“Kenapa semakin hari kamu semakin seperti ini? Kenapa kamu tidak mau patuh sedikitpun?”
Karina langsung menegakkan punggungnya dan menatap Adnan dengan sangat dingin. “Patuh? Aku harus patuh bagaimana lagi? Hampir tiga tahun aku tinggal di rumah ini. Aku menjadi seorang menantu dan istri yang patuh untuk kalian. Sedikitpun aku tidak pernah mengeluh seperti apapun sakitnya kalian menindasku dan menghinaku, tapi aku tetap bertahan demi agar bisa menjadi istri yang baik untuk kamu Adnan. Demi bisa membalas semua kebaikan yang pernah kamu berikan padaku dulu ketika kamu menyelamatkan aku dari kecelakaan. Tetapi, selama itu aku sama sekali tidak dihargai. Aku terus dihina karena kalian melihatku hanyalah seorang wanita yang tidak punya apa-apa. Dan mungkin sekarang, wanita yang sudah meninggalkanmu dan bahkan hampir membuatmu malu itu kembali, tiba-tiba saja kamu berkata akan menikahinya tanpa memikirkan perasaanku bagaimana? Apakah aku masih harus patuh?” Adnan tercengang dengan jawaban panjang lebar dari Karina. Selama ini Karina tidak pernah berbicara setegas ini. Setiap apa yang dikatakannya hanya akan dijawab iya saja. Tetapi kenapa tiba-tiba wanita ini menjadi seorang wanita yang tegas dan pintar berbicara? “Karina, sebaiknya kita bicarakan ini dengan baik-baik. Kamu tidak perlu marah seperti ini. Aku hanya tidak tega jika kamu hanya akan terlantar di luar rumah, kalau kamu sampai pergi dari rumah ini.” Karina menyunggingkan senyum yang sangat sinis, kemudian dia berkata dengan dingin. “Terima kasih sekali atas keperdulianmu. Tapi kurasa, sekarang ini aku tidak memerlukannya lagi. Aku ingin kita bercerai.” Bukan hanya Adnan, Laras juga terkejut mendengar ucapan terakhir dari Karina. “Dia itu bener wanita tidak tahu diri dan murahan? Dulu saja, dia yang mengemis-ngemis untuk menikah denganmu lalu mengemis-ngemis untuk tidak diceraikan olehmu, Adnan. Tapi hari ini tiba-tiba dia meminta cerai darimu. Sepertinya dia sudah mendapatkan korban baru di luaran sana. Kalau begitu, ceraikan saja dia, Adnan. Aku juga sudah tidak tahan mempunyai menantu seperti dia. Sama sekali tidak berpendidikan dan hanya membuat malu saja!” Adnan masih terdiam, dia belum bersuara lagi. “Baiklah kalau begitu. Adnan, Selamat tinggal kita akan bertemu di pengadilan. Surat gugatan cerai, akan segera aku kirimkan.” Selesai bicara seperti itu, Karina langsung melanjutkan langkah kakinya keluar dari pintu. Beberapa saat, Adnan seperti linglung. kemudian dia tersadar dan langsung berteriak memanggil Karina. “Karina!” Dia berlari keluar mengejar Karina. Laras dan Lidya juga mengikutinya. Begitu sampai di luar, kaki Adnan tiba-tiba berhenti begitu juga dengan Laras dan Lidya ketika ada tiga buah mobil battle hitam yang berhenti di depan rumah mereka. Sedangkan Karina sudah berdiri di depan mereka menghadap ke arah mobil-mobil yang sudah berhenti itu. Pintu dari dua mobil di belakang tiba-tiba terbuka. Beberapa pria berjas sejumlah enam orang keluar dari mobil itu. Kemudian dengan serempak, enam pria itu menunduk dengan hormat di depan Karina. Lalu pintu mobil yang paling depan terbuka, muncul seorang wanita cantik menggunakan celana dasar panjang dan jas disertai dengan seorang pria yang penampilannya sama seperti yang lain. Wanita itu adalah sekretaris Mia dan yang berdiri di sampingnya adalah asisten Doni. Dua orang itu langsung menunduk memberi hormat kepada Karina. “Nona muda, kami datang untuk menjemput anda.” Karina mengangguk samar. Doni bergerak membukakan pintu untuk Karina. “Nona Muda, silahkan.” Tanpa menoleh kepada Adnan atau ibu mertuanya, Karina pun melangkah dengan anggun masuk ke dalam mobil diikuti dengan semua orang yang berjas hitam tadi. Kemudian tiga mobil itu pun pergi meninggalkan halaman rumah keluarga Limanto. Adnan, Laras dan Lidya tercengang hebat. Mereka terheran-heran. Siapa mereka? Kenapa mereka tiba-tiba datang untuk menjemput Karina? Lidya langsung menoleh ke arah Laras, “Bibi, sepertinya wanita itu sengaja menyewa mobil dan orang-orang itu hanya untuk menipu kita. Dia sengaja melakukan itu agar membuat Adnan ragu untuk menceraikannya.” Laras setuju dengan ucapan Lidya, dia mengepalkan tangannya. “Perempuan itu benar-benar tidak tahu malu! Tapi dari mana dia mendapatkan uang untuk menyewa mobil dan orang-orang itu ya?” Tiba-tiba saja Laras memikirkan hal seperti itu. Lidya tersenyum sinis, kemudian berkata dengan nada mencibir, “Orang seperti dia itu akan sangat mudah untuk mendapatkan uang. Bibi, tidak tahu saja. Aku punya banyak teman seperti itu. Mereka selalu memanfaatkan orang-orang kaya dengan banyak cara untuk mendapatkan uang.” Dibanding dua orang itu yang terus menghina dan mencaci Karina, berbeda dengan Adnan. Sepertinya dia kurang setuju dengan pendapat ibunya dan Lidya. Menurutnya, tidak mungkin Karina membuang-buang uang hanya demi menyewa mobil dan orang-orang itu untuk menipunya. Sepertinya ada sesuatu yang lain, yang mungkin dia tidak tahu. Memikirkan itu, Adnan menjadi gelisah. Kemudian dia merogoh ponselnya yang ada di saku celananya dan menelepon sekretarisnya. “Tuan Adnan, ada apa?” “Heri, aku ingin kamu menyelidiki plat mobil, “ Kemudian Adnan menyebutkan plat mobil-mobil yang menjemput Karina tadi. “Cari tahu, mobil itu milik siapa!” “Baik, saya akan segera menyelidikinya.” Di sana menjawab.Selesai nelpon, Adnan langsung terbalik dan masuk ke dalam rumah. Dia tidak memperdulikan ibunya dan Lidya yang memanggilnya. Dia langsung pergi ke dalam kamar. Dia memeriksa lemari. Dia tertegun saat menyadari jika tidak ada satupun barang milik Karina yang dibawanya. Gaun sederhana dan barang-barang lainnya yang pernah ia belikan untuk Karina, satupun tidak ada yang di bawa. Bahkan cincin pernikahan mereka pun telah tergeletak di atas meja tertumpang di sebuah kertas gugatan cerai yang sudah ditandatangani oleh Karina. Adnan meraih kertas itu dan meremasnya, kemudian melemparnya ke tempat sampah.“Dasar perempuan tidak tahu diri! Dia sendiri yang ingin masuk ke dalam kehidupanku dan dia sekarang yang ingin pergi juga! Dia pikir dia siapa hah? Lihat saja, aku akan menceraikanmu dan membuatmu menyesal sudah berani tidak patuh padaku!”Selama ini sebenarnya Adnan tidak terlalu kejam pada Karina. Dia bertemu dengan Karina dalam keadaan kalut. Karena pada saat itu pernikahannya hampir
Tiga mobil Bentley hitam yang meluncur di jalanan aspal hitam. Meskipun padat, tetapi tiga mobil itu tetap lancar seperti sengaja diberi jalan oleh para pengguna jalan lainnya.Di sebuah persimpangan jalan mobil-mobil itu berbelok dan berhenti di depan sebuah rumah besar dengan pagar besi hitam yang tinggi dan kokoh. Hanya selang beberapa detik gerbang besi itu terbuka tiga mobil itu masuk dan berhenti sebelum pintu mobil paling depan terbuka para pelayan wanita dan pria sudah keluar secara teratur dan berbaris rapi untuk menyambut kedatangan mereka Mia turun terlebih dahulu sebelum kemudian dia membuka pintu untuk sang putri pewaris. Para pelayan membungkuk Dengan hormat ketika Nona mudanya keluar dari dalam mobil. “Selamat datang kembali Nona muda.” mereka serempak mengucapkan kata penyambutan. Karina hanya tersenyum dan mengangguk ringan kemudian dia menatap seorang Pria tua yang memakai tongkat keluar dari pintu Kakek Harmoko menyambut kedatangan cucu satu-satunya miliknya i
“Karina, kamu harus dengar ucapan kakek. Adnan itu bukan suami yang baik untukmu. Kamu tidak akan bahagia jika bersamanya.” Kakek Harmoko terus berusaha untuk menyadarkannya, tetapi hati Karina seperti sudah tertutup. Karina bergeming, dia menatap wajah kakeknya. Pria tua itu yang telah membesarkan dirinya sendirian sejak dia lahir ke dunia ini. Sebenarnya, hatinya merasa sedih dan tidak tega. Tetapi dia tidak bisa mengubah keputusannya. Dia telah berjanji dan dia harus menepati janjinya. “Kakek, maafkan aku. Beri aku waktu tiga tahun untuk membuktikannya, jika pilihanku ini tidak salah.” Kakek Harmoko tidak bisa lagi mencegah keinginan cucunya. Karina memang sangat keras kepala. Pria tua itu menegakkan pandangannya, kemudian dia berkata dengan tegas, “Baik. Tiga tahun. Tiga patah kata yang keluar dari mulutnya cukup membuat Karina lega. Dengan pikiran yang mantap, Karina menarik koper dan keluar dari pintu rumahnya yang cukup megah itu. Tapi baru satu meter dia melangkah, suara ka
Karina masih dalam keterkejutan melihat tingkah ibu mertuanya yang tiba-tiba dengan sengaja menjatuhkan dirinya sendiri ke lantai. Begitu dia melihat Adnan suaminya menghampiri ibunya, dia baru sadar ternyata ibu mertuanya melakukan itu untuk memfitnahnya. Adnan segera membantu ibunya bangun. “Adnan, wanita itu sengaja mendorong bibi. aku melihatnya sendiri. Padahal bibi hanya bertanya baik-baik padanya. “ Lidya berkata demikian untuk memperkuat akting Laras. Tatapan dingin Adnan langsung jatuh kepada Karina. Belum sempat dia untuk membela diri, tiba-tiba saja tangan Adnan mendarat di pipinya. Plak! Karina terkejut, pipinya terasa panas dan perih akibat tamparan tangan Adnan. Dia kemudian mendongak, “Kenapa memukulku? Aku sama sekali tidak bersalah!” “Apa kamu bilang, tidak bersalah? Kamu sudah menyakiti ibuku, tapi kamu masih menyangkalnya? Dasar perempuan tidak tahu diri! Aku benar-benar membencimu Karina!” Setelah mengatakan demikian, Adnan langsung mendorong Karina hingga Ka
Lidya mengulurkan tangannya untuk meraih lengan Adnan. Dia berkata dengan suara manja. “Adnan, bisakah kita seperti dulu lagi? Aku ingin bersamamu dan kali ini aku sudah mendapatkan restu dari kedua orang tuaku untuk menikah denganmu.” Adnan menarik nafas panjang, kemudian dia menoleh dan berkata. “Aku belum memikirkan hal itu karena biar bagaimanapun juga sekarang aku sudah menikah.” “Adnan, dia hanya pengantin penggantiku, kamu sama sekali tidak menyukainya dan kehidupan rumah tangga kamu juga tidak bahagia. Dia bukan wanita yang baik. Lihatlah, ibumu menderita karena memiliki menantu yang tidak berpendidikan dan berlatar belakang tidak jelas seperti dia. Dilihat dari sudut pandang manapun, aku lebih baik dari dia. Jika kamu merasa kecewa karena kejadian dulu, itu hanya sebuah kesalahpahaman saja. Aku pergi ke luar negeri juga demi kebaikan kita. Ayahku berjanji setelah aku menyelesaikan sekolahku, maka dia akan memberi restu untuk kita.” Setelah beberapa saat terdiam, Adnan kem
Karina menuruni angkot yang ditumpanginya tadi dengan menjinjing keranjang sayur di tangannya. Angkot yang dinaikinya tadi tidak sampai ke depan rumah Adnan, hanya ada di persimpangan. Jadi dia harus berjalan kaki beberapa meter untuk sampai ke rumah itu. Ketika dia membuka pintu, dia langsung disambut oleh ibu mertuanya dengan ocehan dan kata-kata yang pedas. “Benar-benar perempuan tidak berguna! Ke pasar saja sangat lama! Sepertinya kamu sengaja ya, ingin membuat aku mati kelaparan?” Karina tidak menjawab ocehan mertuanya, dia langsung pergi ke dapur untuk segera memasak. Laras bukannya berhenti mengoceh, tapi dia justru mengikuti Karina dan melanjutkan ocehannya. “Kamu itu sebenarnya berasal dari mana sih? Kenapa kamu itu tidak tahu malu sekali? Karina, kamu dengar ya? Lidya, pacar Adnan sudah kembali. Jadi kamu harus merelakan Adnan untuk menikahnya!” Karina yang sedang menggenggam sayuran langsung menoleh, “Ibu, tapi aku masih istri sah mas Adnan. Bagaimana mungkin dia aka
Mobil taksi yang ditumpangi Karina berhenti di depan gedung perkantoran grup Harmoko yang menjulang tinggi dan tampak mencolok di antara gedung-gedung lainnya di kota itu. Sebelum dia melangkah masuk ke dalam gedung perusahaan itu, Mia sudah terlihat menunggunya di depan pintu masuk bersama dengan dua pria kekar yang memakai jas hitam. Melihat Karina datang, Mia langsung berlari kecil menyambut, diikuti dengan dua pria tadi. “Nona Muda, ternyata anda benar-benar datang. Kalau begitu, mari silahkan.” Mia terlihat begitu senang, begitu juga dengan dua pria di belakangnya. Mereka tidak menyangka jika Nona Muda mereka benar-benar akan datang ke perusahaan. Sebelum melangkah masuk, Karina menoleh dan bertanya dulu pada Mia, “Kamu tidak memberitahu kakek kan, tentang kedatanganku ini?” “Tidak, Nona Muda. Tuan Besar sudah ada satu mingguan ini tidak pergi ke perusahaan. Dia terlalu khawatir memikirkan mu.” “Baguslah, jangan beritahu pada kakek dahulu tentang rencanaku.” Mia menganggu
Setelah mematikan panggilan dan memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas, tanpa ragu Karina melangkah membuka pintu. Ketika dia sampai di ruang tamu, dia melihat Laras sudah berbalik dan ingin menghampirinya. Laras terkejut melihat Karina keluar dengan penampilan seperti itu. Karina yang dekil, lusuh dan kucel itu tiba-tiba tidak ada di diri Karina yang sekarang. Dia terlihat seperti bak putri orang kaya yang baru saja datang dari sebuah perusahaan ternama. Laras sampai tercengang bukan main. Begitu juga dengan Lidya. Mereka tidak menyangka jika Karina bisa berpenampilan secantik itu juga. Apalagi gaun, tas, bahkan perhiasan yang dipakainya adalah merek terkenal. “Kamu! Apa-apaan kamu hah? Dari mana kamu mendapatkan semua barang mewah yang ada di badanmu itu?” Laras langsung menudingnya. Karina tersenyum sinis, kelembutan dan keramahannya yang selama ini selalu ia tunjukan tiba-tiba menghilang dari wajahnya. Dia kemudian berkata dengan nada datar, “Bukan dari mana-mana. Semua