Share

Bab 32

"Apa sebelum di jual, Arman enggak pamit pada Bu Endang?" Tatapan mata Bu Endah begitu tajam mengarah padaku.

Aku menggeleng lalu mengalihkan pandangan ke arah depan, tak kuasa menatap netranya yang menakutkan.

"Kasihan Bu Endang, dulu susah payah usahanya untuk membangun rumah itu, tiba sekarang seenaknya saja Arman menjual, ibu kira dia sudah berpamitan sebelum menjual," sungut Bu Endah kesal.

Apalah guna, Mas Arman sekarang sedang asyik menikmati uang hasil jual rumah, sedangkan yang kemarin juga uang kematian di bawa olehnya. Amit-amit ... batinku.

Matahari mulai terik, aku memandang ke arah depan sambil menyipitkan mata, melihat beberapa ibu-ibu baru pulang dari kebun.

"Aaakkhh ..."

"Astaghfirullah ..., suara siapa itu, Thalia?" Bu Endah beranjak dari duduknya, menatap ke arah sumber suara yang ada di dalam rumah Dareen.

Aku ikut berdiri di samping Bu Endah, secepatnya aku menarik lengan Bu Endah membawanya ke rumah Dareen.

* * *

"Mas, ada apa?" tanya Bu Endah menatap kerumunan p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status