Selamat membaca.Hosh!Hosh!Hosh!Aku berlari semakin jauh, tak melihat ke belakang. Saat mencapai hutan yang berbatasan dengan gunung, langkahku berhenti—sadar kalau ada sesuatu yang salah disini.Berjalan pelan. Aku bahkan tak peduli pada kakiku yang tergores ranting-ranting tajam, dan kerikil."Emabell!"Seseorang menarik tanganku. Menyadarkan pandanganku, aku melihat Nike yang tampak kelelahan bersama Bielra di sampingnya."Kalian sudah memberitahukan ini pada Baginda?!""Syuttt! Mereka ingin membunuhmu!"DEG!Mataku membelalak mendengar apa yang baru saja di katakan oleh Nike barusan. "Membunuhku?" ulangku. Bingung menatapnya. "Mengapa mereka mau membunuh orang milik Darka?!"Nike gemetar. "Aku tidak tahu!" Tapi aku tahu—informasi kalau ia diperlakukan layaknya kekasih sudah beredar sampai ke telinga mereka. "Emabell, kita tidak akan mati kan?" Nike menggenggam tanganku gemetar ketakutan menatap ke sana sini.Aku memegang bahunya. "tenanglah Nike. Kita akan baik-baik saja!""E-m
Selamat membaca.Terdiam selama beberapa saat, bahkan aku bisa merasakan angin berhembus menerpa kulitku."Kal, kau harus membunuhnya sekarang! Karena jika kau tidak bisa membunuh manusia itu karena ucapannya. Maka biarkan ia hidup!"Pria itu bernama Kal ya. Dan temannya, sepertinya memiliki hati yang baik. Aku bisa merasakannya, dari cara ia memandangku barusan."Kalian bisa mati!" ucapku sebelum mataku tertutup, tak sadarkan diri karena kehilangan banyak energi. Maklumlah, aku kan hanyalah manusia biasa.***-Saat Emabell tak sadarkan diri, Kal dilema. Ia bahkan tak tahu akan apa yang harus ia lakukan saat ini- "Kal! Mereka mendekat. Bunuhlah dia!""Kita selamatkan.""Tidak akan sempat!" Mereka panik. Karena Kal terlalu lama mengambil keputusan. "Kita harus hidup dengan baik.""TAPI AKU BUTUH WANITA INI!"Tiba-tiba saja, sesuatu yang ajaib terjadi. Dedaunan kering dan dedaunan pada pohon gugur, berjalan seperti air. Menutupi tubuh Emabell dengan sendirinya.Mereka semua membelalak.
Selamat membaca.Hujan tak berhenti, seolah menunggu agar cerita dan candaku berakhir. Seperti sebuah keajaiban yang tak bisa kuungkapkan dengan kata—aku senang, karena dunia ini membantuku, mungkin memilihku. Tetapi mengapa? Harus aku! Bukankah Killian, kak Tara dan mereka memiliki pemikiran yang sama tentang kedamaian?!"Apa yang akan kau lakukan setelah ini Emabell, pada akhirnya mereka akan tahu. Kalau kau akan hidup sebagai kelemahan yang mulia!""Itu berbahaya!"Benar kata mereka. Tapi yang memilih jalan rumit ini siapa sih? Oh, iya. Lupa, Aku—Emabell dan impian gilanya. Tersenyum pada mereka. Menjawab, "Aku bukan peramal."Tap!Tap!Tap!Suara langkah kaki yang mendekat membuat mereka semua waspada, menarik pedang, busur dan belati mereka. Tetapi lawan mereka adalah Almosa dan yang lainnya telah kembali."Kalian? Terlambat!" ujarku. Mencoba mencairkan suasana, tapi pria itu bahkan tak memikirkan apapun selain melihat ke arahku dengan tatapan dinginnya.Hujan membuat kami basah.
Selamat membaca.Aku tidak bisa menjawab apapun. Karena aku tidak pernah dilindungi oleh dunia Elydra, seperti apa yang baru saja dikatakan oleh Kal dan yang lainnya—mungkin mereka benar, mungkin aku mendengarnya. Tetapi itu mungkin saja bukan alam Elydra, tetapi kekuatan salah satu dari mereka—aku berani berpikir begitu, sebab aku tidak pernah mengalami sesuatu yang mustahil seperti itu.Manusia. Ayolah, aku hanyalah seorang putri dari Clossiana Frigga yang menginginkan kehidupan. Tetapi malah berakhir dikejar oleh kematian.Sebuah tangan menggenggamku erat—aku menoleh ke arah Baginda yang lagi-lagi menatapku dengan tatapan yang sulit untuk aku artikan dan ku mengerti?! Mengecap bibir—aku menatap ke arah mereka, para tetua yang hentinya menatapku sebagai hama bagi Darka. Lalu berkata. "Aku tidak tahu!""Emabell!"Kal mencoba untuk membantuku. Tetapi aku tidak melihat saat itu. "Aku benar-benar tidak tahu, akan apa yang terjadi saat itu. Tetapi aku hanya tahu kalau Kal dan yang lainny
Selamat membaca.Mendengar apa yang baru saja Darka ucapkan—ku yakin kuping mereka panas mendengarnya, tetapi mereka tidak lebih dari pada orang-orang yang senang membicarakan orang lain di belakang, tetapi tak pernah berani melakukannya di depan.orang tersebut.Aku tahu Darka kuat—tetapi tidak dengan mereka. Hanya saja, pria di sampingku ini sedikit emosional.Pria tersenyum sinis. "Kau membuat kelemahan YANG MULIA!" Aku jadi merasa begitu. "Ia begitu hebat dalam berpikir dan menyerang lewat kata, tetapi dia bahkan tak memiliki keturunan yang bisa membuat kami tutup mulut. Terserah padamu!" katanya sembari mengedipkan bahunya acuh. "Tetapi bagaimana dengan rakyatmu!""Jangan cemaskan hal yang tak perlu kalian cemaskan."Dingin sekali dia—pikirku dalam hati."Tetapi ingatlah ini yang mulia, Jika aku tidak bisa membuatmu melepaskan 'kesetiaanmu' pada manusia itu. Maka akan ku buat ia mengamuk, lari, menjauh darimu!"BRAKKK!AKHHH! Baginda melesat, mencengkram leher pria itu sampai mem
Selamat membaca.Hosh!Aku menghembuskan nafasku kasar. Juga kaget, saat melihat mencoba keluar dari kubangan lumpur. Tunggu, kubangan lumpur. Bagaimana bisa aku ada disini "astaga!" Aku kebingungan juga kelelahan.Berbaring tepat di atas Padang rumput, dengan jalanan luas yang sepi. Menatap ke arah langit yang sama, tetapi udara dan suasana dari tempat ini. Sangatlah damai dan tenang, sejuk. Bahkan membuatku mengantuk di buatnya—pakaianku kotor, tapi yang aku pikirkan adalah dia yang terpisah jauh dariku.Lantas aku tersenyum sembari menutup mataku. "Aku merindukannya! Aku merindukan amarahnya!""Nona?" DEG! Aku membuka mataku lebar. Terkejut, saat melihat ke arah pria dan wanita yang sedang menatap ke arahku dengan alis mengerut sempurna—di belakang mereka, berdiri para prajurit. Dari pakaian, mungkinkah mereka adalah bangsawan?!***Kereta kuda, dalam perjalanan menuju tempat yang katanya disebut sebagai istana. Aku terdiam, saat duduk berhadapan dengan dua orang yang ternyata ad
Selamat membaca.Beberapa hari kemudian, aku diurus dan dirawat dengan sangat baik. Aku menunggu kedatangan Baginda atau seseorang yang akan menjemputku untuk pulang. Sebab raja dan ratu mengatakan padaku, kalau mereka sudah melaporkan keberadaanku pada Baginda. Meski membutuhkan beberapa hari lagi."Emabell?"Ratu Rah Esyca selalu baik padaku, begitu juga dengan yang mulia raja Herdian Laskaris. Mereka memperlakukanku seperti seorang yang sama seperti mereka. Bahkan membuatku melihat-lihat hewan-hewan dan berjalan-jalan setiap harinya untuk menyaksikan betapa hebatnya kerajaan ini daripada Utara yang penuh konflik!"Ya?" Aku menatap ke arah sang ratu, yang kupanggil sebagai ibu sesuai permintaannya. Begitu juga dengan sang Raja yang ku panggil layaknya, orang tuaku sendiri. "Ada kabar dari Baginda Darka?!""Belum sayang. Mungkin kurir yang ibu dan ayah kirim, kesusahan melewati perbatasan kerajaan.""Mengapa?""Rulyria adalah wilayah paling jauh dari barat, untuk sampai di Utara. K
Selamat membaca.Ketika matahari belum terbit, aku yang bermodalkan tekad dan percaya kalau Elydra akan membantuku lagi. Keluar dari kamar yang begitu megah ini, dengan berbagai hal yang tidak ingin ku bayangkan lagi setelah kunjungan itu.Dengan jubah hitam legam yang bisa menyamarkan posisiku, aku keluar dari jendela. Turun perlahan dari tembok istana, yang membuat jariku terluka cukup menyakitkan. Untungnya, aku selalu bisa kabur dan ahli dalam melarikan diri—struktur istana cukup familiar karena raja dan ratu juga sangat terbuka padaku.Hosh! Hosh! Hosh!Di gerbang, aku membekap mulutku sendiri saat melihat beberapa penjaga menggantung seseorang di atas tembok. Menunggu, mereka akhirnya pergi. Tetapi saat aku melihat wanita berpakaian pelayan itu, mataku melebar. "Dia?!" Pelayan menumpahkan minuman padaku waktu itu.Seekor hewan berbentuk seperti panda dengan warna hitam gelap menghampiriku, menarik kain baju bawahku. Untuk mendekat ke arah mayat itu. "Apa yang kau lakukan? Membaw