"Baiklah aku akan mengikuti permainan Anda, Franz Anggara!"batin Intan.Di sana kakek kondisinya tampak kurang sehat.Oleh sebab itu, Intan berkata," Sudah kakek, semua akan baik-baik saja. Semua sudah Intan urus dan sudah hampir selesai,"Intan berbicara dengan lembut, ia juga tidak lupa mengelus punggung kakek agar lebih tenang yang sedari tadi tampak naik darah. Bagaimana mungkin Intan membiarkan kakeknya marah-marah lebih lanjut, bukankah itu bisa menyebabkan kondisinya memburuk?Saat ini wajah kakek Ardidingrat masih menampakan raut yang sedang emosi, namun sudah sedikit lebih baik setelah Intan menenangkannya.Kemudian kakek menyuruh bodyguardnya mengusir Franz.Melihat hal itu, Franz masih juga bersikap seperti manusia yang tidak bersalah."Kakek tidak usah repot mengusir aku, saat ini juga aku akan pergi. Tapi kakek, Franz sungguh tidak bersalah dan aku akan mencari bukti dan memberikan kepada kalian jika ini hanya sebuah fitnah saja. Maafkan aku yabg sudah membuat kakek jadi
Haris dan detective selama masa pemulihan dipindahkan ruang khusus dibawah tanah. Bahkan dokter yang merawat merupakan yang sudah dipercaya."Syukurlah jika kalian sudah bisa beraktivitas lagi hari ini,"Intan berkata kepada Haris dan detective itu. Namun wajah Haris saat itu tak berkedip, dia malah melamun."Haris! Apa kamu masih sakit?" tanya Intan yang ke tiga kali. Karena tidak ada sahutan Intan berjalan mendekat kearah Haris.Di sebuah halaman yang luas sore itu para bodyguard dan detective sedang berkumpul, memang mereka tetap diberi jadwal untuk sekedar olahraga dan melatih ilmu beladiri agar semakin meningkat.Haris berdiri di barisan depan di tengah. Mereka berbaris diberi jeda. Sementara detective itu yang ingin menemui Intan disuruh menunggu di halaman itu pula.Melihat Haris yang tidak merespon nona muda para rekan Haris menegurnya."Hai Haris...!" teriak salah seorang rekan Haris."Halah ..apa dia masih sakit?"fikirnya."Apa dia ke sambet?"tebaknya.Berbagai pertanyaan di
Pagi itu begitu indah. Udara tercium di hidung begitu segar.Intan membuka jendela kamarnya seraya menikmati udara dan keindahan, sesekali ia bersenandung bibirnya. Namun. Tak sengaja Intan melihat segerombolan bodyguard sedang melakukan pemanasan yang di pimpin oleh Haris. Suaranya di bawah begitu nyaring saat-saat mereka berteriak atau berhitung."Kalau dilihat-lihat Haris lucu juga ya? Tapi kalau lagi kaya gini, dia begitu keren? Aduuhh...Aku mikir apa sih?"Kemudian Intan menyenderkan kepalanya di besi."Hmmp, aku rasa aku tidak salah menaikan jabatan Haris. Hum. Aku rasa dia juga akan semakin terasah kemampuannya berada di sini,"batin Intan. Dari lantai atas, Intan terus saja menatap kewibawaan Haris. Dia pasalnya merasa nyaman dan nyambung.Intan lalu tersenyum hingga giginya yang putih tampak terlihat, saat ia tersenyum, ia sangat terlihat semakin manis dan cantik setelah itu, Intan juga memejamkan mata seraya melakukan peregangan tangannya. "Sa-tu...,"Intan luruskan kedua t
"Gimana ya cara ambil ponselnya?"batin Intan.Bagaimanapun nona muda tidak bisa lama-lama di atas pohon bukan? Setelah Intan menghirup nafas dalam-dalam. Saat ini Intan seperti menatap dengan pandangan seekor kucing yang akan menangkap mangsanya, dia tidak berkedip kini dirasa ada peluang Intan segera beraksi.Ia mendekat terus sedikit demi sedikit. Begitu juga Pria bertopeng bergerak tampak waspada."Aku pasti bisa!""Aku pasti bisa!""Aku pasti bisa!"ucapnya Intan berkali-kali. Dia berkata untuk mempengaruhi alam bawah sadarnya. Karena sebenarnya, dia itu merasa takut."Aku memang tidak biasa memanjat! Sungguh hal ini di luar dugaan!""Nona muda, apa kau baik-baik saja di sana?"Terdengar suara dari bawah yang berteriak menanyakan nona muda Intan. Mendengar hal itu, Intan melirik sejenak. "Seperti dugaanku, itu adalah suara Haris,"Intan mengayunkan tangannya sebelah lalu meraih ponsel dengan susah payah.Swiingggg.....Akibat dari ayunan itu, pohon menjadi bergoyang bahkan sangat m
Seketika Haris menoleh karena mendengar teriakan nona muda.Bola mata ekor milik Haris mencuri pandang mengarah kepada Intan.Kemudian karena melihat hal tersebut, Haris segera gerak cepat ingin menolong nona muda.Tapi apalah daya?Musuh di depan Haris ternyata cukup sulit untuk di habisi. Bahkan jujur saja dia malah merasa kewalahan. Bukan hanya Haris yang berhadapan dengan musuhnya itu, bodyguard milik Intan yang lain juga beberapa mengalami kekalahan, tentu saja membuat kondisi dipihak Intan mengalami ketegangan bukan?"Bagaimana ini? Mereka sangat kuat dan bahkan terus saja memberi penyerangan padaku?"Haris berbicara di dalam hati. Dia sangat mencemaskan keselamatan nona muda. Tubuhnya seolah sudah mandi keringat.Sesekali Haris tetap mencuri pandang kearah nona muda yang tampak memaksa untuk terus bertarung. Alisnya sedikit terangkat. "Semoga nona muda bisa melewati ini semua Oh Tuhan.... Semoga Engkau lindungi dia wahai Rabb! Jaga diaa...!"Tak ada yang bisa Haris lakukan sel
Pagi itu sebenarnya udara di Turki terasa dingin. Tapi tidak dengan para bodyguard.Wajah bahkan baju diseragamnya dibasahi keringatnya bahkan darah segar. Selain itu, wajah juga lebam betapa cenat-cenut rasanya. Lagi-lagi Haris mengepalkan tangannya, dia melirik ke arah Intan lalu beralih melihat para musuh yang berada di depannya."Keajaiban, please datanglah!"Mohon Haris seraya menatap langit sejenak seolah berharap keajaiban di sela-sela putus asa yang mulai menyelimutinya.Ada rasa tidak percaya diri disisa tenaganya. Apa mungkin bisa melawan 5 orang itu? Apabila saat tenaga Haris masih banyak saja tadi mengalami kesulitan melawan. Apalagi sekarang? Bukan hanya tenaga yang terkuras tapi luka-luka di tubuhnya itu juga membuat dia kesulitan bertarung atau menghambatnya."Lalu, apa yang harus dilakukan sekarang?""Astaga, aku terlupakan!"Tes!Tes!Tes!"Tolong kirim orang yang banyak, sekarang dalam darurate!"Haris mengirim pesan ke bascame.Karena sadar Haris sedang meminta ba
Franz mengerutkan keningnya."Kalian memang bodoh! Kenapa malah Intan dibawa orang lain? Aku tidak mau tahu cepat selidiki, siapa yang menolong Intan dan kemana dia di bawa?"Franz berbicara sangat emosi. Hingga ngegas dan melotot.Tujuan Franz mengirim anak buahnya untuk menculik Intan. Nah, tapi kenapa malah Intannya dibawa pergi orang?Sebuah mobil hitam BMW yang tak kalah mewah membelah jalanan dengan kecepatan tinggi.Seseorang menghubungi kakek Ardidingrat setelahnya.Di bangku kebesaran di ruangan kantornya, lelaki tua itu tampak mengangkat ponselnya yang berdering di atas meja kaca.Kemudian, pria yang tak lain adalah Glenn kekasih Angela jugaa pria yang pernah jatuh cinta dengan Intan memberi tahu kabar tersebut kepada kakeknya dengan gugup, tangannya tampak bergetar karena cemas.Pada saat ini, kakek Ardidiningrat berada di Pakistan. Memang Intan sengaja membelikan tiket untuk kakek bisa lebih aman dan tidak setres.Sebenarnya Intan sendiri juga memiliki felling sedang dalam
Mendengar para pria bertopeng tertawa justru Kyai membalas tersenyum. Namun giginya tidak kelihatan.Kemudian beliau berkata," Saya memang memakai sarung dan tidak pandai bertarung seperti kalian. Tapi apa kalian merasa senang sudah bertarung dengan memakai ilmu hitam, maksud saya ilmu kebal? Sementara yang lain tidak? Apa kalian tidak kasihan?....."Lantas, mendengar ucapan Kyai justru mereka memotong dan tampak emosi, mereka tidak terima!"Ngga usah banyak bacot deh Anda!"serunya salah satu pria bertopeng. Kemudian, pria itu maju dan menantang Kyai.Melihat hal itu, pemuda yang merupakan murid Kyai Hasanuddin tampak tidak terima."Jaga bicaramu!" Pemuda tadi berkata seraya menunjuk-nunjuk dan terpancing emosi, itu semua dapat terlihat dari nada bicaranya yang tinggi dan tatapannya yang tajam.Siapa sih yang akan membiarkan gurunya diperlakukan seperti itu? Sudah tidak sopan! Teriak-teriak! Malah mau mukul? Apalagi mereka pakai ilmu kebal!Siapapun pasti juga geram bukan?Akibat ked