Share

13. Keributan (2)

Kristof mengepalkan tangannya. Dia tahu betul dunia tempat dia tinggal dimana kekuasaan selalu berputar pada porosnya. Nasib rakyat jelata selalu saja sial dan akan kalah pada siapa saja yang berkuasa.

Viscount Gali memang diserang oleh para bangsawan di meja tersebut, tapi dia juga harus melawan dan tidak akan kalah, kalau tidak bisnisnya ini tidak akan berjalan lancar. Bagaimana pun, rakyat jelata yang diketahui oleh kebanyakan tidak punya apa-apa sering menggadaikan tanah atau barang berharga lainnya sehingga dia juga bisa meraup untung banyak. Kadang karena tidak bisa membayar hutangnya mereka menjadi budak atau menawarkan anggota keluarganya lainnya untuk dijadikan budak.

Sementara itu Lesha yang mengalami kejadian sekitar pun menyimpulkan bahwa para bangsawan Ibukota sepertinya memang brengsek.

"Maaf sebelumnya, Yang Mulia Putra Mahkota, Count Hiba dan Baron Dexon," Viscount Gali harus bisa memenangkan situasi ini, "Kasino saya adalah kasino legal, SOP jelas dan semuanya aman terkendali. Kemenangan dan kekalahan selalu ada dalam setiap permainan. Kalian bertaruh disini juga pasti sudah tahu risikonya kalau menang bisa menggandakan modal dan kalau kalah harus siap kehilangan segalanya yang dipertaruhkan." Dia berkata dengan nada tenang meskipun dalam hati jantungnya seperti sedang berolahraga, apalagi kalau Dia menyenggol ego Putra Mahkota, bisa habis nasib kasinonya hari ini, meskipun Raja akan menggantinya besok, tapi tetap saja dia harus menenangkan anak singa yang tidak stabil emosinya. "Saya yakin kalau Yang Mulia hanya bertaruh dengan uang kecil, dan mengakui lawan saat kalah karena kebesaran hati Yang Mulia," Dia harus pandai menjilat dan membungkuk untuk saat ini.

"Pegawai saya tidak ada sangat pautnya dengan saya, saya bahkan tidak tahu namanya," Viscount kini melirik pegawainya, dengan sigap Kristof harus pandai membaca situasi, "Ampuni hamba Yang Mulia," Kristof menunduk dan mengambil perannya, "Saya hanyalah pemandu bagi Tuan Ahsel ini, ini adalah pertama kalinya dia bermain dan dia sangat penasaran dengan permaian judi di kasino ini, sehingga saya menawarkan diri untuk jadi pemandu. Kemenangan kami adalah keberuntungan semata dan tidak berani kami berbuat curang dibawah mata Yang Mulia," Kristof yang sudah muak dengan bangsawan menurunkan egonya.

"Hhm...." Putra Mahkota hanya bergeming.

"Putra Mahkota adalah panutan, kami pasti akan meniru Yang Mulia jika Yang Mulia menunjukkan sikap adilnya terhadap kami." Lesha juga harus mengambil perannya. Sebagai orang asing dan baru kali ini masuk kasino untuk berjudi.

Count Hiba dan Baron Dexon kini tengah membaca situasi, melihat gelagat Ricardo, sepertinya Putra Mahkota mulai berpihak pada lawan. "Yang Mulia..." Saat Count Hiba hendak berbicara, Ricardo langsung memotongnya, "Diam!..."

"Baiklah hanya uang segitu..." Kata Ricardo kemudian.

"Terimakasih atas kemurahan hati Yang Mulia," Lesha memberikan penghormatannya sekali lagi.

"Tapi kalau mau membawa uang itu, jilat dulu sepatuku!"

"....."

"....."

Semua orang langsung hening di seketika.

'Bajingan satu ini!' pikir Lesha. 'Apakah ini rupa orang yang akan memimpin negeri ini?'

"Maaf?" Kristof hendak mengonfirmasi omongan Putra Mahkota Kerajaan ini.

"Aku tak suka mengulangi perkataanku dua kali!"Ricardo membentak sehingga Lesha kaget dengan suara nada tingginya itu.

Kristof mulai maju kedepan dan membungkuk, Lesha tampak kaget seakan jiwanya akan keluar, 'Apa?' dia benar benar tidak menyangka bahwa Kristof akan benar benar melakukannya. Sementara Viscount Gali hanya diam tak bisa melakukan apapun, Count Hiba dan Baron Dexon tampak tersenyum sinis penuh dengan kemenangan. Mereka memang kehilangan uang dalam jumlah yang banyak tapi mereka tak kehilangan muka dan mendapat tontonan yang menyenangkan. tak hanya Count dan Baron saja yang menonton seluruh orang yang ada dalam ruangan tersebut juga menyaksikan pemandangan yang menjijikkan tersebut.

Krostof benar benar menjulurkan lidahnya dan menjilat sepatu Putra Mahkota yang sudah kotor terkena debu.

Lesha hanya berpikir bagaimana caranya menikah orang orang yang memalukan itu.

"Hahaha... benar, seperti inilah harusnya kau bersikap." Rocardo tertawa bangga karena kedudukannya.

'Aku tak sudi punya pemimpin seperti dia!' batin Lesha. Kristof sudah meninggalkan rasa malunya. Lebih baik kehilangan muka daripada kehilangan uang uang itu. Karena dia sudah berencana akan membangun bisnisnya dengan uang tersebut.

"Merupakan kebanggaan hamba bisa menerima karunia Yang Mulia Putra Mahkota," tak ada semburat rasa malu sama sekali. Viscount Gali terkesan dengan pelayan yang bekerja di kasinonya itu, dia bahkan berencana untuk menaikkan posisi orang itu. Dia tidak punya rasa takut, seperti menanggalkan emosi.

"Kalian boleh pergi," kata Ricardo melambaikan tangannya ke luar. Beruntung bukan Lesha yang disuruh menjilat sepatu tersebut.

Lesha dibantu Kristof untuk mengemas koin emas yang sangat banyak. ada sekitar 200 lebih koin emas. Kristof mengemasnya rapi agar tidak mencolok.

"Kita harus mencari tempat yang aman dulu Tuan Ahsel."

Langkah Kristof terbesar gesa karena selalu ada pencuri atau perampok di sekitar tempat kasino. Karena badan Kristof yang besar dan tinggi, langkahnya cepat dan jangkauan kakinya besar. Lesha bahkan harus sedikit berlari untuk menyamakan langkah kaki Kristof.

Dan benar saja, di depan gang tempat Kristof lewat, dia sudah dihadang 4 orang perampok.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status