Share

Bab 24

“Ih, kamu apaan sih, baikkan dikit kenapa kalau ngomong sama orang,” ucap Mas Arman sambil menepuk punggungnya.

Juwita memegang punggungnya sambil meringis kesakitan, aku tersenyum tipis memandangnya. Dia merengut menatapku.

Aku menyabarkan hati supaya tidak terjadi pertengkaran di rumah ini karna aku mengingat jasa almarhum Bu Endang waktu dulu.

Bu Asih menggelengkan kepala menatap Juwita, kami masih saja terheran kenapa sikap Mbak Juwita sekarang berubah total seperti ini. Suka ceplas-ceplos tanpa memikirkan perasaan orang lain.

* * *

“Loh, Mas, enggak ikut kirim doa?” Aku bertanya pada Devan saat baru keluar dari dalam kamar menatapnya masih ada di depan televisi.

“Mas, kayanya enggak bisa pergi, Dek, ngantuk kali,” sahutnya sambil mengedip-ngedipkan mata sambil merebahkan tubuhnya di kasur lantai.

Aku menggelengkan kepala berjalan dan duduk tepat di sampingnya. Kedua anak laki-lakiku sedang ke rumah saudara kami di desa lain. Anak bungsuku kini tinggal bersama Mamak karna Oliv yan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status