Peraduan dengan Algojo Keempat membuat Ardo jatuh terlentang di tanah dengan mulut bersimbah darah.Pada saat yang sama, Algojo Ketiga yang berwujud monyet besar datang dari udara hendak menginjak badan Ardo.“Awas, Kakaaang!” teriak Rinta Kemiri mengingatkan kakaknya, padahal Ardo pun melihat serangan yang mengancam itu.Bugg!Ardo adalah pendekar yang sulit ditumbangkan. Ternyata luka dalam yang sudah dideritanya belum mampu membuatnya berhenti bergerak lincah.Ardo gesit melempar kedua kakinya ke belakang yang otomatis diikuti oleh tubuhnya. Lentingan itu membuatnya terhindar dari injakan monyet sinar. Injakan itu sampai membuat tanah melesak retak seperti buah jengkol yang digeprek.Dass!Setelah menghindar, Ardo langsung bersalto keren dengan tendangan level tiga. Tendangan Ardo menghantam keras kepala si monyet sehingga ambyar seperti asap kental, membuat si monyet sinar berdiri tanpa kepala.Sworrss!Tiba-tiba dari arah lain, sosok sinar ungu menyeramkan bercula panjang datang
“Adik Rawa Kujaaang!” pekik Teguk Permana menangis sambil memeluk erat tubuh adik bungsunya yang telah mati.Akar Sejara yang baru saja jatuh keras di tanah dekat kaki Tugu Setia, terkejut mendengar teriakan kakaknya. Dia cepat menengok ke arah Teguk Permana. Wajah Akar Sejara yang belepotan oleh darah terkejut bukan main melihat kakaknya meratapi Rawa Kujang yang sudah tewas.Sambil menahan rasa sakit yang teramat, Akar Sejara hendak bangkit. Namun….“Fukrr!”Tiba-tiba Akar Sejara menyemburkan darah dan kembali ambruk tersungkur. Luka dalamnya oleh Tinju Mustika Hijau parah.Iblis Jelita hanya berdiri dengan sikap dingin menyaksikan tragedi putra-putra Nyai Wetong. Dia baru saja mengatasi serangan dahsyat dari Serbuan Kebencian yang sempat dilepaskan oleh Teguk Permana kepadanya.Di sisi lain, Ardo Kenconowo agak bingung melihat kondisi Rawa Kujang dan Akar Sejara karena dia tidak merasa membuat keduanya tewas dan terluka parah. Ardo memilih melompat jauh dan mendarat di sisi gurunya
“Heah heah! Lali yang kencang, Sulami! Jangan sampai Tulina mati! Heah heah!” teriak Ardo dengan perasaan mengharu-haru. Dia memaksa kuda tunggangannya berlari kencang. Tangan kanan Ardo menghela-hela tali kendali kuda dan tangan kiri merangkul ke belakang agar tubuh Tulina yang memeluk lemah tidak jatuh. Ada tangis di mata Ardo. “Suamiku. Suamiku,” sebut Tulina sangat lemah, tapi masih terdengar samar oleh Ardo. Panggilan “Suamiku” terus disebutkan Tulina berulang-ulang selama perjalanan itu. Sebutan itu membuat rasa iba dan sedih muncul di dalam hati Ardo. Kemarin, Ardo meninggalkan Tulina di Desa Guling setelah mensiasatinya agar dia bisa pergi tanpa gadis gila itu. Kesetiaan Ki Rojak terhadap mendiang gurunya, membuatnya mau mengantar Tulina pergi ke Gampartiga. Ketika Ki Rojak dan Tulina tiba di ibu kota Kadipaten Dadariwak itu, sudah ada keramaian, yaitu pertarungan putra-putra mendiang Nyai Wetong. Melihat keberadaan “suami” yang dirindukan, Tulina tanpa memiliki pertimban
Dak! Blugk!Uwu Uwu yang hendak menyerang Ardo harus tersungkur jatuh dari kudanya, setelah satu kaki depan kudanya tertekuk jatuh usai ditendang keras oleh Ardo.Setelah menendang kaki kuda Uwu Uwu, Ardo yang sangat gesit langsung melompat salto dan menendang kepala Srikil di atas kuda.Dak!Cepat Srikil menangkis tendangan Ardo yang mengincar kepalanya dengan tongkat besinya. Namun, meski ditangkis, Srikil tetap terdorong jatuh karena kuatnya tenaga tendangan dari ilmu Lompatan Iblis Mabuk tingkat satu.Kegesitan Ardo memang bisa mendahului Uwu Uwu dan Srikil, tetapi tidak bisa mendahului Rungga Kasa dan Suganda yang kompak melompat dari kudanya menyerang Ardo dengan tongkat besinya.Tang tang!Ardo yang baru mendarat dari lompatannya tidak bisa menghindar, tapi bisa menangkis menggunakan kedua siku tangannya.Rungga Kasa dan Suganda terkejut melihat kekerasan dua siku tangan Ardo. Seharusnya siku itu hancur atau pecah tulangnya karena mereka memukulkan tongkat besinya dengan kekuat
Tess! Tass! Sering kali Iblis Jelita melesatkan sebutir sinar hitam kecil dari kelingking kanannya sekedar untuk menguji lawan. Teguk Permana sigap menangkis dengan pedang cokelatnya yang bernama Pedang Langit Kelam. Ternyata pedang itu bisa mementahkan Sentilan Dewi Hitam tingkat satu Iblis Jelita. “Kalian masih muda, tetapi tinggal menyisakan dirimu, Kisanak. Jika kau memaksaku untuk membunuhmu, maka habislah garis keturunan Nyai Wetong dan Pendekar Tabur Bunga,” kata Iblis Jelita, menahan pertarungannya yang tinggal antara dirinya dengan Teguk Permana. Para penonton masih setia di tempatnya, seperti anjuran host kuis tivi ketika iklan mau lewat. “Jangan ke mana-mana, kami akan kembali setelah yang satu ini! Apaan tuh?!” Emosi di dalam dada dan tengkorak kepala Teguk Permana bergejolak hebat. Ingin rasanya dia menghancurkan semua orang yang ada di tempat itu dengan ilmu pamungkasnya agar cepat kelar tanpa perlu drama. “Menyerahlah, Kisanak! Kau hanya akan mati sia-sia!” teriak
Sess sess sess…!Sress sress sress…!Lesatan garis-garis lengkung sinar merah datang susul-menyusul menyerang Iblis Jelita. Wanita jelita itu tidak menghindar, tetapi menangkis semua serangan sinar itu dengan cakaran kedua tangannya.Kuku-kuku Iblis Jelita yang diliputi energi warna hitam dan ungu gelap terlihat menyeramkan.Cool-nya Iblis Jelita, dia menangkis semua sinar pedang yang melesat sambil melangkah maju kian mendekati posisi Teguk Permana.“Heaaat!” teriak Teguk Permana sambil berlari maju dengan pedang yang kian besar sinar merahnya. Selanjutnya dia melompat ke depan sambil menebaskan pedangnya dengan vertikal ke arah kepala Iblis Jelita.“Serangan yang sangat salah!” ucap Iblis Jelita lalu menghentakkan kelima jari tangan kanannya.Setss! Broks!Dari jarak dekat, melesat sebola kaki energi hitam berekor yang dalam sekejap menghantam telak dada Teguk Permana sebelum pedangnya membelah kepala Iblis Jelita.Cukup dengan ilmu Sentilan Dewi Hitam tingkat lima, yaitu tingkat te
Adipati Banting Arak pulang dan sampai ke Gampartiga kala waktu magrib, di saat langit masih putih dan bumi mulai gelap. Dia pulang bersama putranya yang tidak laku di Kadipaten Babatoto. Tidak sama dengan Anoman yang merasa sakit hati, sang adipati tidak sakit hati sedikit pun karena ditolak. Melamar salah satu putri mendiang Adipati Rentang Gatang adalah sekedar baso basi. Yang terpenting, dia sudah separuh berkuasa di Kadipaten Babatoto. Sang adipati menempatkan Pembunuh Jauh sebagai kepala keamanan sementara di Kadipaten Babatoto. Dengan demikian, pasukan kadipaten berada di bawah kuasa Adipati Banting Arak. Namun, alangkah terkejutnya Adipati Banting Arak saat tiba di pusat Gampartiga. Dia tidak melihat Tugu Setia berdiri tegak menjulang yang bukan hanya menjadi ikon ibu kota Gampartiga, tapi juga ikon Kadipaten Dadariwak. “Bonaaar!” teriak sang adipati dengan nada dan wajah yang marah. Pemimpin prajurit yang bernama Bonar segera berlari datang. Yang dia khawatirkan selama me
Seperti kehilangan kekasih atau calon suami, Iblis Jelita merasa terganggu perasaannya. Dia pun pergi mencari Ardo Kenconowoto ke sejumlah tempat, termasuk ke Sungai Ukirati hingga ke rumah ibu Ardo.Ketika mencari Ardo di Gampartiga, Iblis Jelita bertemu dengan Cabur Sekti yang sudah pulang dari Lembah Jepit. Dari Cabur Sektilah informasi tantangan Siluman Sepuluh Nyawa tersampaikan kepada Iblis Jelita. Namun, Iblis Jelita tidak terlalu peduli. Yang dia pedulikan adalah keberadaan dan kondisi Ardo.Iblis Jelita menduga kuat Ardo terluka parah, bahkan bisa berujung kematian jika luka dari memaksa mengeluarkan ilmu Jejak Tapak Iblis di saat terluka tidak segera diobati.Tabib Juku Getir dan Semuri terkejut ketika mereka kedatangan tamu yang tidak diduga, yaitu Iblis Jelita.“Iblis Jelita pasti akan membunuhku karena telah jatuh cinta kepada Ardo,” duga Semuri saat melihat kakeknya telah berhadapan dengan Iblis Jelita. “Kenapa guru Ardo bisa semuda dan secantik itu?”“Terakhir Ardo data