Share

4. Keluarga Sampah

Permaisuri pergi ke istananya dengan wajah kesal. Anaknya sudah 22 tahun dan masih bertindak seperti sampah. Dia tahu kalau dia juga menikahi pria busuk tapi dia ada ditempat yang paling Mulia. Jadi Dia mengulurkan tangan untuk menyambutnya. Dia rela berkubang dijalan lumpur untuk membuat banyak wanita menderita sampai mandul karena kelakuan suaminya. Dia tidak mau keturunannya harus bersaing memperebutkan tahta. Jadi Dia rela melakukan pekerjaan kotor sebagai Ibu demi putranya. Tak disangka Putra yang sangat di lindunginya tumbuh menjadi tidak berguna, jadi permaisuri merasa kalau usahanya hanya sia-sia belaka. Dia merawat anaknya seperti tanaman berharga sementara yang lainnya hanya rumput yang seperti hama, jadi Dia sudah mencabutnya sampai akar agar tidak menganggu tanamannya yang berharga.

Meski tidak akur, tapi Raja juga menyukai istrinya yang kejam dan bertindak dengan caranya. Kalau istrinya tidak kejam, mungkin sudah puluhan anak lahir dari rahim banyak wanita. Jadi Raja masih saja bergumul dengan banyak wanita sementara Permaisuri akan membereskan para wanita Raja.

Sama seperti anaknya, Raja juga maniak seks sejak muda. Jadi ketika melihat anaknya yang sekarang, Raja seperti berkaca saat dia muda dulu. Jadi dia tidak melarang anaknya yang pergi setiap malam ke tempat prostitusi. Justru membereskan pelacur lebih mudah daripada membereskan wanita bangsawan. Pelacur adalah wanita yang tidak berharga sama sekali jadi kalaupun ada insiden yang tak di inginkannya. Mereka hanya harus dibunuh dengan diam.

Raja hanya membandingkan masa mudanya dulu dengan anaknya yang sekarang. Bedanya, dulu dia masih mengimbanginya dengan pergi ke medan perang Jadi prestasinya di imbangi dengan kelakuan bobroknya. Tidak seperti anaknya yang mengerti kesenangan belaka, dia tidak pernah berjalan ke tempat yang harus merangkak dengan susah. Dia terlahir dengan sendok emas di tangannya. Kerajaan juga masa berjayanya. Pun kalau ada perang sekarang banyak bangsawan yang bisa dilemparkan dan bisa diandalkan. Jadi anaknya Sang Putra Mahkota benar-benar hanya tahu cara bersenang-senang dan cara menghamburkan uang saja.

Seorang datang menghampiri Isna sang Permaisuri, dia memberitahukan bahwa Sang Raja datang untuk menemuinya.

"Ya persilakan dia masuk," jawabnya.

Permaisuri mengatur nafasnya, dia tidak mau amarahnya terlihat di depan suaminya. Dia selalu menjaga martabatnya.

"Salam kepada Matahari Kerajaan, semoga sinar terang terus menyertai jalan Yang Mulia," Isna menyapa formal.

"Duduklah Permaisui, ada yang ingin aku bicarakan!"

Mengetahui bahwa Raja datang ke kediamannya secara langsung pasti ada sesuatu yang penting.

"Ya."

"Ini mengenai Putra Mahkota."

'Ah anakku yang berharga tapi tidak berguna,' gumam Isna sendiri.

"Sudah saatnya dia berhenti mengunjungi prostitusi, belakangan ini rumor buruk terus menyertainya dan itu tidak baik untuk kedepannya! sebagai seorang Putra Mahkota yang akan memimpin suatu negara dia sudah seharusnya bertindak bajik dan bijak, menjadi panutan rakyat," nadanya tegas dalam menceramahi istrinya.

'Harusnya kau mengatakan itu langsung pada keturunanmu! menurutmu sifat siapa yang dia tiru untuk bergumul dan berguling dengan banyak pelacur!' Isna ingin marah tapi hanya disimpannya saja dalam hati.

"Saya pikir juga begitu Baginda," Isna tersenyum dengan manis. Dia harus menutupi emosinya di depan sang suami.

"Kita harus menikahkannya!" kata sang Raja dengan percaya diri.

'Anak mana yang mau menikah dengan anakku,' memikirkannya saja membuat Isna pusing. Dia sendiri mengakui kalau anaknya sangat buruk dan bajingan.

"Bulan depan di pendirian negara, aku akan menyuruhnya untuk memilih calon mempelai,"

Isna pasti melupakan statusnya sebagai seorang Permaisuri. Dia bisa dengan mudah membuat anak bangsawan untuk menikah dengan anaknya. Meskipun Dia pasti akan merasa kasian. Selama ini dia tak menggunakan wewenangnya karena dia sendiri harus memilih calon yang bisa membantu anaknya dalam menjalankan negara nantinya. Kalau anaknya yang memilih pasti perempuan itu hanya dipandang untuk memuaskan hasratnya saja. Dia tak mau salah pilih.

Isna yang banyak pikiran tak menyahut kata-kata Suaminya.

"Aku sudah menyebarkan undangan untuk membawa seluruh anggota keluarga bangsawan hadir. Termasuk mereka yang mengirim anaknya ke luar negeri,"

"....." tiba-tiba saja suaminy bertindak diluar pemikiran, dapat ide darimana dia? dan itu tanpa memberitahunya. Dia memberitahukannya hanya setelah semua itu terjadi.

"Saya akan menuruti perintah Baginda,"

Suaminya Joland, meskipun tak pandai dalam menjalankan pemerintahan, dia hanya tahu berperang jadi kekuatannya dalam segi fisik masih energik dan inilah yang membuat Isna takut dan selalu patuh atas perintah Suaminya.

"Saya harap Permaisuri juga bisa memberi tahu Putra Mahkota agar menjadi anak yang lebih baik lagi. Dia akan menjadi Raja yang tidak berguna jika kebiasaan buruknya terus dilanjutkan!"

Isna ingin tertawa mendengarnya. Sekarang Raja menyalahkannya karena Permaisuri dinilai tidak pecus mendidik anak. "Kalau saja Permaisuri tidak membunuh semua calon anakku pasti akan ada anak yang lebih berguna dan bijak yang akan menjadi penerusku!"

Jleb... kata-kata itu tertancap di dadanya. Sakit.

'Apakah dia mengharapkan anak dari para pelacur?'

Banyak pelacur yang ingin naik posisinya karena Raja suka memanggil wanita penghibur. Kalau mereka bisa melahirkan seorang Pangeran tentu mereka akan langsung dijadikan selir. Sebuah jabatan yang bisa menjadikannya yang tak terlalu bagus tapi juga banyak untungnya. Tapi sayangnya cita-cita pelacur itu sirna karena para perempuan yang keluar dari kamar Raja akan mengalami penderitaan setelahnya.

"Karena saat ini Dia satu-satunya anakku, maka semua hal akan aku lakukan untuk menjadikannya Raja di masa depan!" kata-kata terakhir Joland sebelum dia pamit terlihat seperti sebuah konfirmasi juga sebuah peringatan.

'Saat ini' kata-kata itu terus menggema dikepala Isna. Apakah dia berniat punya anaknya dari wanita lain?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status