Share

3. Jangan Sampai Bersuara

“Cepat lepaskan!” Christopher kembali berseru.

Selena merasa terpukul oleh kata-kata Christopher yang merendahkan. Dalam keheningan yang mencekam, dia merasakan campuran antara kebencian dan keputusasaan. Dalam situasi yang sulit ini, Selena berjuang untuk menjaga ketenangan dan keberanian di dalam dirinya.

Hanya saja, Selena tidak berani menatap ataupun melihat langsung wajah Christopher. Suara berat dan gagah yang terpancar dari Christopher sudah cukup menggambarkan karakter pria tersebut. Dengan perlahan dan hati-hati, Selena mulai melepaskan satu persatu lapisan kain yang menutupi tubuhnya, mengikuti instruksi yang disampaikan oleh Christopher.

Dengan pakaiannya sudah terlepas, Selena hanya menyisakan sehelai kain sebagai penutup bagian tak terjangkaunya. Tubuhnya gemetar dan ekspresinya kusut, dihadapkan pada rasa takut yang mendominasi di tengah situasi yang tidak nyaman. Meskipun ada rasa malu, namun rasa takut lebih mendominasi perasaannya.

“Mendekatlah, aku ingin melihatmu lebih dekat,” ujar Christopher dengan nada tenang namun tetap tegas.

Matanya yang tajam terus menatap tubuh putih Selena tanpa kenal belas kasihan, menuntut ketaatan terhadap perintahnya.

“Kubilang mendekat! Atau akulah yang mendekatimu?” ucapnya lagi dengan tegas.

Selena, meskipun ragu dan takut, terus menuruti perintah Christopher bahkan ketika perintah tersebut semakin tegas.Selena merasa terjebak dalam situasi yang menakutkan ini, namun kaki patuhnya terus melangkah maju, mendekati Christopher yang tegak berdiri dengan gagah.

Dalam ketidakpastian dan ketakutan yang melanda, Selena bergerak semakin dekat dengan Christopher. Meski samar, namun keteguhan dan kokohnya tubuh Christopher tercetak jelas di mata Selena. Dalam keadaan yang begitu tegang, Selena harus menemukan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi cobaan yang dialaminya.

“Berlututlah, cepat buka celanaku.”

Deg!

Mata Selena membelalak.

Gemetar, ia menuruti perintah atasannya itu.

Berlutut dan membuka kancing celana Christopher dan tak berkata-kata sama sekali.

Namun saat meraba mencari kancing celana, Selena berhenti sejenak. “Tuan. Christopher, bolehkah kita padamkan lampunya saja? Aku... sebelumnya belum pernah melakukan hal seperti ini.” Suaranya gemetar takut.

Christopher, tersentak oleh permintaan Selena, merasa kebingungan dan canggung.

Permintaan dari Selena sungguh di luar dugaan!

“Cih! Kau ini lucu sekali, kenapa aku harus menuruti perintahmu? Apa untungnya bagiku?”

Dalam posisi yang membuatnya merasa malu dan tidak nyaman, Selena mencoba menjelaskan situasi yang dianggap menuntut kepatuhan terhadap peraturan yang telah ditetapkan. Meskipun berlutut di depan Christopher, Selena tetap berusaha untuk berbicara dengan lembut namun penuh kehati-hatian.

“Di sebuah kertas yang ku dapatkan dari Nyonya Helena, disana dijelaskan bahwa salah satu peraturannya adalah tidak boleh menyalakan lampu utama. Saat Tuan. Christopher meminta sesuatu yang intim, bukanlah sebuah peraturan harus ditaati?”

“Baiklah, ternyata suka menaati peraturan ya? Kalau begitu, kau boleh mematikan lampu utama. Tapi, tidak dengan lampu tidurnya. Aku tidak suka kegelapan.”  Christopher memutuskan untuk menyetujui permintaan Selena.

“Terimakasih Tuan. Christopher.” Selena bersyukur atas kesepakatan ini.

Setelah mendapat persetujuan, Selena berdiri dan mencari tombol untuk mematikan lampu utama, mengakhiri ketegangan dan kecemasannya dalam situasi yang sulit.

“Dia sangat lugu, apa benar belum pernah melakukan nya? Baiklah, aku akan mencari tahunya sendiri,” pikir Christopher dalam hati.

Christopher merasa terkejut dan sedikit skeptis, melihat ketidakberanian Selena. Saat melihat Selena dengan tatapan menelaah, Christopher merasa bahwa wanita ini benar-benar berbeda dan tidak seperti wanita lain yang pernah masuk ke dalam kamarnya.

Christopher mendekati Selena dengan sikap tegas dan memintanya untuk bersikap patuh. Selena, berdiri dengan penuh kerendahan hati, mendengarkan perintah Christopher tanpa berani melawan.

“Malam Ini, aku sedang tidak ingin dilayani, tapi!” Christopher menghentikan ucapannya, lalu mendekati Selena yang berdiri dengan lugu dan terus menunduk. “Aku ingin melayani, Jadilah penurut. Jangan mendesah, karena aku tidak suka mendengar desahan wanita. Karena terdengar sangat berisik!”

Dalam situasi yang penuh dengan ketegangan dan kecemasan, Selena merasa tertekan dengan permintaan Christopher yang mengintimidasi.

“Baiklah, Tuan Christopher saya paham,” sahutnya singkat.

Saat Christopher menarik dagu Selena dan menatapnya dengan senyuman sinis yang tajam, Selena merasa lemah dan pasrah.

Meskipun merasa terkejut dan ketakutan, Selena tidak berani menatap Christopher. Dia terkejut ketika merasakan pegangan tajam Christopher di dadanya dan mencubit puncaknya yang berwarna merah muda.

Dalam situasi yang menakutkan dan tak terduga ini, Selena merasa terjebak dan tak berdaya di hadapan Christopher.

“Aah!”

Desahan singkat bahkan terlepas dari bibir Selena akibat rasa terkejut yang melandanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status