Share

Hari Itu

“Apa kamu enggak mau menolong Ibu?” Ratri menatap Septi, yang masih berdiri kaku di bibir kamar. Memegang koin dan minyak angin dengan bergetar.

Ratri menghembus napas. “Kamu enggak usah mikir macam-macam! Ibu itu terpaksa minta tolong sama kamu, soalnya nih ….” Ratri memperlihatkan tangannya yang penuh luka. Koreng basah yang di beberapa sudut terdapat bintil-bintil bernanah. 

Septi bergidik melihatnya. Sejak kapan ibu mertuanya begitu?

“Nih akibat Ibu salah—“

“Mau sampai kapan kalian ngobrol di situ!” teriak Eko. Kepalanya tegak dengan kedua bola mata tertancap kepada Septi.

Ratri spontan mendorong tubuh Septi agar cepat masuk. “Mijitnya yang agak lamaan, tekanannya yang agak kuat ya, Bapak suka protes kalau mijitnya enggak kuat,” bisik ibu mertuanya. Septi hanya merespon dengan lirikan.

Ratri ikut masuk ke kamar, lalu duduk di sisi tempat tidur yang lain. Saat S

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status