Share

Kudeta

***

“T-Tunggu dulu, Presiden? Jangan bercanda!” bentakku.

Memang momen tertangkapnya Stefano berbarengan dengan masa kampanye dari kedua pasangan calon presiden. Mendengar perkataan pria tua barusan yang mengatakan Presiden dengan tegas, maka bisa dipastikan pria yang dimaksud adalah si calon petahana.

“Apa kamu melihat ekspresiku tengah bercanda?” tanya Stefano, tajam.

Violet menenangkan hatiku yang tiba-tiba tersulut olehnya. Tidak mungkin jika Presiden yang memerintahkan pembunuhan Luqman, setahuku dia adalah orang yang baik, peduli kepada rakyat dan memiliki tujuan mulia untuk memakmurkan kehidupan masyarakat.

Aku memilih diam bisu dan duduk di atas sofa yang berada di belakang punggung Stefano. Kubiarkan Violet yang berbicara kepadanya, aku percaya wanita itu jauh lebih ahli dalam mengendalikan emosi ketika berbincang kepada Stefano.

“Tidak mungkin,” ucap Violet.

Kedua matanya membelalak, tanga

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status