Share

Bab 19

Bu Endah membacakan surat Yasin lagi tepat di samping kepala almarhum Bu Endang. Air matanya mengalir mengingat beliau adalah sahabat karibnya saat almarhum masih sehat.

Suara lantunan ayat suci itu membuatku merasa merinding, suaranya terdengar jelas di telingaku saat aku melintas di dekatnya.

“Mbak! Itu, Mas Devan,” ucap Mila menepuk punggungku.

Aku menatap Devan yang tengah asyik ngobrol dengan Rahayu di kursi plastik berwarna hijau muda. Di sekelilingnya ada beberapa orang di sana.

Aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah rumah. Enggan rasanya memandang pemandangan yang menjijikkan itu.

“Dek!” Devan menahan lenganku, tiba-tiba saja dia ada di belakangku. Secepatnya aku menepis tangannya.

“Mbak, aku duluan, ya,” ucap Mila mempercepat langkahnya.

Aku berjalan sambil menunduk, air mata yang menggenang di kelopak mata membuat pandanganku kabur.

Aku melangkah sambil meremas baju gamis yang kukenakan. Melampiaskan rasa geram yang kurasakan dalam hati.

Devan mengikutiku dari
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status