Pengawal Misterius Nona Pewaris

Pengawal Misterius Nona Pewaris

By:  Pixie  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 ratings
34Chapters
1.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Publik gempar saat Emily Harper menolak lamaran dari Brandon, pengusaha muda idaman semua wanita. Lelah menghadapi komentar orang-orang, pewaris Savior Group itu nekat kabur ke negara lain. Tanpa satu pun pengawal, tanpa satu pun orang yang menjaganya. "Jangan bertingkah seperti anak-anak, Emily. Berhentilah menunggu Cayden. Bocah dari 23 tahun yang lalu itu pasti sudah lupa padamu. Sekarang juga cepat pulang! Jangan sampai musuh kita mengambil kesempatan ini untuk menculikmu!" Gawatnya, Emily tidak mengindahkan peringatan itu. Ia mengira dirinya aman hingga akhirnya ia sadar. Seseorang telah memasukkan obat tidur ke dalam minuman yang baru saja dihabiskannya itu! Bagaimana nasib Emily selanjutnya? Adakah seseorang yang bisa menyelamatkannya dari situasi genting tersebut?

View More
Pengawal Misterius Nona Pewaris Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Zoya Dmitrovka
Wahhhh, finally buku baru lagi yeaayeee!
2024-06-20 05:50:00
2
user avatar
Ningsih Ngara
baru mulai ,markica...
2024-06-16 16:07:12
1
user avatar
puji amriani
selalu nanyain kapan kak novel baru muncul. laamaaaa nunggu nya Alhamdulillah sekarang muncul. wkwkwk dan hasilnya bagus banget dibuat penasaaaraaan dan gak mau up hari ini nungguin lagi buat besok wwkkwkwk semogaaaa novel kali ini laris manis kek novel ibu bpak nya ya kak amin
2024-06-07 16:07:50
1
user avatar
Naomi Rahayu Sunar
yeahhh akhirnya buku barunya udah up, semoga ceritanya nambah seru dan bagus, sukses selalu kak Thor semangat dan slalu sehat
2024-06-07 13:59:37
2
34 Chapters
1. Melarikan Diri
"Jadi kau rela mempertaruhkan nyawa? Demi cinta pertamamu?" Sosok itu tertawa mengerikan. "Emily Harper, ternyata kau hanya gadis bodoh biasa!" Kerongkongan Emily tersekat. Matanya gemetar melihat pria yang memain-mainkan pisau di hadapannya. “K-kamu bukan Cay—” Ucapan Emily tertahan oleh kilatan mata pisau yang meluncur menuju perutnya. Ia berusaha menghindar, tetapi tubuhnya terlalu tegang. Ia malah terdiam. Detik berikutnya, darah mulai menetes mengotori lantai. Emily hanya bisa terkesiap, ternganga dengan tatapan nanar. Kilasan memori bergulir cepat dalam benaknya. Ketika terhenti, sebuah pertanyaan bergema. Tepatkah keputusannya untuk mempertahankan cinta yang mendatangkan petaka? Beberapa saat yang lalu .... Breaking news! “Emily Harper, nona pewaris dari Savior Group, dikabarkan telah menghilang. Sejak menolak lamaran Brandon Young pada Sabtu malam lalu, ia tidak lagi terlihat.” “Banyak pihak berspekulasi bahwa ia kabur untuk menghindar dari publik. Ada j
Read more
2. Obat Tidur
Dengan santai, Emily kembali mendekatkan ponsel ke telinga. Louis sedang menghujaninya dengan beragam pertanyaan dari seberang sana. “Emily, apa yang terjadi? Apakah seseorang menyerangmu? Kau baik-baik saja? Emily? Jangan membuatku semakin khawatir.” Bukannya merasa bersalah, Emily malah mendesah lelah. “Aku baik-baik saja, Louis.” Louis mendengus. “Jangan membohongiku! Aku jelas-jelas mendengar keributan tadi.” “Itu hanya seorang wanita tua yang mendadak hilang keseimbangan. Mungkin dia tidak begitu sehat. Yang jelas, tidak terjadi apa-apa padaku. Orang-orang di sini bahkan tidak mengenalku. Kau tidak perlu khawatir, Louis. Apakah kau lupa? Aku bisa bela diri. Aku bisa mengalahkan musuh." "Kalau hanya satu," sambung Louis. "Bagaimana kalau dua atau lebih? Kau pikir dirimu Supergirl yang bisa mengalahkan mereka? Belum lagi kalau lawanmu kuat dan lebih besar. Kau tidak aman di sana seorang diri." Emily mendengus. "Kau meremehkan aku. Kau ingat bagaimana aku mengalahkan Russel sa
Read more
3. Masih Perawan
Saat terbangun, Emily langsung tersentak. Matanya berkedip-kedip menatap ruangan yang tampak asing baginya. "Apa yang terjadi? Bukankah terakhir ...." Tiba-tiba, bayangan pria berpayung melintas dalam ingatannya. Emily sontak terkesiap. Napasnya menderu, matanya membulat. "Aku tertidur di jalan? Di hadapan laki-laki itu?" Ia mendesah tak percaya. Panik, ia buru-buru bangkit. Saat selimut tersingkap, jantungnya nyaris melompat dari tenggorokan. Ia tidak mengenakan apa-apa selain sehelai kaos pria! "Astaga! Apa yang terjadi semalam? Mungkinkah ... laki-laki itu mengambil keuntungan dariku?" Membayangkan apa yang mungkin telah menimpanya, Emily mencengkeram kepala. Matanya memerah terlapisi kekesalan. "Kenapa aku ceroboh sekali? Apa yang harus kujelaskan kepada Cayden nanti? Lalu Louis ... dia pasti akan memakiku. Papa dan Mama ... mereka pasti sangat sedih dan kecewa." Emily memejamkan mata rapat-rapat. Ia berharap itu hanya mimpi. Akan tetapi, penyesalannya malah teras
Read more
4. Cari Masalah
Sang pria tercengang. Harga dirinya terluka. Ia tidak pernah menduga seseorang akan menuduhnya gay. "Pertanyaan macam apa itu?"Emily memasang raut angkuh. "Kau menggantikan pakaianku semalam. Kau pasti telah melihatku. Rasanya mustahil ada pria yang sanggup menahan godaan sebesar itu.""Tidak semua laki-laki kurang ajar, Nona. Beberapa pria sepertiku memiliki pengendalian diri yang baik. Kami tahu caranya menghormati wanita," tegasnya diiringi anggukan.Emily memiringkan kepala sedikit. Matanya menyipit. "Itu sulit dipercaya. Mana ada pria normal yang tahan melihat tubuh wanita tanpa menyentuhnya? Kecuali, kau adalah pengawal yang dikirim Louis. Kau takut dia memecatmu kalau ketahuan menyentuhku." Sang pria menghela napas panjang. "Kau memiliki krisis kepercayaan, rupanya. Kau tetap akan berpikir kalau aku pengawal meskipun aku menyangkal, kan?"Belum sempat Emily menimpali, pria itu masuk ke kamar mandi. Emily hanya bisa mengerucutkan bibir. "Kalau dia bukan pengawal Louis, lalu
Read more
5. Penyelamat
"Apakah aku tidak salah lihat? Pria tadi membawa pisau?" bisik si Pirang tegang. Gadis lain yang masih duduk di trotoar menelan ludah. Belum sempat ia menjawab, si Tinggi memekik dan menutup mulut dengan kedua tangan. Pria bertopi itu telah melancarkan serangan. Tetesan darah berjatuhan di dekat kaki Emily, mengotori trotoar dengan warna merahnya. "G-gawat! Kita bisa berakhir di kantor polisi lagi! Teman-Teman, ayo kabur! Jangan sampai polisi tiba lebih dulu!" pekik si Pirang. Sementara ketiga gadis itu pontang-panting, Emily mematung dengan mulut dan mata terbuka lebar. Ia memang terlambat menangkap tangan si penyerang. Ia juga tahu kalau darah telah menetes di trotoar. Akan tetapi, mengapa ia tidak merasa sakit sedikit pun? Emily pun tertunduk lebih dalam. Mendapati tangan lain yang menggenggam mata pisau, satu inci di depan perutnya, ia terkesiap. Sekujur tubuhnya gemetar. Tiba-tiba, seseorang menariknya ke belakang. Saat itulah, Emily sadar. Prince telah kembali menyela
Read more
6. Jadilah Pengawalku
"Siapa Cayden?" Pria itu meninggikan alis. Emily sontak melepas cengkeraman. Kekecewaan terbit di wajahnya. "Jadi kau bukan Cayden?" tanyanya lemah. Sang pria mengernyitkan dahi. Ia tampak tidak nyaman dengan tatapan Emily. Selang satu kedipan, ia menyodorkan tangan kiri. "Prince. Prince Evans. Kurasa ini cara yang lebih tepat untuk berkenalan." Emily tidak menjabat tangannya. Ia tertunduk, mendesah samar. Sebelah tangannya terangkat mencengkeram kepala yang mendadak terasa berat. "Apa yang aku harapkan? Mana mungkin laki-laki ini Cayden?" Ia tertawa pedih. Belum sempat Emily berdamai dengan perasaannya, tiba-tiba saja, Prince merebut ponsel dari genggamannya. "Hei!" Emily menarik jaket kulit yang dikenakan sang pria. Ia berusaha mendapatkan kembali ponselnya. Akan tetapi, Prince sudah lebih dulu menjunjungnya tinggi-tinggi. "Siapa nama kakakmu? Louis?" "Kamu mau apa? Jangan macam-macam!" Emily melompat, tetapi kurang tinggi. "Menghubunginya. Dia harus segera men
Read more
7. Apakah Dia Cayden?
“Selama kau juga tidak jatuh cinta padaku,” tutur Prince dengan sorot mata lembut. Emily ternganga kehabisan kata. Selang satu kedipan, tawa datar lolos dari mulutnya. "Kau berpikir aku akan tertarik padamu?" Lagi-lagi, Prince mengedikkan bahu. "Cinta itu sulit diterka. Dia bisa datang kapan saja, bahkan di momen-momen yang tak terduga. Dan kalau dia sudah tiba, adakah orang yang sanggup menolaknya?" Sembari mengerucutkan bibir, Emily meninggikan dagu. "Aku sudah mencintai seseorang. Mustahil hatiku bercabang. Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu." Prince mengangguk sambil mencibir halus. "Baiklah. Kalau kau seyakin itu, kau tidak perlu takut menerima persyaratan dariku. Selama kau tidak mencintaiku, aku juga tidak akan melakukan itu. Tapi begitu kau melanggar, kesepakatan ini berakhir." "Oke!" Emily mengulurkan tangan. "Mulai sekarang, kau adalah pengawalku. Kau akan bekerja secara profesional, tanpa melibatkan perasaan yang tidak perlu, karena aku
Read more
8. Kecurigaan Emily
"Nona Harper? Apakah kau mendengarkanku?" Prince melambai-lambai. Emily spontan mengerjap. "Ya. Aku hanya penasaran. Itukah yang mendorongmu untuk menjadikan aku sebagai subjek fotomu?" Sambil mengangguk santai, Prince mencelupkan sepotong croissant ke dalam cokelat panasnya. "Ya, kita bisa menggabungkan popularitasmu dengan keahlianku. Mungkin itu bisa membantuku untuk mencapai trending satu." Melihat betapa santai Prince meniru gayanya melahap croissant, Emily berhenti mengunyah. "Omong-omong, kenapa kau memesan cokelat panas juga?" Prince terus menikmati makanannya. Ia baru menjawab setelah menelan. "Apakah tidak boleh?" "Boleh. Aku penasaran saja kenapa kau tidak memesan kopi atau teh? Kenapa cokelat panas?" Prince menyeruput minumannya sedikit. "Karena aku suka." Mata Emily menyipit. "Benarkah? Itu tidak sesuai dengan kepribadianmu. Orang yang suka cokelat panas biasanya hangat dan menyenangkan." Tawa Prince mengudara. Suaranya ringan dan nyaman di telin
Read more
9. Seperti Pasangan
Emily melihat sekeliling. Tidak ada mobil lain di dekat mereka. Ia melihat ke angkasa. Tidak ada drone yang tertangkap mata. Tiba-tiba, suara Louis kembali bergema. "Sekarang juga, katakan di mana lokasimu! Dan siapa laki-laki itu? Kenapa kau bermesraan dengannya? Apakah dia Cayden?" Emily seketika membeku. "Bermesraan?" "Kau baru saja meraba-raba tubuhnya! Kau bahkan ...." Suara Louis tersekat. "Apa yang kau lakukan di bawah situ?" Emily menghela napas tak percaya. Sebelah tangannya mulai melambai-lambai. "Tidak. Kau sudah salah paham. Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Aku hanya .... Tunggu dulu. Dari mana kau menyaksikan semua itu?" "Pemilik mobil yang kau sewa tahu siapa dirimu. Dia merekam gerak-gerik kalian dengan kamera tersembunyi. Kurasa dia sengaja menyiarkannya secara langsung demi mendapat keuntungan. Jumlah penontonnya sudah puluhan ribu sekarang," terang Louis membuat bibir Emily gemetar hebat. "P-puluhan ribu?" "Ya! Semua penonton heboh melihat kelaku
Read more
10. Terpesona
"Di mana aku harus meletakkan kopermu?" tanya Prince dengan nada rendah. Entah mengapa, bulu kuduk Emily meremang menangkap getarannya. "Taruh saja di situ. Semua keperluan yang mau kubawa sudah ada di tas kecilku. Sekarang kau berkemaslah. Bawa saja satu ransel." Prince mengangguk. Dengan gerak santai tetapi sigap, ia mulai memilah barang-barang yang perlu dibawanya. Sementara itu, Emily berjalan menuju tirai. Ia singkap kain tebal itu. Sedetik kemudian, matanya terpana oleh pemandangan di balik kaca. "Wah, Sky memang tidak pernah salah memilih. Dia selalu tahu tempat-tempat terbaik di muka bumi," gumamnya lirih. Di sebuah pulau tak jauh dari bibir pantai, sebuah kastil berdiri megah. Langit biru di atasnya dan hamparan rumput hijau luas yang terbentang di antara mereka menambah kesan indah. Berapa detik pun Emily memandang, ia tidak akan bosan. "Jadi, di situkah misimu berada?" Emily sontak menoleh. Ternyata, Prince sudah berdiri di sisinya. Senyumnya lembut, tangan dis
Read more
DMCA.com Protection Status