Pembalasan sang Putri Pewaris

Pembalasan sang Putri Pewaris

Oleh:  Atria  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
5Bab
123Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Demi membalas budi, Karina rela meninggalkan rumah saat sang Kakek tidak menyetujui pilihannya. Tiga tahun dia menyembunyikan identitasnya hanya untuk menjadi seorang istri yang baik. Hingga suatu hari, dia mulai tidak tahan lagi dengan segala hinaan dari suami dan sang mertua. Dia pergi, kembali ke rumahnya dan membalas semua orang-orang yang telah menindasnya. “Akan aku lakukan apapun, asal kamu mau kembali padaku.” Adnan menarik tangan Karina. “Lepaskan tanganmu, jangan sentuh istriku!” David Anderson, CEO grup Brahmana menatap marah.

Lihat lebih banyak
Pembalasan sang Putri Pewaris Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
5 Bab
Mertua Banyak Maunya
Dari pagi Karina bekerja tanpa henti. Dia mencuci pakaian, mengepel lantai dan juga memasak sambil masih mengerjakan pekerjaan sampingan miliknya.Wanita ini mengerjakan semua pekerjaan sendirian tanpa bantuan dari siapapun.Semenjak dia menikah dengan Adnan, Karina memang lebih layak dianggap seperti pembantu di rumah mertuanya sendiri. Dari pagi sampai petang hari dia terus sibuk dengan urusan rumah.Sampai waktu makan saja dia tidak sempat karena banyaknya pekerjaan.Dia mengurus rumah ini, dia juga membuka bisnis Laundry. Bisnis kecil-kecilan yang ditekuninya. Kadang dia juga masih diminta untuk menjaga toko milik mertuanya, juga disuruh mengantar-jemput anak dari kakak iparnya.Menikah dengan Adnan bukan kesenangan yang Karina dapatkan, justru penderitaan.Selama lima bulan menjadi istri Adnan, selama itu juga dia hanya dijadikan babu gratisan tanpa upah. Bahkan hasil dari membuka Laundry miliknya pun harus untuk menutupi kebutuhan rumah tangganya."Karin, setelah pekerjaan kam
Baca selengkapnya
Meminta Sepeda Listrik
Adnan berjalan menuju pos ronda dengan perasaan kesal yang menyelimuti hatinya. Di depan pos ronda, sekelompok bapak bapak yang lebih dulu nongkrong di sana menyapanya dengan tatapan penasaran. Salah seorang di antara mereka menegur Adnan dengan senyum simpul di bibirnya, "Ada apa, Adnan? Kok wajahmu terlihat begitu serius, sih?"Terdengar tawa dari mereka ketika satu dari mereka meledek Adnan, "Apa kamu tidak dapat 'jatah' dari istrimu?" Adnan hanya bisa menghela nafas panjang, mencoba untuk menenangkan pikirannya sebelum melayani lelucon bapak bapak di pos ronda tersebut.Dia merasa tertekan dengan keadaan rumah tangganya yang serba kekurangan. Sejujurnya, lelucon tersebut menggambarkan betapa frustasinya Adnan, bukan hanya masalah jatah yang mereka bercanda kan, tetapi juga masalah ekonomi yang kian membuat keluarganya terpuruk. Adnan ingin meluapkan isi hatinya, namun saat ingin menjawab, ia tersadar bahwa mungkin tidak ada satupun diantara bapak-bapak ini yang memahami situasi y
Baca selengkapnya
Berdebat
Bu Meli menatap wajah Karin dengan penuh kekesalan, begitu kesal dalam hati akibat permintaannya ditolak. "Adnan, kamu kenapa diam saja, istrimu ini sudah kurang ajar pada ibumu!" Ujarnya dalam harapan mendapatkan dukungan dari Adnan. Sementara itu, Karin menatap Adnan yang diam sejak tadi. "Apa mas? Apa kamu gak suka dengan yang kukatakan? Kalau memang begitu, lebih baik kamu kerja dan bisa memenuhi kebutuhan kita! Jangan hanya bisanya meminta kepada istri!" Ujar Karin tegas dan penuh emosi. Adnan merasa terbelah antara ibunya dan juga istrinya, mereka saling bertentangan dan Adnan tidak bisa memilih siapa yang harus ia bela. Adnan seolah terjebak dalam perangkap pilihan, terperangah akan realita yang tengah dihadapi. Di tengah keraguan dan keguncangan yang dirasakannya, Adnan merenung dalam hati untuk mencari solusi terbaik demi keharmonisan rumah tangganya. "Mungkin aku perlu membuktikan diri sebagai seorang suami dan anak yang mampu melindungi dan mencukupi kebutuhan keluar
Baca selengkapnya
Tak Sengaja Bertabrakan
"Sudahlah Karin, berikan saja Ibu sepeda listrik. Hanya sepeda saja, aku yakin kamu punya cukup uang untuk membelikan Ibu sepeda, toh harganya hanya kisaran tiga sampai empat juta saja," ucap Adnan yang malah membela ibunya. Aku merasa terperangah mendengar permintaan itu, tak habis pikir mengapa suamiku ini memihak ibunya dan membuatku terus-menerus menanggung beban rumah tangga ini."Mas, mana ada aku uang sebanyak itu?" sahutku, mencoba menyatakan ketidaksetujuanku, sambil menatap tajam ke arah Adnan. Apa yang ada di benak suamiku ini? Bagaimana ia bisa mempertimbangkan permintaan ibunya dengan begitu mudah, seolah-olah aku adalah mesin pencetak uang yang tak pernah kehabisan?"Jangan bohong, kamu. Aku yakin kamu punya uangnya," jawab Adnan.Hatiku merasa kesal dengan responsnya, tak mengerti mengapa ia terus menuntut dan mencoba meyakinkan diriku bahwa aku memiliki cukup uang."Pakai saja uangmu untuk memenuhi kebutuhan ibumu itu yang selalu banyak meminta!" bantahku. Aku merasa
Baca selengkapnya
Meminta Pekerjaan Pada Pria Asing
Di malam yang pekat, hanya cahaya lilin yang mengusir kegelapan dari kamar Karin. Lampu listrik tiba-tiba padam, meninggalkan pencahayaan yang suram. Dalam keheningan tersebut, Karin menatap langit-langit kamarnya sambil berkhayal, "Bagaimana rasanya terbebas dari keluarga yang membuatku tertekan ini?" Pikirannya melintas, "Apa aku harus menutup usaha laundryku dan mencari pekerjaan lain?" Setitik keringat menetes di keningnya, mencerminkan keraguan yang dirasakannya.Saat pikiran Karin mulai sedikit tenang, tiba-tiba saja gedoran pintu terdengar keras ditelinga Karin. "Karin... Karin, buka pintunya!" Seru mertua Karin yang membuat jantung Karin berdegup kencang dan menarik perhatiannya dari lamunan. Dengan langkah malas, Karin berjalan mendekati pintu, lalu membukanya perlahan. Ia melihat mertuanya berdiri di ambang pintu dengan wajah yang tampak kesal. "Ada apa, Bu?" tanya Karin, mencoba menyembunyikan ketidaknyamanannya. Mertua Karin memasuki ruangan dengan tatapan tajam. "Kamu i
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status