Share

Pendekar Naga Penguasa Dunia
Pendekar Naga Penguasa Dunia
Penulis: Adnosekai

1. Zhao Lin

Langit di atas sekte Lampion Merah mulai berubah menjadi gelap. Angin berhembus menggugurkan dedauan yang telah menguning. Zhao Lin yang telah bekerja menyapu tempat tersebut, kini harus menambah pekerjaannya. Daun-daun kering berserakan karena hembusan angin.

“Angin sialan! Kau menambah pekerjaanku saja!”

Bocah laki-laki berusia sebelas tahun itu kembali melanjutkan pekerjaan, menyapu dedaunan yang jatuh dari atas pohon ke satu tempat. Sesekali ia melirik ke lapangan yang tidak jauh dari tempat ia bekerja.

Para murid dari sekte Lampion Merah terlihat sedang berlatih di bawah bimbingan seorang guru. Zhao Lin menghela nafas, hari ini ia tidak terlibat dalam latihan bersama-teman-temannya. Ia harus menjalani hukuman yang diberikan oleh Ketua sekte karena Zhao Lin memukul salah satu murid yang mengejek dirinya.

Zhao Lin telah berada di sekte Lampion Merah sejak lahir dan berlatih beladiri sejak usia enam tahun. Saat ia berusia sepuluh tahun, terjadi sesuatu yang mengubah hidupnya. Ayah, ibu dan adiknya dibunuh oleh sekelompok orang yang tidak dikenal. Zhao Lin berhasil melarikan diri, tapi ia mendapatkan sesuatu yang buruk.

Serangan orang itu merusak satu bagian dari tubuh Zhao Lin yang disebut Lingkaran Pusat. Lingkaran Pusar berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan Tenaga Dalam sehingga membuat Zhao Lin tidak dapat menyerap Tenaga Dalam.

Hal tersebut membuat Zhao Lin mendapat ejekan dari murid-murid lain. Lingkaran Pusat adalah sesuatu yang sangat berharga dalam beladiri. Tanpa Tenaga Dalam, seseorang tidak bisa disebut sebagai Pendekar.

Dari yang awalnya seorang bibit jenius, Zhao Lin kini tidak lebih hanya sebagai sampah beladiri. Namun, itu tidak membuatnya patah semangat, ia terus berlatih untuk mengasah kemampuan. Bahkan, tanpa Tenaga Dalam pun, Zhao Lin berhasil memukul seorang murid hingga membuat ia mendapat hukuman.

Pekerjaan Zhao Lin selesai bersamaan dengan selesainya latihan para murid. Saat itu juga, hujan mulai turun, mereka berlarian mencari tempat berteduh. Secara tidak sengaja, Zhao Lin bertabrakan dengan salah satu murid Lampion Merah.

“Sampah sialan... di mana kau taruh matamu sehingga kau menabrakku?”

Murid yang ditabrak Zhao Lin adalah Mao Linpeng. Seorang murid baru di sekte Lampion Merah, tapi memiliki sifat yang amat sombong. Ia menganggap dirinya sebagai murid terbaik di sekte Lampion Merah.

“Apa matamu buta sehingga tidak bisa melihat di mana aku menaruh mataku!” Zhao Lin mengabaikan Mao Linpeng dan kembali berlari menuju teras untuk menghindari hujan yang semakin deras. Namun, sebuah pukulan ia terima sehingga membuat ia tersungkur.

“Apa yang kau lakukan?” teriak Zhao Lin.

Mao Linpeng berjalan menuju Zhao Lin yang masih terduduk. “Kau pergi tanpa meminta maaf padaku! Apa kau mencoba menantangku.”

Zhao Lin berdiri dan menatap mata Mao Linpeng. “Kau yang menabrakku... kaulah yang seharusnya minta maaf!”

Zhao Lin berbalik badan untuk segera berteduh, tapi bahunya ditarik oleh Mao Linpeng. Sebuah pukulan kembali diberikan Mao Linpeng mengenai wajahnya. Zhao Lin kembali tersunggkur, tepi bibirnya mengeluarkan darah.

“Kau benar-benar menantangku! Apa kau tidak tau aku adalah jagoant di Lampion Merah sehingga kau berani bersikap tidak sopan padaku.” Mao Linpeng menatap Zhao Lin dengan wajah penuh kemarahan.

Zhao Lin kembali berdiri dan membalas tatapan Mao Linpeng. “Jagoan! Sepertinya kata itu perlu pembuktian.”

Mao Linpeng menjadi marah, kata-kata Zhao Lin seperti meremehkannya. Ia kembali bergerak memberi pukulan pada Zhao Lin. Namun, Zhao Lin menahan pukulan tersebut. Bahkan, Zhao Lin memberi pukulan balasan pada Mao Linpeng yang membuat ia melangkah mundur. Mao Linpeng memegangi perutnya yang terkena pukulan Zhao Lin.

Tangan Mao Linpeng mengepal dengan erat. Sebagai murid terkuat di sekte Lampion Merah, ia merasa dipermalukan karena mendapat pukulan dari seorang yang ia anggap sebagai sampah.

Diiringi sebuah teriakan, Mao Linpeng kembali melayangkan pukulan. Lagi-lagi Zhao Lin berhasil menangkis. Pukulan balasan dilakukan oleh Zhao Lin, tapi kali ini Mao Linpeng yang lebih siap berhasil menahan.

“Apa kita harus bertarung untuk masalah sepele seperti ini!” Zhao Lin mencoba menghentikan pertarungan mengingat hujan turun semakin deras.

“Kau menghinaku dan itu bukan sesuatu yang sepele. Aku tau, kau ingin mengakhiri pertarungan ini karena kau tidak akan bisa mengalahkanku.”

Semakin lama pertarungan berlangsung, Zhao Lin semakin mendominasi. Sebuah tendangan dari Zhao Lin membuat Mao Linpeng mundur beberapa langkah. Ia menghela nafas, tatapannya semakin tajam pada Zhao Lin.

Mao Linpeng kembali menyerang. Kali ini, pukulan yang ia layangkan dialiri Tenaga Dalam. Pukulan itu ditahan oleh Zhao Lin, tapi ia tidak cukup kuat menahannya sehingga terlempar cukup jauh.

Mao Linpeng awalnya tidak mau menggunakan Tenaga Dalam menghadapi Zhao Lin. Menggunakan Tenaga Dalam menghadapi seorang sampah akan sangat memalukan. Namun, kondisinya sekarang berbeda. Ia sudah terdesak, akan lebih memalukan jika ia sampai kalah dari seorang sampah.

Biar bagaimanapun, Zhao Lin memiliki teknik yang sangat baik. Jika saja ia bia mengumpulkan Tenaga Dalam, Zhao Lin mungkin adalah salah satu bibit terbaik di dunia persilatan.

Zhao Lin hanya tersenyum melihat apa yang dilakukan Mao Linpeng. Semangatnya semakin meningkat setelah Mao Linpeng mencurahkan seluruh kemampuannya. Ia ingin tau, sejauh mana kemampuannya di bandingkan murid yang mengaku sebagai yang terbaik di sekte Lampion Merah.

Melihat Zhao Lin yang tersenyum membuat kepala Mao Linpeng semakin mendidih. Ia semakin merasa terhina. Hujan yang turun begitu deras tidak bisa mendinginkan kepalanya, Mao Linpeng kembali menyerangan.

Mao Linpeng melancarkan sebuah tendangan pada Zhao Lin yang membuat ia kembali terlempar. Zhao Lin masih bisa tersenyum sehingga membuat kepala Mao Linpeng terus mendidih. Mao Linpeng berlari ke arah Zhao Lin yang masih terduduk, ia akan melakukan tendangan berikutnya pada Zhao Lin.

Tanpa disadari oleh Mao Linpeng, tangan Zhao Lin memegang sebongkah batu yang berukuran cukup besar. Batu itu dilemparkan pada kaki Mao Linpeng tanpa bisa ia hindari. Mao Linpeng tersungkur di depan Zhao Lin.

Zhao Lin langsung menduduki tubuh Mao Linpeng. “Memalukan! Murid terbaik kalah dari seorang sampah.”

Mao Linpeng membangkitkan diri, membuat Zhao Lin terbalik. Semakin lama pertarungan berlangsung, semakin tinggi emosi Mao Linpeng. Ia mengangkat kerah baju Zhao Lin dan bersiap memberikan pukulan.

“Kalian berdua.. apa yang kalian lakukan!” sebuah teriakan mengejutkan semua orang. Zhao Lin dan Mao Linpeng menghentikan pertarungan mereka. Sosok yang berteriak adalah Ketua sekte Lampion Merah, Chen Shou.

“Cepat ke sini!” perintah Chen Shou.

Seluruh murid yang menyaksikan langsung membubarkan diri. Zhao Lin dan Mao Linpeng berlari menuju ke tempat Chen Shou.

“Bisa-bisanya kalian berkelahi di tengah hujan seperti ini. Kalian harus menerima hukuman karena masalah ini.”

Zhao Lin dan Mao Linpeng hanya menunduk, tidak bisa membantah kata-kata Ketua sekte. Mereka sadar dengan kesalahan mereka.

“Dan kau, Zhao Lin!” Chen Shou menunjuk Zhao Lin. “Kau baru saja mendapat hukuman dan sekarang membuat ulah kembali. Hukumanmu akan lebih berat kali ini.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status