Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri

Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri

Oleh:  Tifa Nurfa  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
7
2 Peringkat
34Bab
3.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Di hari ulang tahun pernikahan mereka, suami Tyas tidak pulang dan pria itu rupanya tengah berselingkuh dengan mantan kekasihnya saat SMA. Bahkan pria itu menduakan Tyas dengan menikahi mantan kekasihnya tersebut! Tyas menolak, tapi ia tidak ingin mundur dan membiarkan Iqbal menikmati segala kemewahan dan jabatan yang kini ia miliki bersama si istri kedua. Ia bertahan sembari menyusun rencana pembalalsan. Karena apa yang Iqbal miliki saat ini adalah berkat Tyas, yang diam-diam adalah pemilik dari perusahaan tempat Iqbal bekerja saat ini!

Lihat lebih banyak
Istri yang Kau Sakiti Ternyata Punya Perusahaan Sendiri Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
flam_boyan
mantap. Semangat terus kak ...
2024-06-01 13:56:50
1
user avatar
Hanya Nama
kasi 2 start saja..nanti update bab sampi 3 ke 5 baru kasi lebih star..
2024-06-26 21:27:48
1
34 Bab
Bab 1. Berkhianat.
Bab 1. Berkhianat.[Tyas, ini Iqbal suamimu kan?]Sebuah pesan masuk dari Amel sahabatku, di susul satu pesan berikutnya sebuah foto.Aku langsung mengunduh foto yang dikirimkan Amel.Netra ini membeliak sempurna menatap foto yang Amel kirimkan, reflek aku membekap mulutku sendiri dengan telapak tangan karena terkejut.Sebuah foto yang menunjukkan Mas Iqbal tengah merangkul pundak seorang wanita di pelataran sebuah gedung.Gawaiku kembali berdering. Amelia menelpon."Sudah lihat? Itu aku lihat mereka di depan hotel Cempaka kemarin sore. Tadinya aku pikir itu kamu, udah siap mau kupanggil lho! Eh, ternyata pas aku perhatikan itu bukan kamu, jadi aku nggak jadi manggil." Amel menjelaskan. Sedangkan aku masih terdiam, otakku sibuk mencerna, siapa wanita itu? Mas Iqbal jalan sama wanita lain? Ya Tuhan, apa suamiku selingkuh?"Yas! Kamu denger aku kan?!" "Hah, iya aku denger kok. Kamu tahu wanita itu siapa? Saudara atau kerabat Iqbal mungkin?"Aku menggeleng. Aku belum pernah melihat wan
Baca selengkapnya
Bab 2. Keributan.
Bab 2. Keributan."Tyas! Tunggu dulu, tunggu! Kamu nggak bisa asal langsung masuk gini dong! Tyas!"Aku memilih diam tak menggubris Mas Iqbal. Lagi pula kenapa pula dia melarangku untuk masuk, aku ini kan istrinya. Kenapa tidak boleh masuk. Jelas sekali ada yang disembunyikan."Tyas! Kamu apa-apaan sih!" Mas Iqbal berusaha menghalangiku yang terus melangkah."Diam kamu Mas!" bentakku.Sampai akhirnya kaki ini sampai di depan ranjang berukuran king. Aku terperangah melihat seorang wanita tengah bergelung selimut di atas ranjang.Bagai di tusuk belati tajam. Hatiku remuk redam. Koyak tak berbentuk, laki-laki yang selama ini begitu aku perjuangkan, ternyata tak lebih dari seorang b4jing4n! Dia bertukar peluh dengan wanita lain.Air mataku lolos begitu saja. Lidahku kelu, tiba-tiba saja lututku teras lemas sekali. Tapi aku harus kuat, aku tak ingin terlihat lemah di hadapan dua manusia lakn4t ini. Duniaku seakan runtuh seketika melihat kenyataan di depan mataku. Perempuan itu memegang er
Baca selengkapnya
Bab 3. Ibu Mertua .
Bab 3. Ibu mertua "Aaauuuu!" Amanda berteriak kesakitan. Aku menarik kuat-kuat rambut hitamnya yang tergerai itu. Lalu mendorongnya dengan sekuat tenaga. Jadilah dia terhuyung jatuh ke lantai. "Dasar pelakor!" umpatku padanya. Teriakan wanita itu sukses mencuri perhatian Mas Iqbal yang sejak tadi sibuk mengincar ponsel milik Amel. Tapi tak juga mendapatkannya. Pintar juga Amel berkelit. Di saat posisi Amel kian terdesak karena Mas Iqbal berhasil mengunci pergerakan tangan Amel, dan hampir saja ia mendapatkan ponsel Amel tapi karena teriakan Amanda, Mas Iqbal jadi menoleh, fokusnya terbagi, dan ini menjadi kesempatan bagi Amel untuk lolos darinya. "Amanda, kamu nggak apa-apa?" Mas Iqbal terlihat khawatir dan buru-buru membantu gundiknya untuk bangun. Dengan cepat Mas Iqbal mengambilkan baju-baju perempuan itu yang tercecer dan memberikan padanya. Membuat perutku terasa mual. Menjijikan. "Amel, ayo kita pulang. Lama-lama di sini aku bisa muntah karena menyaksikan pasangan mesum."
Baca selengkapnya
Bab 4. Kamu Pilih Dia atau Aku
"Tyas!" Ibu kembali memanggil kali ini suaranya sangat nyaring terdengar. Jika biasanya aku akan langsung menyusul ke dapur dan melakukan apapun supaya beliau berhenti mengomel, mendengarkan semua nasihat darinya untuk hidup hemat supaya bisa punya banyak tabungan. Tapi sekarang aku enggan menyusulnya ke dalam. Biarkan saja dia mengomel sampai puas. Aku sedang tidak ingin berdebat, sudah cukup kelakuan anaknya yang membuatku sakit, tak ingin aku bertambah pusing karena ocehannya. Ibu mertuaku sebenarnya baik, hanya saja beliau sedikit pelit. Terutama soal makan. Beliau rela makan hanya pakai ikan asin asal bisa nabung. Uangnya sebenarnya banyak, tapi dia jarang membelanjakan untuk urusan perut. Terkadang untuk makan sendiri saja dia sangat irit sekali dengan dalih berhemat. Dia lebih suka menyimpan uangnya untuk membeli tanah atau emas, daripada menggunakannya untuk makan enak apalagi jalan-jalan. Terbukti prinsipnya itu berhasil, ibu mertuaku punya beberapa tanah, dan rumah. Rumah
Baca selengkapnya
Bab 5. Mulai mengambil Langkah.
Bab 5. Mulai mengambil langkah. "Oke, kalau gitu kamu pilih aku atau dia Mas?" tanyaku dengan suara bergetar, menahan sesak yang menghimpit dada ini. Sebisa mungkin aku menahan tangis agar tak sampai tumpah sekarang. "Aku nggak mungkin ninggalin dia, Yas!" "Segitu berartinya dia untuk kamu Mas?! Lalu selama ini pernikahan kita kamu anggap apa?!" sentakku tajam. "Sebenarnya kami ... Ka.i sudah menikah siri seminggu yang lalu. Bagai tersambar petir di siang bolong. Ternyata sudah sejauh itu hubungan mereka. Aku menatapnya dengan pandangan mulai berkabut. "Dan sekarang, dia sedang hamil anakku." Lagi-lagi tubuhku seperti di timpa godam yang teramat berat. Aku menggeleng tak percaya dengan apa yang kudengar. "Aku laki-laki. Apanya yang salah? Laki-laki boleh memiliki istri lebih dari satu. Bukankah itu Sunnah, dan bagimu jaminannya syurga." Aku menggeleng tak terima. Sunnah yang di maksud dalam berpoligami tentu bukan seperti ini. Posisi Mas Iqbal jelas dia menikahi Amanda karena
Baca selengkapnya
Bab 6. Anak Salah tetap di bela.
Tak berapa lama setelah Mas Iqbal ke luar rumah. Aku bergegas bangun berniat untuk mengikutinya ke rumah Ibu.Aku ingin lihat bagaimana reaksi mertuaku. Kalau sudah lihat kelakuan anaknya begini apa ibu masih mau membela anaknya?*"Iqbal! Kamu baru pulang kerja? Haduh, anak ibu sekarang jadi orang sibuk. Alhamdulillah, kerja keras ibu membesarkan kamu tidak sia-sia kamu bisa jadi orang sukses sekarang, punya jabatan. Ibu bangga sama kamu Bal!"Baru saja aku memasuki pintu depan, terdengar suara renyah ibu dari dalam. Aku mencibir mendengar ibu membanggakan anaknya. Sebentar lagi ibu pasti akan kaget, anak yang ia banggakan itu tak lebih dari seseorang yang bej4t kelakuannya."Oh ya, kamu kasih tau Tyas untuk hati-hati dalam membelanjakan uang. Kamu yang capek-capek kerja dia buang-buang duit. Dasar dia jadi istri tak pandai bersyukur!""Bu, Iqbal kesini karena ada yang ingin Iqbal sampaikan."Mas Iqbal sepertinya tidak terlalu mendengarkan ocehan Ibu yang melulu soal itu lagi, itu la
Baca selengkapnya
Bab 7. Cinta pertamaku
Aku berjalan pulang ke rumah, saatnya aku mulai menyusun rencana. *"Assalamualaikum, Papa. Gimana kabar Papa?"Aku menghubungi Papa. Tiba-tiba saja aku kangen Papa. Melihat kenyataan Mas Iqbal mengkhianatiku, aku merasa bersalah sama Papa. Dulu beliau orang pertama yang menentang keras keputusanku saat hendak menerima Mas Iqbal dan menikah dengannya.Tapi karena aku tetap kekeuh, bersikeras pada keyakinanku, akhirnya Papa terpaksa merestui. Meski aku tahu, hatinya berat, hatinya tak rela melepasku bersama laki-laki yang tidak sreg di hatinya."Papa Baik. Seperti biasa, baik-baik saja. Kamu apa kabar, Sayang?" Terdengar suara khas Papa di seberang sana."Tyas juga baik, sehat, Pa.""Alhamdulillah kalau gitu. Gimana? sudah kamu sampaikan sama Iqbal soal rencana itu? Bagaimana beraksi dia? Papa yakin dia akan senang sekali dengan berita ini. Ya kan?" Entah mengapa suara Papa terdengar seperti ... Seperti tak ikhlas. Apa mungkin hanya perasaanku saja?"Ehm, soal itu ... Belum. Tyas belu
Baca selengkapnya
Bab 8. Tinggal satu atap dengan maduku
"Ayo masuk Sayang! Sini biar aku saja yang bawa, kamu duduklah dulu," ucap Mas Iqbal pada seseorang.Setelah diperhatikan baik-baik. Yang datang bersama Mas Iqbal ternyata adalah Amanda.Si4lan! Ternyata secepat ini dia membawa gundiknya ke rumah ini untuk tinggal bersamaku.Aku masih merasa ini seperti mimpi. Mimpi paling buruk sepanjang hidupku. "Apa istrimu tak apa-apa aku tinggal di sini?" tanya perempuan membuatku muak."Tyas, maksud kamu? Aman pokoknya! Toh rumah ini juga 'kan rumahku. Dia nggak ada hak, apa lagi ngelarang kamu untuk tinggal di sini. Dengar, kamu juga 'kan istriku. Kamu juga punya hak yang sama sama dia untuk tinggal di rumah ini. Aku mau kita melewati hari bersama-sama. Menunggu dia lahir ke dunia ini." Mas Iqbal merapikan anak rambut perempuan itu, lalu mengelus perutnya yang terlihat masih rata.Tak kupungkri sakit rasanya melihat pemandangan ini di depan mataku. Jika memang rasa cinta di dalam hati ini mulai pudar karena sebuah pengkhianatan, tapi luka peng
Baca selengkapnya
Bab 9. puas-puasin belanja.
Aku tercekat membaca laporan dari Nando. Ternyata Mas Iqbal selama ini banyak membohongiku. Tercatat performa kerjanya sangat buruk! Dia sering datang terlambat, dan juga beberapa kali tak masuk kantor padahal dari rumah dia selalu pamit ke kantor, bahkan sampai pulang malam dengan alasan ada meeting mendadak. Ck! Si4lan! Dasar laki-laki tak tahu di untung! Pembohong! Aku merutuki kebodohanku sendiri, bisa-bisanya aku tak menaruh curiga pada Mas Iqbal. Apa dia yang terlalu lihai dalam mengelabuiku? Salahku juga terlalu percaya padanya, sampai-sampai aku tak pernah terpikir untuk sesekali mengecek bagaimana sepak terjangnya di kantor. Aku langsung menghubungi Nando. "Nando, dua Minggu lalu ada proyek di Bandung, yang datang ke sana siapa?" tanyaku yang melihat kejanggalan pada data absensi Mas Iqbal sekitar dua Minggu. Di sini terlihat dua Minggu lalu, Mas Iqbal tetap masuk kerja seperti biasa, tapi dia mengambil ijin pulang cepat. Padahal aku ingat sekali pada tanggal itu, Mas Iq
Baca selengkapnya
Bab 10. Silahkan atur sendiri uangmu
"Tyas! Astaghfirullah! Kamu abis belanja sebanyak ini? Kamu benar-benar istri boros!" ucap ibu mertuaku menatap sengit ke arah barang-barang belanjaanku."Ya. Memangnya kenapa? ada yang salah?" tanyaku santai.Ibu hanya menggelengkan kepala seraya meraih paperbag yang kubawa."Eiittss! Maaf. Ini belanjaan saya Bu.""Iya, ibu tahu! Ibu cuma mau lihat! Kamu menghambur-hamburkan uang Iqbal saja!" Ibu merebut belanjaanku dari tangan dan membukanya satu per satu"Ish, siapa bilang pakai duit Mas Iqbal? Aku belanja pakai uangku sendiri kok," tukasku."Halah! Uang sendiri darimana kamu?! Memangnya kamu kerja?! Kamu kan nggak kerja, dari mana kamu dapat uang yang untuk belanja sebanyak ini! Mana yang kamu beli semuanya barang-barang mewah begini, ya ampun Tyas! Ini semua belanjaan kamu kalau dibelikan emas udah dapat berapa ratus gram ini Tyas! Kalau kamu simpan dalam bentuk emas itu bisa jadi investasi! Kalau kamu belanjakan untuk barang-barang seperti ini ya berakhir jadi sampah! Ngerti kam
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status