Share

Bab 6

Setelah mematikan panggilan dan memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas, tanpa ragu Karina melangkah membuka pintu. Ketika dia sampai di ruang tamu, dia melihat Laras sudah berbalik dan ingin menghampirinya.

Laras terkejut melihat Karina keluar dengan penampilan seperti itu. Karina yang dekil, lusuh dan kucel itu tiba-tiba tidak ada di diri Karina yang sekarang. Dia terlihat seperti bak putri orang kaya yang baru saja datang dari sebuah perusahaan ternama.

Laras sampai tercengang bukan main. Begitu juga dengan Lidya. Mereka tidak menyangka jika Karina bisa berpenampilan secantik itu juga. Apalagi gaun, tas, bahkan perhiasan yang dipakainya adalah merek terkenal.

“Kamu! Apa-apaan kamu hah? Dari mana kamu mendapatkan semua barang mewah yang ada di badanmu itu?” Laras langsung menudingnya.

Karina tersenyum sinis, kelembutan dan keramahannya yang selama ini selalu ia tunjukan tiba-tiba menghilang dari wajahnya. Dia kemudian berkata dengan nada datar, “Bukan dari mana-mana. Semua yang aku pakai ini adalah milikku sendiri.”

Laras justru tertawa terbahak-bahak. “Dasar perempuan tidak tahu malu! Kamu sudah gila ya? Atau kamu sedang bermimpi? Oh, atau jangan-jangan yang kamu pakai ini hanyalah imitasi untuk menjerat korban lain, karena kamu merasa sudah putus asa dengan Adnan.”

Karina menarik nafas panjang, kemudian dia menegakkan pandangan. “Kamu salah. Sebenarnya penampilanku memang seperti ini dari dulu. Saat aku keluar rumah dan memutuskan untuk tinggal di sini, seperti ini lah aku. Dan aku sekarang akan pulang ke rumahku dengan penampilan yang seperti ini juga “

“Hahaha..” Laras kembali tertawa, “Wanita ini benar-benar sedang bermimpi ya? Jadi maksud kamu, apa kamu mau keluar dari rumah ini?”

“Benar sekali. Aku sudah memutuskan untuk keluar dari sini dan bercerai dari anakmu. Dengan begitu, aku tidak akan menjadi benalu di kehidupan kalian lagi. Dan kalian tidak bisa menindasku lagi.”

Laras berkata dengan mencibir, “Kamu pikir kamu bisa hidup di luaran sana, apa? Untuk makan saja, mungkin kamu akan kesusahan. Tidak usah belagu! Sebaiknya kamu lepas semua barang imitasi kamu itu dan kamu kembali ke dapur. Bekerjalah dengan baik dan patuh, maka nanti aku tidak akan mengusirmu dari rumah ini. Kamu masih bisa makan, minum dan tidur dengan tenang di rumah ini tanpa perlu mengemis untuk mencari makan di luaran sana!”

“Terima kasih atas sarannya, Bu. Tapi kita lihat saja nanti. Setelah aku keluar dari rumah ini, siapa yang akan menjadi pengemis?”

Lidya yang sejak tadi melihat mereka berdebat pun akhirnya tidak bisa menahan diri, dia berdiri dan menghampiri mereka.

“Sepertinya kamu sedang cemburu ya, karena melihatku sedang bermesraan dengan suamimu tadi di kantor?” Lidya berkata dengan setengah mencibir.

Karina menatap Lidya, “Untuk apa aku cemburu dengan wanita murahan sepertimu?”

Mendengar hinaan dari Karina, Lidya langsung marah. “Apa kamu bilang? Berani sekali kamu mengatakan aku wanita murahan?”

“Kalau bukan wanita murahan, lalu apa? Seorang wanita yang mendekati dan menggoda pria yang sudah menikah itu adalah seorang wanita murahan atau biasa disebut dengan pelakor!” Jawab Karina dengan berani.

“Kamu,” Lidya begitu kesal, dia menunjuk Karina, “Kamu benar-benar tidak tahu diri! Adnan itu sama sekali tidak menyukaimu, dia hanya mencintai aku. Aku adalah pacarnya dan kamu itu bukan siapa-siapanya!”

Karina tersenyum miring, “Baiklah, kalau begitu tidak perlu dimasalahkan lagi. Ambil saja Adnan kalau kamu mau. Aku juga sudah tidak mau lagi. Aku sudah terlalu lelah mengurusnya dan sedikitpun dia tidak ada terima kasihnya padaku.”

Karina berbalik ke arah pintu. Kemudian dia melangkah, namun baru dua langkah, tiba-tiba Adnan muncul dari pintu.

Adnan tertegun ketika melihat penampilan Karina yang sangat berbeda dari biasanya. Terlihat begitu anggun dan cantik, tapi dia lebih terkejut ketika melihat Karina sudah menenteng tas kecil dan seperti akan pergi. Dia langsung bertanya, “Apa yang kamu lakukan? Apa kamu berbuat kekacauan lagi?”

Karina menggeleng, “Aku sama sekali tidak membuat kekacauan. Aku hanya ingin pergi dan mereka yang menghalangiku dengan cacian.”

Adnan menarik nafas, kemudian dia berkata. “Memangnya kamu mau pergi ke mana?”

“Sepertinya, itu bukan urusanmu lagi.”

“Karina!” Adnan berkata dengan nada keras. Dia merasa jika wanita ini benar-benar sudah berani melawan padanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status