Share

Bab 2. Keributan.

Bab 2. Keributan.

"Tyas! Tunggu dulu, tunggu! Kamu nggak bisa asal langsung masuk gini dong! Tyas!"

Aku memilih diam tak menggubris Mas Iqbal. Lagi pula kenapa pula dia melarangku untuk masuk, aku ini kan istrinya. Kenapa tidak boleh masuk. Jelas sekali ada yang disembunyikan.

"Tyas! Kamu apa-apaan sih!" Mas Iqbal berusaha menghalangiku yang terus melangkah.

"Diam kamu Mas!" bentakku.

Sampai akhirnya kaki ini sampai di depan ranjang berukuran king. Aku terperangah melihat seorang wanita tengah bergelung selimut di atas ranjang.

Bagai di tusuk belati tajam. Hatiku remuk redam. Koyak tak berbentuk, laki-laki yang selama ini begitu aku perjuangkan, ternyata tak lebih dari seorang b4jing4n! Dia bertukar peluh dengan wanita lain.

Air mataku lolos begitu saja. Lidahku kelu, tiba-tiba saja lututku teras lemas sekali. Tapi aku harus kuat, aku tak ingin terlihat lemah di hadapan dua manusia lakn4t ini.

Duniaku seakan runtuh seketika melihat kenyataan di depan mataku. Perempuan itu memegang erat selimut yang menutupi tubuhnya, bahunya yang putih mulus itu terekspos sempurna, seakan memperjelas sebuah kenyataan pahit yang harus kutelan.

"Brengs3k, kamu Mas!" ucapku tajam. Netra ini menatap nyalang laki-laki yang terlihat frustasi di depanku, ia menyugar kasar rambutnya.

"Jadi begini kelakuan kamu? Hah?! Dasar pengkhianat!" Aku melayangkan tamparan keras di pipi laki-laki itu. Itu tak sebanding dengan apa yang aku rasakan saat ini.

Dia diam membisu, seakan ingin menjelaskan sesuatu tapi tak tahu harus mulai dari mana.

"Apa kurangnya aku selama ini? Hah?! Sampai kamu setega ini Mas! Bangs4t! Bajing4n kamu Mas!" Kata-kata kasar keluar semua dari mulutku tanpa bisa kucegah. Demi Tuhan ini adalah kali pertama aku berkata sekasar ini.

Aku berkata dengan dada naik turun, sudah kupastikan sekarang ini wajahku sudah merah padam akibat luapan emosi yang tak mampu terbendung lagi. Aku sangat tak terima menerima kenyataan suamiku telah berbagi raga dengan wanita lain.

Aku mencubit, mencakar, meraih apa saja pada dirinya. Mas Iqbal diam hanya mundur perlahan, menatapku yang seperti orang kesetanan.

"Asal kamu tahu Mas! Semalaman aku nunggu kamu pulang, kemarin adalah hari ulangtahun pernikahan kita! Jadi ini kado yang kamu berikan untuk aku?! Apa jangan-jangan kamu lupa dengan hari bahagia kita?! Tega, kamu Mas!" Aku tak mampu lagi menyembunyikan tangisku. Hatiku hancur. Aku tergugu pilu.

"Semalaman aku menyiapkan dinner party kecil-kecilan di rumah. Aku ingin kita menghabiskan malam bersama, mengenang kembali saat-saat bahagia kita ketika pengantin baru. Saling memupuk rasa cinta agar rumah tangga kita semakin harmonis dan langgeng. Tapi ini–"

Aku sampai tak mampu melanjutkan kata-kataku. Hanya air mata yang berkata. Ini terlalu menyakitkan.

"Tyas! Maaf." ucapnya lirih, merasa bersalah. Mas Iqbal berusaha merengkuhku. Tapi dengan cepat aku menepisnya. Tak Sudi rasanya lengan kekar itu menyentuh tubuhku. Membayangkan tangan itu baru beberapa jam lalu ia gunakan untuk memeluk perempuan lain.

Maaf? Semudah itu kata maaf keluar dari mulutnya. Sayangnya kata maaf saja tak pernah cukup menghapus semua luka yang telah kau torehkan di hati ini.

"Semalaman aku menunggu kamu Mas! Tapi ternyata aku hanya seperti orang bodoh, menunggu kehadiran suamiku. Padahal kenyataannya suamiku sedang bersenang-senang dengan wanita jal4ng itu! Keterlaluan Mas! Kamu benar-benar brengs3k! Sialan!" Aku terus berkata dengan berurai air mata. Keadaanku benar-benar kacau saat ini.

"Gara-gara jal4ng ini, kamu sampai lupa pulang! Aku sudah masak makanan kesukaan kamu, kue tart favorit kamu. Tolol memang." Aku tertawa. Lebih tepatnya mentertawakan ketololanku sendiri.

"Ternyata apa? Yang ditunggu sedang bersama wanita murahan ini! Dasar pelacvr!" umpatku seraya menunjuk-nunjuk wajah wanita itu. Ia tengah menjangkau bajunya yang berserakan di lantai.

"Tyas! Jaga mulutmu!" Mas Iqbal sepertinya tak terima pasangan selingkuhnya kubilang pelacvr. Sedari tadi dia diam, tapi ketika aku berkata demikian dia langsung tak terima. Seistimewa itukah dia buat kamu Mas?

Astaghfirullah! Sakit sekali rasanya. Suamiku lebih mengistimewakan selingkuhnya dari pada perasaanku istrinya.

"Oh, nggak terima aku bilang dia itu pelacvr? Kalau bukan pelacvr, lalu apa namanya untuk orang yang merebut suami orang?!" sentakku tajam sambil menoleh ke arah wanita itu.

"Mau kemana kamu, Hah? Sini kamu, sini! Dasar perempuan sundal!" Wanita itu tampak berdiri pelan untuk memunguti pakaiannya di lantai, tapi dengan cepat aku menarik selimut yang membungkus tubuhnya. Terjadilah aksi tarik menarik antara aku dan dia.

"Tyas! Lepas! Lepas aku bilang! Biarkan Amanda pakai baju dulu!" pinta Mas Iqbal.

Amanda. Oh jadi nama perempuan j4lang itu Amanda. Mas Iqbal berusaha mencegah apa yang kulakukan.

"Kenapa? Bukannya tadi habis enak-enak telanj4ng bareng? Kenapa sekarang menyuruhnya pakai baju? Biar aku lihat seperti apa bentuk tubuhnya, apa lebih indah dariku, sehingga kau lebih memilih berselingkuh dengan dia?!" Aku tak mau kalah.

"Gil4 kamu Tyas!"

"Ya! Aku gil4. Aku gil4 karena ulah kamu Mas. Karena kelakuan kamu! Menjijikan!"

"Stop membuat keributan di sini, sekarang pulang! Aku akan jelaskan semuanya di rumah. Ayo!"

"Enggak! Aku nggak butuh penjelasan apapun dari kamu!" Aku menolak.

"Heh, Amel! Apa-apaan kamu? Berikan hape-nya sini! Siniin hape-nya!"

Kini giliran Mas Iqbal berusaha meraih ponsel yang ada di genggaman Amel, rupanya Amel merekam semua keributan ini.

Aku melangkah mendekati wanita itu. Tatapannya seakan menunjukkan keberanian. Tak ada rasa bersalah sedikitpun terlihat di wajahnya. Tetapi justru senyuman tipis terukir di bibirnya, seakan mengatakan ia telah menang, karena telah berhasil mengambil milikku.

Plak!

Sebuah tamparan keras aku layangkan tepat di pipi kirinya yang mulus hingga membekas merah di sana.

Ia meringis. Tapi sesaat kemudian ia justru tersenyum. Memuakkan! Dasar wanita murahan.

"Dibayar berapa kamu untuk melayani suamiku di hotel seperti ini? Dasar perempuan nggak tahu malu. Mu-ra-han!" bisikku tajam.

"Kalau memang kenyataannya suamimu lebih memilihku dari pada kamu. Kamu mau apa? Terbukti dia selalu ketagihan dengan servis yang kuberikan." ucapnya dengan nada nakal dan santai. Tapi mampu membuat darahku mendidih sampai ke ubun-ubun. Dasar perempuan gatal.

"Oh begitu ya. Kalau gitu, silakan ambil bekasku. Aku sudah tak butuh lagi. Barang bekas memang pantas di lempar ke tempat loak sepertimu 'kan! Sayang sekali ya, cantik-cantik tapi cuma jadi penampung barang bekas."

Blush!

Raut wajahnya mendadak berubah, yang tadinya senyum jumawa kini berganti memerah.

"Memang pantas kok, kalian berdua sama-sama samp4h! Dan sudah seharusnya aku membuang samp4h itu ke tempat yang yang sudah semestinya. Tapi ingat! Akan kupastukan hidupmu tak kan bisa tenang karena sudah berani bermain-main denganku! Camkan itu!"

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status