Share

Pembalasan sang Putri Pewaris
Pembalasan sang Putri Pewaris
Penulis: Atria

Bab 1

“Karina, kamu harus dengar ucapan kakek. Adnan itu bukan suami yang baik untukmu. Kamu tidak akan bahagia jika bersamanya.” Kakek Harmoko terus berusaha untuk menyadarkannya, tetapi hati Karina seperti sudah tertutup.

Karina bergeming, dia menatap wajah kakeknya. Pria tua itu yang telah membesarkan dirinya sendirian sejak dia lahir ke dunia ini. Sebenarnya, hatinya merasa sedih dan tidak tega. Tetapi dia tidak bisa mengubah keputusannya. Dia telah berjanji dan dia harus menepati janjinya.

“Kakek, maafkan aku. Beri aku waktu tiga tahun untuk membuktikannya, jika pilihanku ini tidak salah.”

Kakek Harmoko tidak bisa lagi mencegah keinginan cucunya. Karina memang sangat keras kepala. Pria tua itu menegakkan pandangannya, kemudian dia berkata dengan tegas, “Baik. Tiga tahun. Tiga patah kata yang keluar dari mulutnya cukup membuat Karina lega.

Dengan pikiran yang mantap, Karina menarik koper dan keluar dari pintu rumahnya yang cukup megah itu. Tapi baru satu meter dia melangkah, suara kakek memanggilnya.

Karina menoleh.

“Jika kamu tidak tahan, kamu tidak perlu menahan diri sampai tiga tahun itu tiba. Pintu rumah ini akan selalu terbuka, kapanpun kamu ingin pulang.”

Karina mengangguk, dia berbalik dan melangkah dengan mantap.

Prang!

Suara piring jatuh ke lantai disusul dengan teriakan marah dari Laras, mengejutkan Karina dari lamunannya tentang sang kakek.

“Karina! Apa-apaan ini? Kenapa tidak ada makanan sedikitpun di atas meja!” Wanita separuh baya yang sudah menjadi ibu mertua Karina selama tiga tahun ini berteriak.

Karina mengusap keringat yang mengalir di dahinya, lalu meletakkan kain pel yang ada di tangannya. Kemudian dia buru-buru berlari menuju meja makan.

“Maaf Bu, aku memang belum memasak. Aku belum selesai membereskan rumah. Aku merasa tidak enak badan. Tadi aku istirahat sebentar.”

“Dasar menantu tidak berguna! Aku sudah bilang berulang kali padamu, jika hari ini akan ada tamu spesial yang akan datang. Aku sudah menyuruhmu memasak yang banyak untuk menyambutnya!”

Karina menoleh saat mendengar suara langkah kaki dari belakang. Dia melihat seorang wanita cantik berjalan dengan anggun. Kedua mata wanita itu menatap dingin padanya. Kemudian wanita itu berdiri di samping itu mertuanya dan berkata dengan lembut, “Bibi, tidak apa-apa. Jangan memarahinya. Bibi sudah mau mengizinkan aku berkunjung ke sini saja, aku sudah senang. Tidak perlu repot-repot.”

Ujar wanita itu pada Laras dengan suara yang merdu dan lembut.

Karina melihat ibu mertuanya tersenyum penuh kasih sayang kepada wanita itu, sorot matanya juga menampakan kehangatan. Jauh berbeda sekali ketika menatap dirinya.

“Lidya, jangan berkata seperti itu. Kamu itu adalah tamu spesial bibi. Jadi sudah semestinya kamu disambut dengan spesial juga.”

Lalu Laras menoleh pada Karina, terdengar nada bicaranya berubah, tidak lembut seperti saat dia berbicara pada Lidya tadi. “Tidak seperti wanita itu, sama sekali tidak berguna! Aku juga heran kenapa Adnan malah menikahi wanita miskin dan tidak punya latar belakang keluarga yang jelas seperti dia. Hanya menjadi beban saja!”

Karina menunduk, kata-kata menyakitkan seperti itu sudah seperti makanan sehari-hari baginya, bahkan telinganya sudah hampir kebal.

Terdengar Laras kembali berbicara penuh kasih sayang pada wanita yang bernama Lidya itu.

“Kalau begitu, ayo kita duduk dulu sambil menunggu Adnan pulang.” Bu Laras menggandeng tangan Lidya untuk mengajaknya pergi dari dapur, tapi sebelum melangkahkan kaki dia menoleh lagi pada Karina.

“Heh, kamu! Buatkan jus buah untuk Lidya dan siapkan makanan secepatnya!”

Karina hanya mengangguk, melirik kedua punggung itu yang telah keluar dari dapur. Dia pernah mendengar jika Lidya ini adalah mantan pacar suaminya. Tetapi untuk apa wanita itu kembali lagi ke sini? Bukankah dulu dia yang telah meninggalkan Adnan satu hari sebelum hari pernikahan mereka?

Memikirkan itu, perasaan Karina tiba-tiba menjadi tidak nyaman. Dia menghela nafas berat kemudian melangkah untuk membuat jus buah seperti yang diperintahkan oleh ibu mertuanya tadi.

Kemudian dia buru-buru membawanya ke depan, karena sudah terdengar suara panggilan keras dari Laras.

Karina melihat dua orang itu berbicara begitu akrab. Dia kemudian meletakkan jus buah di atas meja.

Setelah meletakkan jus buah, tanpa berkata apapun, Karina berbalik untuk melangkah pergi. Tetapi Laras tiba-tiba memanggilnya lagi.

“Karina!”

Karina berhenti, kemudian menoleh, “Iya Bu,”

Laras menatapnya dengan sinis, kemudian menoleh pada Lidya dengan pandangan yang lembut. Lalu terlihat dia tersenyum dan kembali menoleh pada Karina. “Kamu sudah tahu kan, siapa dia ini?” Bu Laras bertanya pada Karina sambil melirik sedikit pada Lidya.

Karina tidak menjawab, Dia hanya mengangguk. Meskipun tidak pernah bertemu dengan Lidya, tetapi dia tahu semua cerita tentang Lidya dari Adnan suaminya.

“Baguslah kalau kamu sudah tahu. Jadi mulai sekarang, kamu harus memperlakukannya dengan baik. Jika sedikit saja kamu melakukan kesalahan, maka aku akan menyuruh Adnan untuk menceraikan mu.”

Karina tidak menjawab. Dia tidak mengangguk ataupun menggeleng.

“Heh, kamu dengar tidak?!” Laras berkata dengan nada tinggi padanya.

“Aku mendengarnya, Bu. Tapi kewajibanku di sini hanyalah untuk melayani suamiku, bukan orang lain.”

BRAK!

Laras menggebrak meja dengan marah. “Dasar wanita tidak tahu malu! Adnan itu tidak pernah mencintaimu dan tidak pernah menginginkanmu untuk menjadikanmu istri! Kamu saja yang tergila-gila padanya sampai kamu tidak tahu malu, memohon-mohon untuk dinikahi. Kamu hanya menginginkan uang keluarga kami kan? Jadi untuk apa kamu berani membantahku?”

Mendengar Ibu mertuanya berkata demikian Karina langsung menggeleng, “Aku sama sekali tidak pernah menginginkan uang kalian.”

Mendengar Karina membantah, Laras semakin kesal dan memarahinya. “Kamu tidak usah menyangkal lagi. Aku sudah tahu semuanya. Kamu hanya berpura-pura baik dan patuh di hadapan Adnan, tapi di belakangnya, kamu punya niat terselubung kan? Kamu hanya ingin menumpang hidup enak di sini. Mungkin kamu bisa saja membohongi Adnan, tapi kamu tidak bisa membohongiku!”

Karina hanya diam. Seberapapun dia menyangkal, ibu mertuanya itu tidak pernah mempercayainya.

Melihat Karina hanya diam, Laras kembali berteriak, “Cepat kamu pergi ke dapur dan memasak! Apa kamu tidak tahu kalau tamu spesial ku ini sudah kelaparan?

“Bu, sepertinya hari ini aku tidak bisa memasak. Aku benar-benar sedang tidak enak badan.” Karina menjawab demikian karena dia memang merasa tubuhnya sedang demam dan kepalanya pusing sejak tadi pagi. Hanya saja, dia masih menahannya untuk membereskan rumah.

Mendengar jawaban Karina, bukannya bersimpati, Laras malah marah. Dia berdiri dan menghampirinya, “Apa kamu bilang? Tidak mau memasak? Lalu kami mau makan apa? Maksud kamu beli di luar, begitu? Dasar wanita licik! Kamu sengaja ingin memoroti putraku kan?” Laras menarik rambut Karina dan mendorong bahunya, “Cepat kamu memasak, atau aku akan mematahkan tanganmu!” Begitulah Laras ingin mendorong Karina, tiba-tiba terdengar langkah kaki. Saat Laras menoleh dan melihat Adnan sudah berada diluar pintu, tiba-tiba Laras langsung menjatuhkan dirinya ke lantai.

“Argh..” Laras meringis kesakitan.

Karina tercengang. Lidya juga terkejut saat melihat Laras dengan sengaja menjatuhkan diri di lantai, tetapi ketika dia melihat Adnan yang sudah berjalan masuk, dia langsung mengerti. Dia kemudian berlari menghampiri Laras seolah-olah ingin membantunya.

“Ya Tuhan, Bibi. Bibi tidak apa-apa?”

Laras menoleh ke arah Karina yang masih berdiri di sana dan berkata dengan suara sedih. “Karina, kenapa kamu begitu kejam menindas ibu? Apa salah ibu padamu?”

Melihat ibunya tersungkur di lantai sambil menangis dan meringis kesakitan, Adnan terkejut bukan main dan langsung berlari mendekati.

“Ibu, apa yang terjadi?”

“Adnan, untung kamu sudah kembali. Lihatlah istrimu, dia kembali menindas ibu. Tolong katakan padanya, jangan lakukan ini lagi pada ibu. Ibu benar-benar sudah tidak tahan.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status