Share

5. Menyadarkan sang Putra

Setelah kunjungan suaminya yang sekaligus adalah Raja negeri ini. Permaisuri tampak sangat marah.

"Argh... Bajingan... Sialan..." Dia berteriak penuh dengan emosi. Dia juga membanting segala sesuatu yang ada di meja yang ada didepannya. Cangkir teh terlempar dengan tidak beraturan, lalu membentuk dinding dan jatuh ke lantai dengan kondisi yang hancur berantakan. Kamarnya penuh dengan baling berbahaya. Isna yang menekan emosi di depan suaminya itu kini benas mengekspresikan dan mengeluarkannya.

Suaminya yang kejam terhadapnya dan anaknya yang sampah. Hidup sebagai wanita no 1 di Kerajaan ini malah membuatnya tertekan dan tidak bahagia. Tapi ini dulu adalah pilihannya jadi Dia ingin membereskan semua masalah yang menghalanginya. Hari ini Dia harus benar benar membuat anaknya sadar diri dengan posisinya. Sampah itu harus sadar bahwa lahir dari seorang Raja dan Permaisuri saja tidak akan cukup untuk memimpin negeri ini. Perlu usaha dan kerja keras juga, utamanya otak yang cerdas sehingga bisa tahu celah dalam memanfaatkan seseorang. Itu juga butuh kemampuan dan anaknya tidak ada di level itu.

"Viscountess Muna...." teriak Isna kepada salah seorang dayangnya.

"Ya... Yang Mulia..." Muna yang sudah hafal bagaimana kelakuan sang Ratu itu pun harus bersabar saat menghadapi kemarahan Isna.

"Berikan aku daftar Putri dari para bangsawan yang siap pada usia menikah,"

"Apakah itu termasuk mereka yang sudah punya tunangan?" Tanya Muna memastikan.

"Ya... aku tidak perduli jika dia sudah punya tunangan atau tidak!"

"Baik Yang Mulia..." Muna segera pergi dari hadapan Permaisuri.

Merasa stres, Isna memilih untuk memakan makanan manis meskipun sehabis ini Dia harus berolahraga ekstra agar berat badannya tidak naik. Biasanya dia memilih untuk menunggang kuda atau latihan memanah.

Sejam kemudian, Muna datang dengan tumpukan dokumen. Disana berisi potret wajah wanita cantik anak para bangsawan lokal. Isna yang tahu kalau anaknya busuk tak mau ambil pusing dengan menikahkan anaknya dengan putri dari Kerajaan lain karena kalau putri itu kenapa-kenapa malah akan menimbulkan permusuhan. Anak bangsawan lokal lebih berguna, dengan berdalih kesetiaan dan rasa royal mereka terhadap Kerajaan, mereka harus menyerahkan anak mereka sebagai daging kurban yang siap digunakan untuk kepentingan keluarga Kerajaan.

Semuanya Isna lihat dengan teliti, dia tahu selera anaknya wajah cantik dengan body aduhai. Kalau bisa dia dari keluarga bangsawan rendahnya agar kalau ada apa-apa mereka tidak bisa berkomplot atau memberontak. Ada satu dokumen yang menarik perhatian Isna, itu adalah potret kosong, disana berisi informasi mengenai seorang Putri dari kadipaten Lexid.

"Kenapa dia tidak ada wajahnya?"

"Ah itu..." Kata Muna ragu-ragu. "Putri Lesha tidak pernah menampakkan dirinya di pergaulan sosial Yang Mulia, dia hanya keluar di wilayahnya saja. Tidak pernah dibawa pergi ke Ibukota,"

".....?"

Apakah itu masuk akal? pikir Isna. Dia adalah Putri dari keluarga Pahlawan yang juga kaya raya. Ibukota yang penuh dengan gemerlap dan banyak hiburan tak menarik minatnya? Bahkan bangsawan yang mengirim anaknya ke luar negeri saja masih mengajak mereka ke Ibukota untuk sekedar berbelanja dan cuci mata.

"Bagaimana dengan rumor mengenainya?" Isna tampaknya sangat penasaran dengan Putri dari kadipaten Lexid.

"Tidak ada yang buruk Yang Mulia, tapi informasi bagaimana rupa sang Putri sangat dirahasiakan," Muna juga tahu bahwa dengan kekuatan Kadipaten Lexid, menutup informasi mengenai anaknya bukanlah hal yang sulit. Sepertinya mereka sangat melindungi anaknya dari dunia luar.

"Apakah dia sangat jelek karena tidak pernah dibawa ke hadapan sosial," itu bisa menjadi salah satu spekulasi yang keluar atau mungkin sebaliknya, Putri itu sangat cantik sehingga menghalangi para serangga untuk mendekatinya.

"Ya itu tidak masalah karena aku tidak akan memilihnya. Membuat anak Duke Lexid sengsara karena putraku hanya akan menambah musuh dalam selimut, terlebih mereka punya basis dukungan rakyat yang kuat."

Muna menganggukkan kepalanya.

"Singkirkan dokumennya," Perintahnya lagi.

"Baik Yang Mulia,"

Setelah membolak-balikkan beberapa protet dipilihlah 5 potret yang paling mendekati dengan selera anaknya. Mereka berasal dari keluarga Count, Baron dan Viacount. Sebenarnya ada satu lagi tapi dia berasal dari keluarga Marquess yang cukup bergengsi. Menyenggol keluarga bergengsi hanya akan merugikan Isna dan anaknya ke depannya. Untuk urusan negara, Isna juga harus memilih ajudan yang pandai dan disiapkan untuk menjadi anjing pesuruh. Dia harus menurut da tidak banyak protes. Alangkah baiknya jika dia merasa punya hutang budi dengan keluarga Kerajaan. Untuk urusan ini, Isna sudah menyuruh Mona untuk menyiapkan nama-nama bangsawan muda yang menonjol dan cakap dalam mengurus masalah banyak hal. Kalau bisa mereka yang bukan pewaris gelar agar ambisi untuk bisa berada di puncak jabatan menjadi tujuannya. Isna yang pandai dan licik sudah menyiapkan segalanya untuk anaknya. Hanya anaknya saja yang tidak pernah sadar dan semakin menjadi jadi kelakukan buruknya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status