Share

Bab 4

Karina menuruni angkot yang ditumpanginya tadi dengan menjinjing keranjang sayur di tangannya. Angkot yang dinaikinya tadi tidak sampai ke depan rumah Adnan, hanya ada di persimpangan. Jadi dia harus berjalan kaki beberapa meter untuk sampai ke rumah itu.

Ketika dia membuka pintu, dia langsung disambut oleh ibu mertuanya dengan ocehan dan kata-kata yang pedas. 

“Benar-benar perempuan tidak berguna! Ke pasar saja sangat lama! Sepertinya kamu sengaja ya, ingin membuat aku mati kelaparan?”

Karina tidak menjawab ocehan mertuanya, dia langsung pergi ke dapur untuk segera memasak.

Laras bukannya berhenti mengoceh, tapi dia justru mengikuti Karina dan melanjutkan ocehannya.

“Kamu itu sebenarnya berasal dari mana sih? Kenapa kamu itu tidak tahu malu sekali? Karina, kamu dengar ya? Lidya, pacar Adnan sudah kembali. Jadi kamu harus merelakan Adnan untuk menikahnya!” 

Karina yang sedang menggenggam sayuran langsung menoleh, “Ibu, tapi aku masih istri sah mas Adnan. Bagaimana mungkin dia akan menikah dengan wanita lain?” 

Laras tertawa mengejek, “Memangnya kenapa? Apa hakmu untuk melarang? Kamu itu hanya pengantin pengganti. Aku sudah katakan berkali-kali kalau kamu itu sama sekali tidak pantas untuk menjadi istri seorang Adnan, seorang CEO Grup Limanto yang cukup besar. Seharusnya kamu itu bercermin dan tidak usah banyak menuntut. Cukup diam dan patuh saja!

Karina meremas sayuran yang ada di tangannya. Kata-kata ibu mertuanya ini begitu sakit dan pedas menusuk hatinya. Belum sempat dia menjawab, Laras kembali melanjutkan caciannya.

“Sebenarnya, kalau kamu mau patuh dan tidak membantahku untuk mengerjakan segala pekerjaan rumah dan mengalah dariku, mungkin aku bisa membujuk agar Adnan tidak menceraikan mu. Jadi kamu tetap bisa menumpang hidup di sini dengan baik “ 

Karina tidak bisa untuk tidak menoleh, dia tidak bisa menahan diri dan bertanya, “Jadi maksud ibu apa?”

“Aku akan tetap menyuruh Adnan menikahi Lidya tanpa menceraikan kamu. Kan lumayan, tenaga kamu bisa dipakai di sini. Aku tidak perlu repot-repot membayar pembantu dan kamu juga tidak akan jadi gelandangan di luar sana. Timbal balik yang bagus, bukan? Jadi pikirkanlah dengan baik-baik.”

Selesai bicara demikian, Laras langsung meninggalkan Karina tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Karina meremas dadanya yang terasa begitu sakit.

Tetapi dia selalu bisa menguasai dirinya agar melanjutkan masaknya meskipun dengan deraian air mata.

Selesai memasak, dia segera menyiapkan makan siang untuk Adnan. Dia ingin sekali mengirim makanan ke kantornya. Siapa tahu dengan begitu, pintu hati Adnan akan sedikit tersentuh olehnya.

Dia melirik jam. Satu jam lagi adalah waktu istirahat. Dia tidak boleh terlambat. Karina segera pergi ke kamarnya untuk mandi dan berkemas. 

Tetapi dia tertegun saat dia tidak mendapatkan baju yang bagus untuk pergi ke kantor Adnan. Ketika dulu dia keluar dari rumahnya, dia memang tidak membawa pakaian bagus satupun. Sebenarnya dia sengaja ingin menyamar sebagai wanita biasa, dengan harapan agar Adnan bisa menerimanya apa adanya dengan tulus, seperti dulu saat Adnan menolongnya dari kecelakaan maut. Pria itu terlihat tulus. 

Jika mengingat peristiwa itu, sesakit apapun hatinya terhadap Adnan, Karina memang langsung luluh. Dia hanya berharap jika Adnan suatu saat akan menerimanya dan dia bisa memiliki waktu yang tepat untuk membuka jati dirinya dengan tenang.

Karina sudah bersiap dengan pakaian apa adanya saja. Dia kemudian melangkah keluar dari rumah ini dengan membawa rantang berisi makan siang untuk suaminya. 

Dia memang belum pernah pergi ke perusahaan Adnan, tetapi dia tetap tahu di mana perusahaan itu berada. Ketika sampai di sana orang-orang menatapnya penuh heran? Mungkin karena pakaian sederhana yang dikenakannya. Dia memang hanya mengenakan celana jeans berwarna hitam dan kaos lengan pendek berwarna putih. 

Dia menghampiri seorang staf dan bertanya ruangan Adnan.

‘Ada keperluan apa, kamu ingin bertemu atasan kami?” Staf pria itu bertanya.

“Aku,”  saat ingin mengatakan jika dia adalah istri Adnan, Karina berpikir terlebih dahulu. Mungkin mereka tidak akan mempercayainya, malah akan menertawakannya.

Akhirnya dia mengatakan jika dia adalah orang suruhan ibu Adnan yang datang untuk mengantar makan siang.

Untung saja staf pria itu percaya dan akhirnya menunjukkan arah ke ruangan di mana Adnan berada. 

Karina tanpa ragu melangkah mengikuti petunjuk dari staf tadi, beberapa orang yang dilewatinya menoleh ke arahnya dan berbisik kepada teman di sebelahnya. 

“Itu siapa? Penampilannya sangat kampungan sekali. Kenapa bisa masuk ke sini? Atau dia salah tempat kali, ya?”

Temannya yang diajak bicara hanya menggeleng. 

“Mungkin dia seorang pesuruh, yang ingin mengantar pesanan.” 

Karina sempat mendengar bisikan orang-orang itu, tetapi dia diam saja dan tidak peduli. Lagian, tidak mungkin dia mengaku sebagai istri Adnan. Orang-orang pasti tidak akan percaya dengan penampilannya yang seperti ini.

Saat dia sudah tiba di pintu ruangan CEO Karina menghentikan langkahnya. Dia sangat ragu untuk mengetuk pintu, dia takut mengganggu suaminya yang mungkin sedang sibuk. Tetapi, bukankah dia datang dengan niat baik? Membawakan makan siang untuknya. Adnan pasti tidak akan marah padanya. Pada akhirnya Karina pun mengetuk pintu.

“Masuk!” Terdengar suara Adnan dari dalam memberi perintah. Karina mendorong pintu dengan lembut kemudian dia melangkah masuk. Namun tiba-tiba saja dia menghentikan langkahnya. Dia membeku di kedua kakinya ketika melihat jika suaminya sedang tidak duduk sendirian di kursi kerja, melainkan duduk di sofa dengan memangku seorang wanita yang tidak lain adalah Lidya.

Dia bahkan sempat melihat mereka berdua sedang berciuman. 

Bukan hanya Karina yang terkejut, dua orang itu juga terkejut ketika melihat jika yang masuk itu adalah Karina Adnan langsung menurunkan tubuh Lidya dari pangkuannya dan berdiri.

Karina masih dalam keterjutaannya, dia mundur beberapa langkah sambil menutup mulutnya dan menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tidak menyangka jika suaminya tega mengkhianatinya di belakangnya seperti ini.

Adnan juga masih dalam keadaan terkejut, tapi dia langsung menguasai diri. Dia berdiri dengan tegak di depan Karina.

“Kenapa kamu kesini? Siapa yang mengizinkan kamu masuk?” 

Hati Karina rasanya seperti tercabik-cabik. Bukannya meminta maaf, suaminya malah bertanya seperti itu. Karina menunduk, mengusap air matanya yang tidak terasa jatuh begitu saja di pipi putihnya. Kemudian dia mengangkat wajahnya dan berkata dengan datar, “Aku kesini hanya untuk mengantar makan siangmu karena tadi pagi aku telat menyiapkan sarapan. Tapi aku tidak menyangka jika kedatanganku kesini ternyata tidak tepat waktunya.”

Adnan belum menjawab apapun, Karina kembali berkata, “Maaf kalau sudah mengganggu waktu kalian. Kalau begitu aku pulang dulu. Selamat bersenang-senang.” Selesai mengucapkan itu, Karina meletakkan rantang makanan diatas meja kerja, kemudian dia berbalik. Tetapi Adnan langsung memanggilnya.

“Karina!” 

Karina tidak menoleh, tapi dia menghentikan langkahnya.

“Lidya adalah pacarku. Dia sudah kembali, jadi kamu tidak punya hak untuk marah ataupun kecewa jika aku dan dia, 

“Ya, tentu saja.” Kalimat dari Adnan tergantung karena dipotong oleh Karina. Wanita itu menoleh, kemudian berkata lagi. “Aku memang tidak punya hak untuk marah atau kecewa. Tapi setidaknya aku masih punya hak untuk menuntut. Karena biar bagaimanapun juga, aku adalah istrimu yang sah. Jadi menurutku, perbuatan kalian ini sangat melanggar etika.” Selesai berkata demikian Karina tidak menunggu jawaban dari Adnan, dia langsung melangkah pergi meninggalkan ruangan itu. Sepanjang perjalanan keluar dari pergedungan kantor itu, hati rasanya sangat sakit dan sedih membayangkan adegan di depan matanya tadi.

Sepertinya kali ini dia memang benar-benar harus mengambil keputusan. Karina merogoh ponselnya dan menghubungi Mia, terdengar dia berbicara dengan serius. 

“Baik, Nona Muda. Aku akan segera menjemputmu.” 

“Tidak perlu! Aku akan datang sendiri ke sana. Kamu tunggu saja.” Karina memutuskan panggilan kemudian dia menyetop taksi.

“Ke mana, Nona?” Sopir taksi bertanya.

“Grup Harmoko.” 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status