Mobil taksi yang ditumpangi Karina berhenti di depan gedung perkantoran grup Harmoko yang menjulang tinggi dan tampak mencolok di antara gedung-gedung lainnya di kota itu.
Sebelum dia melangkah masuk ke dalam gedung perusahaan itu, Mia sudah terlihat menunggunya di depan pintu masuk bersama dengan dua pria kekar yang memakai jas hitam. Melihat Karina datang, Mia langsung berlari kecil menyambut, diikuti dengan dua pria tadi. “Nona Muda, ternyata anda benar-benar datang. Kalau begitu, mari silahkan.” Mia terlihat begitu senang, begitu juga dengan dua pria di belakangnya. Mereka tidak menyangka jika Nona Muda mereka benar-benar akan datang ke perusahaan. Sebelum melangkah masuk, Karina menoleh dan bertanya dulu pada Mia, “Kamu tidak memberitahu kakek kan, tentang kedatanganku ini?” “Tidak, Nona Muda. Tuan Besar sudah ada satu mingguan ini tidak pergi ke perusahaan. Dia terlalu khawatir memikirkan mu.” “Baguslah, jangan beritahu pada kakek dahulu tentang rencanaku.” Mia mengangguk dengan hormat, kemudian mengikuti langkah kaki Karina yang masuk ke dalam gedung. Orang-orang melihat mereka. Tidak ada yang lupa dengan wanita cantik yang berjalan di samping sekretaris Mia. Meskipun Karina berpakaian lusuh dan sama sekali tidak layak untuk menginjakkan kaki di wilayah perkantoran megah seperti grup Harmoko ini, tetapi semua orang juga sudah tahu siapa dia. Ada senyum kebahagiaan di mata semua orang. Ada juga yang berani berbisik karena tidak bisa menahan diri, “Nona Muda sudah kembali. Semoga saja Perusahaan kita akan semakin jaya.” “Iya benar. Kasihan sekali dia. Sepertinya, setelah pergi dari grup Harmoko, Nona Muda mengalami banyak kesulitan. Lihatlah penampilannya sangat kumel.” “Iya, aku dengar Tuan Besar terus berusaha untuk membujuknya agar bersedia kembali. Mudah-mudahan saja saat ini, hati Nona Muda akan luluh dan dia bersedia untuk kembali ke perusahaan ini lagi.” Semua orang juga tahu alasan kenapa Karina pergi dari perusahaan. Bahkan pergi dari rumah besar Grup Harmoko, rela meninggalkan kekuasaan dan kekayaannya. Tapi melihat kedatangan Karina kali ini, yang sudah hampir tiga tahun tidak pernah menginjakkan kakinya di perusahaan ini, mereka merasa sedikit lega. Beberapa orang justru berdoa semoga saja ini adalah firasat yang baik. Mia membukakan pintu dengan lembut, Karina kemudian melangkah masuk. Hatinya berdesir ketika pandangannya menatap ke sekelilingnya. Ruangan ini begitu sangat rapi, meskipun sudah hampir tiga tahun dia tidak memasukinya. Beberapa fotonya pun masih terpajang di sana dengan baik. Tentu saja, karena mereka selalu merawat ruangan presiden ini dengan baik. Mereka selalu yakin jika Nona Muda mereka pasti akan kembali suatu saat nanti. Kakek Harmoko juga jarang sekali masuk ke ruangan ini, mungkin hanya sesekali saja jika dia sedang merindukan Karina. Karina menarik nafas berat perusahaan ini sebenarnya adalah tanggung jawabnya. Tetapi dia justru menelantarkannya hanya demi seorang Adnan yang ternyata tidak lebih rendah dari seorang sampah. Dia bahkan tega membiarkan kakeknya yang sudah tua memikul beban perusahaan ini. Memikirkan kesalahannya itu, dia hampir meneteskan air mata. Tetapi dia langsung menghapusnya, kemudian dia melangkah dan duduk di sofa. Mia mengikutinya, berdiri di sampingnya tetapi belum mengatakan apapun. Sampai Karina menoleh padanya dan berkata, “Bagaimana tentang kerjasama kita dengan Grup Limanto?” “Semua berjalan lancar sesuai permintaan Nona Muda. Tetapi,” Wanita muda tetapi penuh wibawa itu menggantung kalimatnya. Dia agak ragu-ragu untuk melanjutkan. Melihat keraguan Mia, Karina langsung berkata, “Katakan saja.” “Kualitas perusahaan itu memang jelek. Jika bukan karena suntikan dana kita yang secara berkala, perusahaan itu pasti sudah mengalami kebangkrutan sejak tahun lalu.” Karina mengangguk, sekarang dia mengerti apa yang harus dilakukan. Kemudian dia berdiri. “Baiklah, sekarang siapkan sopir untuk mengantarku pulang. Hari ini aku akan menyelesaikan segala urusanku. Tunggu aku menelpon mu, baru kamu bisa menjemput ku.” “Baik, Nona Muda. Kami akan mematuhi perintah.” Mia mengangguk dengan patuh, meskipun bibirnya tidak tersenyum sedikitpun tetapi hatinya benar-benar sangat bahagia saat mendengar ucapan Karina. Artinya, Nona mudanya akan segera kembali. Dengan semangat dia menelpon sopir untuk mengantar Karina pulang. Sebelum kembali ke rumah Karina mampir terlebih dahulu ke toko baju ternama. Dia membeli sepasang baju yang mewah, tas, perhiasan, bahkan sepatu baru dengan merek terkenal. Kemudian dia menyuruh sang sopir untuk mengantarnya pulang. Karina menyuruh sang sopir berhenti di persimpangan jalan saja. “Nona, tapi ini belum sampai ke tujuan.” Sang sopir sedikit terkejut. “Tidak apa-apa, aku turun saja di sini.” Sang sopir tidak berani membantah, dia ingin segera keluar untuk membukakan pintu. Tetapi Karina sudah membuka pintu itu sendiri dan keluar dari mobil, kemudian menutup pintu dan memberi isyarat agar sopir agar cepat pergi. Sampai di rumah, Karina langsung pergi ke kamar bahkan dia tidak menghiraukan ketika ibu mertuanya memanggil dan memarahinya. Laras begitu kesal melihat kelakuan Karina, “Benar-benar wanita tidak tahu diri! Entah dari pergi ke mana, pulang-pulang langsung ke kamar! Tidak tahu apa, kalau dapur dan rumah masih berantakan seperti ini?” Laras menggerutu, dia ingin pergi ke kamar Karina untuk membuat perhitungan. Tetapi langkahnya terhenti ketika suara Lidya memanggilnya. “Bibi Laras.” Laras langsung menoleh dan menyunggingkan senyuman yang lebar. “Lidya.” Laras segera menghampiri Lidya dan mengajaknya untuk duduk. “Bagaimana, sayang? Apa tadi kamu sudah menemui Adnan dan berbicara baik-baik dengannya?” Laras bertanya penuh harapan. Lidya tersenyum, “Aku sudah menemui Adnan di kantornya dan berbicara baik-baik padanya.” “Terus bagaimana?” Laras bertanya dengan rasa tidak sabaran, dia benar-benar sudah tidak sabar ingin menjadikan Lidya sebagai menantunya dan nyonya Limanto untuk menyingkirkan Karina yang baginya sama sekali tidak pantas. Senyum Lydia tiba-tiba memudar. Dia berkata dengan nada muram. “Sepertinya wanita itu benar-benar sudah mempengaruhi Adnan. Tadinya Adnan sudah hampir membuka hati, tetapi perempuan itu tiba-tiba datang merusak suasana. Lalu Adnan berkata lagi padaku, jika dia akan memikirkannya dulu tentang permintaanku untuk menikah dengannya.“ Laras terkejut, “Maksud kamu apa? Jadi wanita itu datang ke kantor Adnan, begitu?” “Iya, Bibi. Pada saat aku sedang mencoba merayu Adnan, dia tiba-tiba muncul dengan pakaian kumuhnya itu dengan alasan mengantar makan siang. Sepertinya wanita itu benar-benar tidak ingin melepaskan Adnan lagi.” Laras mendengus kesal. “Dasar perempuan murahan! Tidak tahu malu! Kalau orang-orang tahu jika dia istrinya Adnan, itu pasti sangat memalukan dan bisa mencoreng nama baiknya, kan? Aku benar-benar harus memberi pelajaran wanita itu?” Sedangkan di dalam kamar, Karina sudah selesai berganti pakaian dengan gaun warna coklat muda di atas lutut. Dia juga memoles wajahnya dengan make up tipis memakai perhiasan berliannya dan sepatu hak tinggi yang dibelinya tadi. Dia menggunakan tas bermerek untuk membawa barang-barang kecil miliknya. Sebelum membalikkan badan, dia sempat menatap bayangan dirinya di cermin. “Adnan, maafkan aku. Kurasa, balas budi ku padamu sudah selesai. Sekarang sudah saatnya aku memikirkan untuk kebahagiaanku sendiri. Aku sudah menyerah. Kamu tidak pernah bisa membuka hatimu untukku.” Setelah berkata demikian, dia mengambil ponselnya dan menghubungi Mia. Di sana Mia langsung mengangkat panggilan dari Karina, “Nona muda, bagaimana? Apakah kami akan menjemputmu sekarang?” “Ya.” Hanya satu kata itu yang keluar dari mulut Karina. “Baik, Nona muda. Dengan senang hati, kami akan segera ke sana.”Setelah mematikan panggilan dan memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas, tanpa ragu Karina melangkah membuka pintu. Ketika dia sampai di ruang tamu, dia melihat Laras sudah berbalik dan ingin menghampirinya. Laras terkejut melihat Karina keluar dengan penampilan seperti itu. Karina yang dekil, lusuh dan kucel itu tiba-tiba tidak ada di diri Karina yang sekarang. Dia terlihat seperti bak putri orang kaya yang baru saja datang dari sebuah perusahaan ternama. Laras sampai tercengang bukan main. Begitu juga dengan Lidya. Mereka tidak menyangka jika Karina bisa berpenampilan secantik itu juga. Apalagi gaun, tas, bahkan perhiasan yang dipakainya adalah merek terkenal. “Kamu! Apa-apaan kamu hah? Dari mana kamu mendapatkan semua barang mewah yang ada di badanmu itu?” Laras langsung menudingnya. Karina tersenyum sinis, kelembutan dan keramahannya yang selama ini selalu ia tunjukan tiba-tiba menghilang dari wajahnya. Dia kemudian berkata dengan nada datar, “Bukan dari mana-mana. Semua
“Kenapa semakin hari kamu semakin seperti ini? Kenapa kamu tidak mau patuh sedikitpun?” Karina langsung menegakkan punggungnya dan menatap Adnan dengan sangat dingin. “Patuh? Aku harus patuh bagaimana lagi? Hampir tiga tahun aku tinggal di rumah ini. Aku menjadi seorang menantu dan istri yang patuh untuk kalian. Sedikitpun aku tidak pernah mengeluh seperti apapun sakitnya kalian menindasku dan menghinaku, tapi aku tetap bertahan demi agar bisa menjadi istri yang baik untuk kamu Adnan. Demi bisa membalas semua kebaikan yang pernah kamu berikan padaku dulu ketika kamu menyelamatkan aku dari kecelakaan. Tetapi, selama itu aku sama sekali tidak dihargai. Aku terus dihina karena kalian melihatku hanyalah seorang wanita yang tidak punya apa-apa. Dan mungkin sekarang, wanita yang sudah meninggalkanmu dan bahkan hampir membuatmu malu itu kembali, tiba-tiba saja kamu berkata akan menikahinya tanpa memikirkan perasaanku bagaimana? Apakah aku masih harus patuh?” Adnan tercengang dengan jawab
Selesai nelpon, Adnan langsung terbalik dan masuk ke dalam rumah. Dia tidak memperdulikan ibunya dan Lidya yang memanggilnya. Dia langsung pergi ke dalam kamar. Dia memeriksa lemari. Dia tertegun saat menyadari jika tidak ada satupun barang milik Karina yang dibawanya. Gaun sederhana dan barang-barang lainnya yang pernah ia belikan untuk Karina, satupun tidak ada yang di bawa. Bahkan cincin pernikahan mereka pun telah tergeletak di atas meja tertumpang di sebuah kertas gugatan cerai yang sudah ditandatangani oleh Karina. Adnan meraih kertas itu dan meremasnya, kemudian melemparnya ke tempat sampah.“Dasar perempuan tidak tahu diri! Dia sendiri yang ingin masuk ke dalam kehidupanku dan dia sekarang yang ingin pergi juga! Dia pikir dia siapa hah? Lihat saja, aku akan menceraikanmu dan membuatmu menyesal sudah berani tidak patuh padaku!”Selama ini sebenarnya Adnan tidak terlalu kejam pada Karina. Dia bertemu dengan Karina dalam keadaan kalut. Karena pada saat itu pernikahannya hampir
Tiga mobil Bentley hitam yang meluncur di jalanan aspal hitam. Meskipun padat, tetapi tiga mobil itu tetap lancar seperti sengaja diberi jalan oleh para pengguna jalan lainnya.Di sebuah persimpangan jalan mobil-mobil itu berbelok dan berhenti di depan sebuah rumah besar dengan pagar besi hitam yang tinggi dan kokoh. Hanya selang beberapa detik gerbang besi itu terbuka tiga mobil itu masuk dan berhenti sebelum pintu mobil paling depan terbuka para pelayan wanita dan pria sudah keluar secara teratur dan berbaris rapi untuk menyambut kedatangan mereka Mia turun terlebih dahulu sebelum kemudian dia membuka pintu untuk sang putri pewaris. Para pelayan membungkuk Dengan hormat ketika Nona mudanya keluar dari dalam mobil. “Selamat datang kembali Nona muda.” mereka serempak mengucapkan kata penyambutan. Karina hanya tersenyum dan mengangguk ringan kemudian dia menatap seorang Pria tua yang memakai tongkat keluar dari pintu Kakek Harmoko menyambut kedatangan cucu satu-satunya miliknya i
“Karina, kamu harus dengar ucapan kakek. Adnan itu bukan suami yang baik untukmu. Kamu tidak akan bahagia jika bersamanya.” Kakek Harmoko terus berusaha untuk menyadarkannya, tetapi hati Karina seperti sudah tertutup. Karina bergeming, dia menatap wajah kakeknya. Pria tua itu yang telah membesarkan dirinya sendirian sejak dia lahir ke dunia ini. Sebenarnya, hatinya merasa sedih dan tidak tega. Tetapi dia tidak bisa mengubah keputusannya. Dia telah berjanji dan dia harus menepati janjinya. “Kakek, maafkan aku. Beri aku waktu tiga tahun untuk membuktikannya, jika pilihanku ini tidak salah.” Kakek Harmoko tidak bisa lagi mencegah keinginan cucunya. Karina memang sangat keras kepala. Pria tua itu menegakkan pandangannya, kemudian dia berkata dengan tegas, “Baik. Tiga tahun. Tiga patah kata yang keluar dari mulutnya cukup membuat Karina lega. Dengan pikiran yang mantap, Karina menarik koper dan keluar dari pintu rumahnya yang cukup megah itu. Tapi baru satu meter dia melangkah, suara ka
Karina masih dalam keterkejutan melihat tingkah ibu mertuanya yang tiba-tiba dengan sengaja menjatuhkan dirinya sendiri ke lantai. Begitu dia melihat Adnan suaminya menghampiri ibunya, dia baru sadar ternyata ibu mertuanya melakukan itu untuk memfitnahnya. Adnan segera membantu ibunya bangun. “Adnan, wanita itu sengaja mendorong bibi. aku melihatnya sendiri. Padahal bibi hanya bertanya baik-baik padanya. “ Lidya berkata demikian untuk memperkuat akting Laras. Tatapan dingin Adnan langsung jatuh kepada Karina. Belum sempat dia untuk membela diri, tiba-tiba saja tangan Adnan mendarat di pipinya. Plak! Karina terkejut, pipinya terasa panas dan perih akibat tamparan tangan Adnan. Dia kemudian mendongak, “Kenapa memukulku? Aku sama sekali tidak bersalah!” “Apa kamu bilang, tidak bersalah? Kamu sudah menyakiti ibuku, tapi kamu masih menyangkalnya? Dasar perempuan tidak tahu diri! Aku benar-benar membencimu Karina!” Setelah mengatakan demikian, Adnan langsung mendorong Karina hingga Ka
Lidya mengulurkan tangannya untuk meraih lengan Adnan. Dia berkata dengan suara manja. “Adnan, bisakah kita seperti dulu lagi? Aku ingin bersamamu dan kali ini aku sudah mendapatkan restu dari kedua orang tuaku untuk menikah denganmu.” Adnan menarik nafas panjang, kemudian dia menoleh dan berkata. “Aku belum memikirkan hal itu karena biar bagaimanapun juga sekarang aku sudah menikah.” “Adnan, dia hanya pengantin penggantiku, kamu sama sekali tidak menyukainya dan kehidupan rumah tangga kamu juga tidak bahagia. Dia bukan wanita yang baik. Lihatlah, ibumu menderita karena memiliki menantu yang tidak berpendidikan dan berlatar belakang tidak jelas seperti dia. Dilihat dari sudut pandang manapun, aku lebih baik dari dia. Jika kamu merasa kecewa karena kejadian dulu, itu hanya sebuah kesalahpahaman saja. Aku pergi ke luar negeri juga demi kebaikan kita. Ayahku berjanji setelah aku menyelesaikan sekolahku, maka dia akan memberi restu untuk kita.” Setelah beberapa saat terdiam, Adnan kem
Karina menuruni angkot yang ditumpanginya tadi dengan menjinjing keranjang sayur di tangannya. Angkot yang dinaikinya tadi tidak sampai ke depan rumah Adnan, hanya ada di persimpangan. Jadi dia harus berjalan kaki beberapa meter untuk sampai ke rumah itu. Ketika dia membuka pintu, dia langsung disambut oleh ibu mertuanya dengan ocehan dan kata-kata yang pedas. “Benar-benar perempuan tidak berguna! Ke pasar saja sangat lama! Sepertinya kamu sengaja ya, ingin membuat aku mati kelaparan?” Karina tidak menjawab ocehan mertuanya, dia langsung pergi ke dapur untuk segera memasak. Laras bukannya berhenti mengoceh, tapi dia justru mengikuti Karina dan melanjutkan ocehannya. “Kamu itu sebenarnya berasal dari mana sih? Kenapa kamu itu tidak tahu malu sekali? Karina, kamu dengar ya? Lidya, pacar Adnan sudah kembali. Jadi kamu harus merelakan Adnan untuk menikahnya!” Karina yang sedang menggenggam sayuran langsung menoleh, “Ibu, tapi aku masih istri sah mas Adnan. Bagaimana mungkin dia aka