Maka diam-diam saat kakak dan Ayahnya pergi dia kabur menyamar menjadi seorang laki-laki dan mengembara ke Ibukota. Dia menghabiskan uangnya untuk membeli jajanan di pasar yang padahal di wilayahnya juga dijual disana. Tapi menurut Lesha rasanya berbeda. Tipe sang kepala pelayan tak menyadari kalau Lady nya sudah pergi mansion karena Lesha bilang tidak enak badan, dia ingin tidur dan jangan diganggu. Dia akan membunyikan lonceng untuk memanggil pelayan jika membutuhkan sesuatu. Emma, pelayan eklusifnya tentu saja sudah diberi tahu Lesha. Jadi Emma yang senam jantung itu selalu berjaga di depan kamar kalau-kalau ada yang mau masuk kamarnya Lesha.

"2 jam perjalanan kesana, pulang pergi 4 jam Nona," seru Emma dengan wajah cemas.

"Tenang Emma, ini baru pukul 9 pagi, aku akan pulang sebelum jam 5 sore," ucap Lesha dengan senyum sumringah.

"Tidak Nona, jam 3 sore," Emma bernegosiasi dengan majikannya.

"Pukul 4 sore kalau begitu, itu nilai tengahnya Emma," balas Lesha. Dia lalu memeluk maid kesayangannya. Tindakan itu tidak wajar dan diluar etiket bangsawan. Tapi Lesha yang sudah menganggap Emma sebagai kakak perempuan yang selalu mengkhawatirkannya itu perduli. "Tolong jangan buat semua orang khawatir Nona," lagi-lagi Emma mengalah. Lesha pergi dan bersenang-senang.

Kali ini Lesha ingin mencobanya lagi. Duchy Lexid sangat ramai tapi Ibukota adalah pusat peradaban. Jadi saat pertama kesana dulu membuat Lesha kagum dan meninggalkan kesan tersendiri baginya.

"Haruskah kita mencoba peruntungan lagi dan bersenang-senang?" seulas senyuman nakal terpancar di wajahnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status