Aku memilih untuk tidak masuk ke rumah. Saat ini Rasanya rumah bukanlah tempat ternyaman yang harus aku prioritaskan. Memilih menikmati pemandangan jalanan yang terasa begitu menyejukkan hati adalah pilihan kedua."Jadi, ke pantai Nona?" tanya sopir Grab dengan sikap ramahnya"Iya, pantai Lamaru Pak!" jawabku sambil menurunkan kaca jendela Mobil agar bisa menikmati angin serta pemandangan kota yang masih terlihat begitu asri dengan pepohonan yang tumbuh di pinggiran jalan."Matikan saja AC-nya pak, saya ingin menikmati angin.""Baik, Nona. Lagi pula kota kita ini masih banyak ditumbuhi pohon-pohon. Jadi, untuk kualitas udara sejuknya Kota Balikpapan masih terbilang bagus," Komentar sang Sopir taksi.aku hanya mengangguk mengiyakan dan kembali memandang ke luar jendela.Sesampainya di Pantai, aku segera berlari menuju ke arah bibir pantai. Bermain dengan ombak yang menggelitik kakiku yang sudah basah oleh air. Suasana hatiku terasa begitu menikmati momen indah ini. Karena sejujurnya, P
"Apa maksudmu dengan mengatakan bahwa aku ini brengsek Mas? Setelah kau menikmati keindahan tubuhku kau akan pergi begitu saja, hah?!" teriak Mulan marah tak terima dengan perlakuan Akbar. Pria itu masih saja terus memandang wajah Mulan yang terlihat memerah karena emosi yang meluap-luap."Kau pantas untuk itu. Karena pada dasarnya, kau adalah istri pemuas kebutuhan seksualku saat aku tak mendapatkan itu semua dari Istriku,""Pemuasmu? Jadi aku sebatas itu Mas!" Mulan hampir saja akan menampar wajah Akbar. Namun, ia teringat bahwa tak ada satu manusia pun yang mau menanggung biaya hidupnya selain Akbar."Kau akan menampar wajahku, ayo coba saja!" tantang pria yang masih dalam keadaan setengah telanjang itu. Bagian bawahnya masih polos belum sempat ia mengenakan celananya karena tubuhnya ditarik kebelakang oleh Mulan.Mulan menurunkan tangan yang sudah mengudara siap untuk menampar pipi Akbar. Mulan hampir saja menangis, tapi ia berusaha sekuat tenaga agar tak menunjukkan sifat lemahn
Saat diriku ingin melangkah mundur menghindari sesosok bayangan hitam di hadapannya, tubuhku ditarik masuk lebih dalam lagi. Dalam keadaan panik dan histeris karena merasa sangat takut, tiba-tiba saja lampu rumah menyala."Lepaskan atau aku pastikan peluru ini menembus kepalamu!" Walau aku tak melihat wajah orang yang mengatakannya, tapi aku yakin itu adalah Abian. Pria itu tidak meninggalkan diriku sendiri.Saat menatap kedepan, aku dapat melihat pria dihadapanku ini memakai penutup kepala agar wajahnya tidak dikenali.Belum sempat aku berkata-kata, aku dapat merasakan tangan pria itu melingkar di leherku dengan sebilah pisau yang siap menusuk leherku. "Jangan sampai kau melihat darah keluar dari leher wanita ini. Aku hanya ingin mengambil beberapa perhiasan untuk menebus anakku di rumah sakit.""Jadi yang kau inginkan adalah uang?" Abian mencoba untuk bernegosiasi."Ya, aku butuh uang! Jadi cepat berikan aku uang atau aku habisi wanita ini!" ancamannya membuat bulu kudukku berdiri.
Aku sebenarnya tak mengerti apa maksud dan tujuan Abian saat meminta akses CCTV rumah, namun aku tak mempermasalahkan hal itu. Aku yakin, Abian memiliki sebuah cara tersendiri untuk dilakukannya serta mempertimbangkan semuanya secara terperinci."Kejadian ini sudah aku hapus dan aku kirimkan ke file dokumen yang kumiliki tentang perselingkuhan suamimu dengan Mulan. Kau tenang saja, aku jamin ia tak akan curiga." kata Abian saat dirinya telah selesai menyelesaikan rangkaian misi yang dilakukan bersama dengan Aslan."Aslan, antarkan Pak Aros ke rumah sakit untuk membayar semua biaya yang harus dibayarkannya."Aslan mengangguk mengiyakan dan memberi isyarat pada Pak Aros agar mengikuti langkahnya keluar dari rumah.Sebelum itu, Pak Aros menyalamiku, meminta maaf atas segala hal yang telah terjadi dan berjanji akan menutup mulutnya tentang kejadian ini. Walaupun sepenuhnya aku tak terlalu percaya, dalam hati kecilku berharap bahwa Abian memiliki rencana untuk Pak Aros sendiri."Kau tenang
"Apa maksudmu bicara seperti itu pada anakmu?" Mama terlihat kesal dengan sikap Papa yang terlihat begitu santai menanggapi permasalahanku dengan Mas Akbar."Akbar dan Mawar adalah pasangan yang serasi. Jadi, kalau masih bisa diperbaiki lagi, kenapa tidak?" Seandainya saja bukan papa yang mengatakan hal itu, tentunya aku akan memberi pelajaran padanya.Papa terlihat menatapku dengan senyuman yang terukir di wajahnya."Papa ini tidak bodoh Mawar, walaupun sebenarnya Papa kesal dan ingin memberi pelajaran pada…""Pah!" aku memberi isyarat agar Papa tak meneruskan perkataannya. Aku baru saja ingat, kalau di ruangan ini dipasang CCTV dan hal itu bisa kapan saja dilihat Mas Akbar saat pulang ke rumah."Abian sudah merusak dan menghapus semuanya."Aku terkejut mendengar penuturan Papa yang begitu mengejutkan."Papa sadar, bahwa papa salah menilai pemuda itu. Tapi sayangnya, Papa sudah terlambat untuk menyadari semuanya. Hamzah sudah mengatakan semuanya. Dan Papa berharap banyak pada Abian
"Bukan begitu, cobalah untuk mengerti. Bukankah kalian sesama wanita?""Aslan, aku tak segan-segan untuk menguliti dirimu jika kau terus membahas wanita penggoda itu. Terlebih jika aku harus mengerti perasaannya, oh my God!" Siti memejamkan kedua matanya, mencoba untuk menenangkan diri dari emosi yang bergemuruh di dalam jiwanya.***Aku melihat dua orang pria masuk ke dalam ruang kerja Mas Akbar. Hal itu justru membuat diriku merasa aneh. Karena tak pernah sekalipun Mas Akbar mengajak seorang tukang service memasuki ruangannya. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan dariku. Jangan -jangan mereka bukanlah tukang service biasa, melainkan seseorang yang sedang menyelidiki tentang hal yang terjadi selama Mas Akbar meninggalkan rumah.Aku menghela nafas berat, rasanya begitu banyak hal yang terjadi."Mas!" aku tak langsung masuk ke dalam ruang kerjanya.Pintu dihadapanku terbuka lebar. Raut wajah Mas Akbar terlihat begitu dingin."Apa ada yang sengaja merusak CCTV rumah?" Mas Akbar tampak be
"Aku bukanlah perempuan penggoda! Dan aku tidak akan kalah dari istri jelek Akbar." Jawab Mulan sambil tersenyum licik. Wajahnya terlihat begitu santai mengatakan hal tersebut. Kalau dulu aku melihat kepanikan dalam dirinya, kali ini tidak lagi. Sepertinya Mulan telah mempelajari satu hal, yaitu keegoisan."Apa kau yakin istri pertama suamimu itu jelek?""Ya, aku pernah bertemu dengannya satu kali. Tapi sayangnya,aku tak dapat melihat wajahnya. Namun, aku dapat memastikan bahwa ia adalah wanita jelek yang sedang menutupi wajahnya." Mulan mengeluarkan ponselnya dan terlihat berkaca pada ponsel itu. "Lihatlah Rose, wajahku ini sangatlah cantik. Setiap pria pasti akan bertekuk lutut di hadapanku."Aku hanya mengulas Senyuman dan mengeluarkan secarik kertas dari tasku."Lihatlah!" aku menyodorkan kertas itu pada Mulan. Wanita itu dengan ragu mengambilnya.Saat melihat nominal yang tertera pada cek yang berada ditangannya, seketika wajah Mulan berubah memerah."Satu Milyar?" "Iya, dan de
Saat memasuki rumah, pandanganku langsung tertuju pada Mas Akbar dan juga orang tuanya yang telah duduk santai di ruang tamu. Kedatanganku membuat suara mereka tak terdengar lagi. Suasananya begitu kurang nyaman, aneh sekali tidak seperti biasanya."Sudah lama, Ayah dan Ibu?" sapaku sambil mencium punggung telapak tangan keduanya. "Sudah. Apa yang kau lakukan di luar rumah, Mawar sampai jam segini?" pertanyaan itu terlontar dari mulut Ayah mertuaku. Tidak seperti biasa, Ayah Sandy seperti marah padaku."Maaf, Ayah. Mawar tadi ada urusan dengan…""Abian?" potong Ibu dengan nada sinis."Tidak, aku bertemu dengan Siti. Kami ngobrol-ngobrol sampai lupa waktu." aku berinisiatif untuk ke dapur karena meja yang kosong, tidak ada sesuatu yang disuguhkan oleh Mas Akbar."Tidak perlu repot-repot. Kami sudah mau pulang." tukas Ayah dengan sikap dinginnya."Kau itu harus menjaga kehormatanmu sebagai seorang wanita beristri. Jangan keluar rumah tanpa adanya tujuan. Bisa-bisa kamu dituduh main den