Share

Bab 7

“Kenapa semakin hari kamu semakin seperti ini? Kenapa kamu tidak mau patuh sedikitpun?”

Karina langsung menegakkan punggungnya dan menatap Adnan dengan sangat dingin. “Patuh? Aku harus patuh bagaimana lagi? Hampir tiga tahun aku tinggal di rumah ini. Aku menjadi seorang menantu dan istri yang patuh untuk kalian. Sedikitpun aku tidak pernah mengeluh seperti apapun sakitnya kalian menindasku dan menghinaku, tapi aku tetap bertahan demi agar bisa menjadi istri yang baik untuk kamu Adnan. Demi bisa membalas semua kebaikan yang pernah kamu berikan padaku dulu ketika kamu menyelamatkan aku dari kecelakaan. Tetapi, selama itu aku sama sekali tidak dihargai. Aku terus dihina karena kalian melihatku hanyalah seorang wanita yang tidak punya apa-apa. Dan mungkin sekarang, wanita yang sudah meninggalkanmu dan bahkan hampir membuatmu malu itu kembali, tiba-tiba saja kamu berkata akan menikahinya tanpa memikirkan perasaanku bagaimana? Apakah aku masih harus patuh?”

Adnan tercengang dengan jawaban panjang lebar dari Karina. Selama ini Karina tidak pernah berbicara setegas ini. Setiap apa yang dikatakannya hanya akan dijawab iya saja. Tetapi kenapa tiba-tiba wanita ini menjadi seorang wanita yang tegas dan pintar berbicara?

“Karina, sebaiknya kita bicarakan ini dengan baik-baik. Kamu tidak perlu marah seperti ini. Aku hanya tidak tega jika kamu hanya akan terlantar di luar rumah, kalau kamu sampai pergi dari rumah ini.”

Karina menyunggingkan senyum yang sangat sinis, kemudian dia berkata dengan dingin. “Terima kasih sekali atas keperdulianmu. Tapi kurasa, sekarang ini aku tidak memerlukannya lagi. Aku ingin kita bercerai.”

Bukan hanya Adnan, Laras juga terkejut mendengar ucapan terakhir dari Karina.

“Dia itu bener wanita tidak tahu diri dan murahan? Dulu saja, dia yang mengemis-ngemis untuk menikah denganmu lalu mengemis-ngemis untuk tidak diceraikan olehmu, Adnan. Tapi hari ini tiba-tiba dia meminta cerai darimu. Sepertinya dia sudah mendapatkan korban baru di luaran sana. Kalau begitu, ceraikan saja dia, Adnan. Aku juga sudah tidak tahan mempunyai menantu seperti dia.

Sama sekali tidak berpendidikan dan hanya membuat malu saja!”

Adnan masih terdiam, dia belum bersuara lagi.

“Baiklah kalau begitu. Adnan, Selamat tinggal kita akan bertemu di pengadilan. Surat gugatan cerai, akan segera aku kirimkan.”

Selesai bicara seperti itu, Karina langsung melanjutkan langkah kakinya keluar dari pintu.

Beberapa saat, Adnan seperti linglung. kemudian dia tersadar dan langsung berteriak memanggil Karina. “Karina!”

Dia berlari keluar mengejar Karina. Laras dan Lidya juga mengikutinya.

Begitu sampai di luar, kaki Adnan tiba-tiba berhenti begitu juga dengan Laras dan Lidya ketika ada tiga buah mobil battle hitam yang berhenti di depan rumah mereka.

Sedangkan Karina sudah berdiri di depan mereka menghadap ke arah mobil-mobil yang sudah berhenti itu.

Pintu dari dua mobil di belakang tiba-tiba terbuka. Beberapa pria berjas sejumlah enam orang keluar dari mobil itu. Kemudian dengan serempak, enam pria itu menunduk dengan hormat di depan Karina. Lalu pintu mobil yang paling depan terbuka, muncul seorang wanita cantik menggunakan celana dasar panjang dan jas disertai dengan seorang pria yang penampilannya sama seperti yang lain.

Wanita itu adalah sekretaris Mia dan yang berdiri di sampingnya adalah asisten Doni.

Dua orang itu langsung menunduk memberi hormat kepada Karina.

“Nona muda, kami datang untuk menjemput anda.”

Karina mengangguk samar.

Doni bergerak membukakan pintu untuk Karina. “Nona Muda, silahkan.”

Tanpa menoleh kepada Adnan atau ibu mertuanya, Karina pun melangkah dengan anggun masuk ke dalam mobil diikuti dengan semua orang yang berjas hitam tadi. Kemudian tiga mobil itu pun pergi meninggalkan halaman rumah keluarga Limanto.

Adnan, Laras dan Lidya tercengang hebat. Mereka terheran-heran. Siapa mereka? Kenapa mereka tiba-tiba datang untuk menjemput Karina?

Lidya langsung menoleh ke arah Laras, “Bibi, sepertinya wanita itu sengaja menyewa mobil dan orang-orang itu hanya untuk menipu kita. Dia sengaja melakukan itu agar membuat Adnan ragu untuk menceraikannya.”

Laras setuju dengan ucapan Lidya, dia mengepalkan tangannya. “Perempuan itu benar-benar tidak tahu malu! Tapi dari mana dia mendapatkan uang untuk menyewa mobil dan orang-orang itu ya?” Tiba-tiba saja Laras memikirkan hal seperti itu.

Lidya tersenyum sinis, kemudian berkata dengan nada mencibir, “Orang seperti dia itu akan sangat mudah untuk mendapatkan uang. Bibi, tidak tahu saja. Aku punya banyak teman seperti itu. Mereka selalu memanfaatkan orang-orang kaya dengan banyak cara untuk mendapatkan uang.”

Dibanding dua orang itu yang terus menghina dan mencaci Karina, berbeda dengan Adnan. Sepertinya dia kurang setuju dengan pendapat ibunya dan Lidya. Menurutnya, tidak mungkin Karina membuang-buang uang hanya demi menyewa mobil dan orang-orang itu untuk menipunya.

Sepertinya ada sesuatu yang lain, yang mungkin dia tidak tahu. Memikirkan itu, Adnan menjadi gelisah.

Kemudian dia merogoh ponselnya yang ada di saku celananya dan menelepon sekretarisnya.

“Tuan Adnan, ada apa?”

“Heri, aku ingin kamu menyelidiki plat mobil, “ Kemudian Adnan menyebutkan plat mobil-mobil yang menjemput Karina tadi. “Cari tahu, mobil itu milik siapa!”

“Baik, saya akan segera menyelidikinya.” Di sana menjawab.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status