"Athalia, kamu masih perawan, kan? Jika kamu jadi teman tidurku selama satu bulan, kupastikan adikmu sembuh." Athalia terkejut mendengar ucapan Mahesa, sang atasan. Kelamnya masa lalu telah membentuk pria itu tak percaya dengan cinta. Tetapi, Athalia hadir dengan membawa segala ketulusan yang ia punya. Akankah Athalia mampu membuat Mahesa percaya bahwa cinta itu nyata?
View MoreSelesai membeli komik untuk koleksi Dirly, Athalia membeli beberapa buku pelajaran untuk bocah usia satu tahun. Dengan senang hati Dirly membantu membawakan buku-buku itu.“Sini, Dirly. Biar aku yang membawa buku-bukunya.” Athalia menjulurkan tangannya, hendak mengambil alih buku-buku dari tangan Dirly.Namun Dirly menggelengkan kepala seraya menjauhkannya dari jangkauan tangan Athalia.“Tidak perlu, biar aku saja yang membawanya.”“Kau yakin? Sejak tadi kau yang membawanya, apa kau tidak merasa keberatan?” Athalia menautkan kedua alisnya.Dirly nyengir lebar, sekali lagi kepalanya menggeleng. “Tentu saja tidak. Meskipun aku masih, tapi ototku sudah sekuat Papa,” ucapnya membanggakan diri.Athalia nyaris tersedak tawa, tapi kemudian ia mengangguk-anggukan kepala.“Oh, oke. Baiklah. Terserah kau saja kalau begitu.” dengan gemas, Athalia mengacak pelan rambut Dirly, membuat si empunya langsu
Pulang dari sekolah, Athalia dan Dirly langsung pergi ke toko buku.Sementara sopir menunggu di baseman, mereka menaiki lift, menuju lantai dimana ratusan rak buku berjejer di sana.Setelahnya pintu lift terbuka, Dirly langsung terperangah dan melompat keluar dari lift.“Dirly, hati-hati!” jantung Athalia nyaris dibuat copot, karena bocah itu berlari tanpa mempedulian tadi ia hampir tergelincir.Tapi saat Dirly sudah berjalan ke arah rak buku, Athalia mendesah lega dan tersenyum menggeleng-gelengkan kepala.“Hhh anak itu.” “Yeay! Aku dapat!” Dirly berhenti di depan sebuah rak, lalu mengambil salah satu buku dari sana.Athalia mempercepat langkah untuk mencaritahu buku apa yang diambil oleh tangan mungil itu.“Komik?” Athalia mengangkat sebelah alisnya.Dengan tanpa dosanya, Dirly menoleh dan mengangkat komik itu tinggi-tinggi, menunjukannya pada Athalia.“Ini komik o
Pagi ini, Athalia kembali datang ke rumah Dean. Ia telah selesai membantu Dirly memakaikan baju, juga menyisirkan rambutnya seperti kemarin.Kini, Athalia berdiri di samping kursi yang Dirly duduki. Mengoleskan selai kacang di atas setangkup roti dan meletakannya di atas piring milik Dirly.“Terima kasih!” mata Dirly terangkat, mengedip pada Athalia.Athalia tersenyum. “Sama-sama.”Dean pun diam-diam tersenyum melihat kehangatan dua orang di hadapannya.“Athalia, duduk di kursimu dan sarapan. Dirly, habiskan sarapanmu!”“Baik, Pa.” Dirly mengangguk.Athalia mendudukan dirinya di sebelah Dirly. Lalu mengalasi piringnya sendiri.Saat rotinya tinggal setengah, Dirly menjeda sarapannya sebentar, meraih gelas dan meneguk airnya, lalu menatap ke arah Dean yang duduk di seberangnya.“Pa!”“Hemm … ada apa?” Dean pun menghentikan sarapannya sebentar, sejenak memusa
Dengan dibalut kesunyian malam, Dean terbaring sendirian di tengah-tengah ranjangnya.Sengaja ia buka pintu balkon lebar-lebar, mempersilakan pada angin untuk menyeruak masuk mendinginkan malamnya.“Alma, sayangku.” Dean berucap lirih, mendekap sebuah foto di atas dadanya. Sedangkan matanya lurus menatap pada plafon kamar yang berkeluk rumit di atas sana.“Dia Athalia. Baby sitter baru untuk Dirly. Sejak pertama kali aku melihatnya, aku merasa seperti kembali pada waktu dimana saat pertemuan pertama kita. Dia sangat lembut, penyayang, juga senang pada anak kecil. Dia benar-benar mirip sepertimu. Sampai aku tidak tahu apa yang bisa kujadikan sebagai tanda dari perbedaan kalian.” Dean menarik napas dalam, lalu menghembuskannya pelan.Dean mengangkat foto itu dan menatapnya lekat. Terlihat wajah cantik Alma yang memenuhi indera penglihatannya.Wajah itu, wajah yang selalu membuatnya menyerukan kata rindu beberapa tahun belaka
Akan tetapi, tentu saja sebuah perjanjian berada di balik semua itu. Andai Mahesa memutuskan hubungannya dengan Kiran, maka Tuan Gwen tak akan berpikir dua kali untuk mencabut semua bantuannya pada Leuwis.“Entahlah, Pa. Aku lelah, ingin mandi dan tidur,” ucap Mahesa yang kalah dengan ucapan Leuwis.Baru saja Mahesa menapakkan kaki di anak tangga pertama, tiba-tiba ia menarik dirinya dan kembali menghadap Leuwis.“Kenapa?” Leuwis menatap heran. Seperti ada sesuatu yang hendak Mahesa katakan.“Aku hanya bingung. Mengapa dulu aku sampai jatuh cinta dan menjalin hubungan dengan Kiran? Padahal setelah aku tahu sifatnya sekarang, aku rasa itu tidak mungkin,” kata Mahesa mengerutkan dahinya.Sementara wajah Leuwis langsung salah tingkah.*** Dirly baru saja tertidur, Athalia tersenyum dan menaikan selimutnya hingga sebatas leher.Sesaat Athalia memandangi wajah polos itu saat sedang terlelap, ta
Mobil mewah keluaran eropa milik Dean berhenti tepat di depan pelataran restoran 'AlmaDirly' miliknya.Setelah memarkirkan mobilnya dengan rapi, Dean turun dan melangkah memasuki restoran itu.Tangannya masuk ke dalam saku celana kanannya, merogoh sesuatu dari sana."Aku belum memberitahu dia kalau sebentar lagi Dirly ulang tahun," gumam Dean sambil mengulum senyum tipis.Masuk ke dalam lift, Dean menekan tombol lift dan segera menempelkan ponselnya ke telinga kanan.Menunggu seseorang di ujung sana mengangkat panggilannya."Hallo, Mahesa! Maaf mengganggumu, apa kau sedang sibuk?" ternyata Dean menghubungi Mahesa."Tidak, kau sama sekali tidak menggangguku. Aku baru saja selesai menandatangi laporan. Ada apa, Dean? Aku tahu, jika kau menghubungiku, itu tandanya ada sesuatu yang penting." suara Mahesa terdengar dari seberang telpon."Kau benar, memang ada hal penting yang ingin kuberitahukan padamu. Karena kau tidak akan mungkin datang ke sini,
Pintu utama dari sebuah rumah yang megah itu terbuka lebar di kedua sisinya oleh security. Lantas dua orang yang tadi berdiri di depan pintu, kini melangkah masuk ke dalam.Dialah Athalia dan Dean.Sambil berjalan, Athalia mengedarkan pandangannya ke sekeliling bagian dalam rumah itu. Semua furniturenya terlihat mewah. Bisa dikatakan, rumah Dean tak kalah mewahnya dari rumah Tuan Leuwis yang pernah dilihatnya."Athalia, di sebelah sana kamarmu," tunjuk Dean pada pintu kamar yang letaknya tak jauh dari anak tangga. "Meskipun kau tidak menginap di sini, tapi kau bisa tidur siang atau beristirahat di sana saat Dirly sekolah," kata Dean.Athalia mengangguk pelan.Tidur siang?"Ikut aku, biar kutunjukan kamarnya." Dean melangkah lebih dulu, Athalia mengekor dari belakang.Kemudian tangan Dean membuka pintu kamar itu, Athalia sempat tertegun melihat kamar itu yang akan menjadi kamarnya.Pasalnya, menur
Athalia pulang ke rumah. Narsih langsung menyambutnya. Terlihat raut heran di wajahnya. Pasalnya, hari ini Athalia pulang lebih awal."Athalia, apa kau sakit?" Narsih bertanya ketika Athalia baru saja menghempaskan pantatnya di atas sofa ruang tengah.Tangan yang mulai keriput itu menyentuh di kening putrinya, tetapi tidak panas."Aku baik-baik saja, Bu.""Syukurlah, Ibu sudah khawatir karena kau pulang lebih awal. Takutnya kau tidak enak badan dan bossmu menyuruhmu pulang," ucap Narsih, lalu duduk di samping Athalia.Athalia menggeleng pelan, tersenyum kecil. Ibunya memang selalu secemas itu."Aku pulang lebih cepat memang karena bossku yang menyuruh." Athalia melepaskan tas selempangnya dari pundak, lalu menaruhnya di atas meja.Kedua alis Narsih mengernyit mendengar penuturan Athalia."Tapi bukan karena aku sedang tidak enak badan. Melainkan karena ... aku dipecat dari restoran," lanjut
"Apa, Pa?" Dirly bertanya, menatap pada kedua bola mata Dean dengan lamat.Dean tersenyum, lalu ia mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya dan menunjukkannya pada Dirly."Surprise!" seru Dean sambil mengangkat benda itu dengan kedua tangannya.Dirly tak bisa berkata-kata. Kejutan dari Dean membuatnya takjub.Bagaimana tidak? Dean memberikan sebuah pigura foto yang menampilkan foto Dirly saat masih bayi, lalu diedit dan dibuat seolah Dirly sedang digendong oleh Alma, ibunya."Ini Papa yang membuatnya sendiri?" tanya Dirly, menerima bingkai foto itu dari tangan Dean, lalu mengamatinya dengan menahan tangis.Dean mengangguk. "Ya, Papa yang membuatnya. Apa kau suka?"Dirly mengangguk cepat, mengusap sudut matanya dengan ujung jari. "Sangat. Aku sangat menyukainya. Ini aku waktu masih bayi, dan ini Mama sedang menggendongku. Papa, i'm happy. Thank you so much!" Dirly mendekap foto itu ke dadanya, lalu ia men
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.