Share

9. Ibukota

Lesha benar benar berniat pergi dari Duchy Lexid. Dia memberi tahu Emma tentang rencananya, tentu saja wajah Emma kaget dan langsung berteriak historis, "Nona...!" Tapi Emma cepat sadar sehingga dia cepat membungkam mulutnya dengan telapak tangannya. Emma paling tahu bahwa Lesha Lexid adalah manusia yang paling susah di beri tahu. Maka, apapun pendapat Emma pasti tidak penting dan Lesha tetap akan pergi ke Ibukota. Jadi pada akhirnya Emma harus kalah dari Putri kebanggaan Duke Gerard.

Seperti biasanya perannya adalah berjaga di depan pintu dengan alasan bahwa Nonanya tak enak badan dan memastikan tidak ada seorang pun yang akan masuk ke kamar majikannya.

Baju penyamarannya sangat banyak, tampilan Lesha kini persis seperti seorang anak laki-laki. Dia memakai korset ketat di dadanya untuk menutupi benjolan payudaranya. Pakaiannya longgar sehingga tak akan memamerkan bentuk badannya. Tali kekang kuda pun mulai dia hentakkan dan kuda yang berlari itu semakin menjauhi mansionnya yang mewah tapi seperti penjara baginya. Anak yang cenderung dibatasi punya banyak kemungkinan untuk memberontak. Jadi sebagai orang tua harusnya Gerard waspada akan hal itu.

Lesha juga pergi membawa busur beserta anak panah dan juga pedang, maklum dia harus melewati hutan untuk sampai ke Ibukota. Meski jalan menuju Ibukota telah dibuka puluhan tahun dan jalannya bagus tapi tak menutup kemungkinan jalan yang sepi pemukiman itu bisa saja adalah tempat bersarangnya penjahat. Lesha yang pergi tanpa pengawalan ksatria tentu saja harus bisa melindungi dirinya sendiri.

"Hiya...hiya..." Lesha mengarahkan kudanya untuk terus melaju. Angin yang berhembus kencang sesekali menembus jubahnya. Itu adalah angin kesejukan berkat harga kebebasannya sesaat. Lesha paling suka berkuda, detak jantungnya yang berpacu bersama dengan larinya kuda membuat adrenalinnya bersemangat. Tapi berada di Duchy membuat aktivitas yang disukainya harus di sembunyikan. Ayah dan Kakaknya melarang segala aktivitas yang membahayakannya. Berkuda juga berbahaya karena kalau terjadi kecelakaan dan terjatuh dari kuda bisa berakibat fatal seperti patah tulang sampai kematian. Jadi Lesha yang dikenal Gerard tentu saja adalah anak gadis yang tidak pernah sama sekali memegang tali kekang kuda. Bahkan untuk menaiki kuda, harus ada orang yang menuntun kudanya dengan pelan, secara eksplisit itu hanya terlihat seperti menaiki kuda untuk tamasya bukan berolahraga.

Lesha sampai di Ibukota hanya dalam waktu satu setengah jam, artinya Dia sangat cepat dalam menaiki kudanya. Secara umum, Duchy Lexid juga besar dan ramai, tapi sekali lagi melihat peradaban yang lebih ramai dan beragam dari tempatnya selalu membuatnya kagum.

Karena dalam waktu berkendara kuda tanpa berhenti beristirahat dalam jangka waktu yang lama membuat perut Lesha lapar dan haus jadi Dia ingin mencari restoran untuk makan, tapi melihat penampilan yang sekarang dia yakin kalau Dia akan dikira rakyat jelata maka akhirnya dia memutuskan untuk mencari kedai untuk makan dan minum. Delham, koki di rumahnya mengatakan bahwa salah satu ciri tempat makan yang enak adalah ramai tidaknya pembeli, jadi kalau ingin membeli makanan mampirlah ketempat yang ramai. Itu adalah nasihat yang di ingat oleh Lesha dan sekarang dia ingin memakai nasihat tersebut.

Lesha akhirnya menemuka sebuah kedai yang sangat ramai, disana terlihat banyak pria kekar dan besar, wajahnya kasar dan suara mereka sangat keras berisik dan meskipun ini siang hati, bau alkohol menyengat.

"Yah ini Ibukota," gumam Lesha pelan.

Dia duduk di meja yang kosong, setelah pantatnya menyentuh tempat duduk seorang pelayan laki-laki yang masih muda menghampiri nya.

"Apa menu andalan disini?" Tanya Lesha kepada pelayan itu. Alis pelayan itu mengkerut seolah melihat keanehan darinya. Lesha belum tahu bahwa kedai tempat dia makan adalah sarang tentara bayaran singgah. Melihat orang asing yang sepertinya baru pertama kali datang ke kedai itu tentu saja membuatnya heran, kenapa dia mau-maunyq datang ke tempat yang berbahaya seperti kedai ini. Tapi dia hanya bekerja disini, jadi pelayan itu segera memberinya nama sebuah makanan. Itu adalah Ayam goreng berbumbu, pelayan itu juga menawarkan bir tapi Lesha menolak. Dia memakan Ayam itu dengan lahap, "Ternyata benar kata Delham," kata Lesha seorang diri. Ayam itu sangat gurih dan krispi tapi juga juicy di dalamnya. Empuk dan juga harum. Rasanya Lesha sangat ingin memesan untuk dibawa pulang dan diberikannya kepada Emma.

Baru juga sedang enak-enaknya dia makan, seorang laki-laki dengan postur badan besar juga kekar duduk di depannya, disampingnya juga ada laki-laki bertudung yang juga ikut duduk di meja dengannya. Lesha yang hampir memasukkan Ayam ke dalam mulutnya berhenti dan memandang dua manusia itu. Tapi keduanya atuh tak acuh dan segera memesan makanan dan segelas bir.

'Kenapa dua manusia aneh itu ada di depanku?'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status