Share

Dusun Pemberontak

Lubuk Ruso, Dusun Pemberontak

Kokok ayam jantan pertama mulai terdengar. Selarut ini Wak Baidil masih terjaga. Hujan deras yang mengguyur hutan larangan sejak kemarin sore membuat suasana hutan larangan yang mereka huni malam ini tambah mencekam.

Wak Baidil tak sendiri. Datuk Arsam duduk didepannya. Tegang, gelisah, dan marah tersirat di wajah keduanya.

Sebagai pemimpin Lubuk Ruso, ketika masih ada puluhan penduduk yang belum jelas nasibnya, sudah wajar Wak Baidil gelisah. Demikian juga dengan Datuk Arsam. Sebagai orang dari Midah dan sebagai seorang kakek, manusiawi jika ia mengkhawatir nasib Midah dan cucunya.

"Datuk, kemana perginya mereka semua ini? Maksudku, kenapa sampai hampir dini hari begini Aditya dan rombongannya belum muncul juga?"

"Ya Wak! Aku juga gelisah. Entah bagaimana nasib Midah dan cucuku? Apakah masih hidup atau sebaliknya?" kata Datuk Arsam sambil menahan tangis.

"Sabar Datuk! Lagi-lagi hanya itu yang bisa kita lakukan. Sabar dan menunggu." kata Wak Baidil mengu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status