Share

Bab 21

“Sudah, biar Bu Endah saja nanti yang urus. Mending di bereskan ini yang berantakan,” ujarku memandang sisa kain kafan, kapur Barus, dan juga kapas yang masih tergeletak begitu saja di dekat dinding.

“Ah, enggaklah, Aku mau pulang saja. Eh, nanti ada takziah, enggak, ya?” Tanya Wulan berhenti di depan pintu. Dia sudah bersiap kabur dengan mengenakan sendal di teras rumah.

Aku hanya mengangkat pundak, malas memandang ke arahnya, giliran ada kerjaan saja dia enggak mau tau, pulanglah, inilah, itulah.

Kusapu ruang tamu, di mana ada bekas-bekas sisa tadiku kemas jadi satu di dalam plastik asoi besar berwarna hitam.

Sebuah mobil Xenia, masuk ke halaman rumah Bu Endang, kepalaku nyelinguk ke luar dengan gagang sapu yang masihku pegang.

Mesin mobil mati dan tidak lama pintu mobil terbuka, mas Arman turun dari pintu sebelah kanan, tepatnya berhadapan rumah ini. Tubuhnya kembali membalik ke dalam mobil guna untuk menggendong putranya.

Aku penasaran kepalaku celingukan, netraku menangkap soso
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status