Share

Bab 22

“Ini sudah sore, Wit, lihat jam coba sekarang sudah jam berapa. Nanti enggak keburu loh,” ucap Bu Endah menatap Juwita. Tangan Juwita menggaruk-garuk kepala seolah kesal dengan kedatangan kami.

Aku dan Bu Endah masuk ke dalam rumah, terlihat Mas Arman masih tidur di ruang tamu beralaskan tikar yang sedari tadi belum di gulung.

“Loh, Arman belum belanja?” Bu Endah menghentikan langkahnya kala melihat Mas Arman tergeletak di sana.

“Belum. Sudah, pakai bahan seadanya saja,” ujar Mbak Juwita dengsn tangan menepis ke arah kami.

“Nanti kalau kurang bagaimana, Wit?” tanya Bu Endah menatap Juwita kesal.

“Bu, yang di undang beberapa orang saja, jangan sampai se-RT. Kalau se-RT pun enggak bakal cukup uangnya, uang enggak seberapa juga,” celoteh Juwita dengan kesal.

Aku lebih kesal melihatnya karna aku sendiri yang tahu jumlah uang yang di dapat dari para pelayat tadi. Menurutku itu juga sudah lebih dari cukup.

Aku yakin Juwita bakal manfaatkan uang itu untuk kebutuhan pribadinya.

“Mbak, tadi it
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status