Pintu penjara bawah tanah di pangkalan.Gian mengangkat dagunya berkata, "Buka pintu. Aku mau cari orang."Tentara bayaran yang menjaga gerbang sangat ketat, mereka berkata, "Tuan Besar sudah memberi tahu kami untuk melarang siapa pun masuk selain dia. Tuan Muda, kami juga hanya mengikuti perintah saja. Mohon jangan mempersulit kami."Dia menekan kepalan tangannya sambil berkata, "Belakangan ini tanganku terasa gatal dan ingin berlatih meninju. Kebetulan aku kekurangan target hidup. Kamu nggak mengizinkan aku masuk? Kalau begitu, kamu saja yang menjadi targetku berlatih."...Ekspresi tentara bayaran mulai berubah.Sekarang Tuan Besar sedang tidak di pangkalan.'Kalau Tuan Muda marah, dia bisa melemparku kapan saja ke hutan berkabut untuk dihukum.'Melihat tentara itu mulai tergoyahkan, Gian membisikkan, "Dengar kabar belakangan ini kedatangan beberapa tahanan wanita cantik? Aku sudah nggak tahan. Kita sesama pria, seharusnya kamu tahu apa yang kuharapkan. Biarkanlah aku masuk untuk me
Hati Hendra pun tersentuh.Namun, sekarang menyelamatkan Sisca lebih penting dari apa pun.Dia mengikuti Gian berjalan ke tempat yang lebih dalam.Di ruang tahanan nomor tujuh. Sisca tidur di atas kasur kecil dengan wajah yang memucat.Sebelah lengannya terkulai dengan lemah, kulit yang putih cerah terlihat beberapa bekas suntikan yang jelas.Hendra merasakan dadanya seperti ditusuk dan diaduh cepat oleh pisau.Dia semakin marah dan sakit ketika teringat Sisca terluka karena orang-orang tersebut."Buka pintunya!"Gian menggunakan alat untuk membuka kuncinya.Hendra buru-buru menghampirinya dan memeluknya. "Sisca, bangunlah!"Gian mengingatkan, "Langsung masukkan ke dalam karung saja. Sepertinya dia juga nggak akan bangun begitu cepat."Mereka berdua dengan cepat membawa Sisca.Hendra langsung memikul karung goni dan segera pergi bersama Gian.Ketika mereka melewati ruang tahanan 16 ....Hendra dengan tidak tega berkata, "Aku juga mau bawa dia.""Kamu baik sekali?"Gian merasa repot dan
Hendra dan Gian menggendong anak perempuan itu ke belakang dinding.Mereka sudah terjebak!Wanita yang mereka bawa dari penjara bawah tanah sudah ditembak Gian hingga terjatuh di sampung karung.Penjara bawah tanah sangat gelap, ditambahkan mereka sangat buru-buru, jadi Hendra pun tidak memerhatikannya.Di saat ini, enam wanita dengan penampilan yang sama berdiri di luar!Bentuk tubuh, gaya rambut, pakaian dan wajah mereka sama persis dengan Sisca!Meskipun Sisca bergabung di antara mereka, Hendra juga belum tentu bisa menemukan Sisca yang asli.Gian sangat kebingungan! Dia menanyakan Hendra yang bersembunyi di belakang dinding, "Yang mana Sisca yang asli?"Setelah Hendra melihat sekilas, dia berkata dengan yakin, "Nggak ada Sisca di antara mereka.""Kamu yakin? Kalau begitu, aku bunuh semuanya, ya! Kalau salah bunuh ...."Dor! Dor!Hendra duluan menembak!Melihat Hendra bereaksi, Gian langsung bersemangat menembak semua musuh di depannya.Dari enam tentara bayaran wanita yang bersembu
"Seorang Kakek."Anak perempuan itu juga tidak sanggup menyebutkan karakteristik lainnya.Meskipun anak itu menceritakannya, orang itu juga mungkin memakai topeng hingga wajah aslinya tidak terlihat.Sebelum pergi ke Kota Forta, Hendra menyuruh orang untuk mengantar Moonly dan anak perempuan itu ke Kota Sela.Moonly tidak ada waktu untuk mengurus anak kecil. Sebelum dia menemukan orang tua kandung anak itu, dia membawa anak itu ke Kediaman Ika.Hendra menyuruh Moonly untuk tidak memberi tahu Matthew tentang kasus kehilangan Sisca.Moonly pun mengatakan kalau dia memungut anak ini karena dia terpisah dari ayah dan ibunya dan menyuruh Caleb mencari orang tuanya.Angel tentu saja paling senang karena bisa mendapatkan teman.Anak perempuan itu sangat pendiam, dia tidak terlalu banyak berbicara saat barusan tiba di Kediaman Ika.Angel mengelilingi anak perempuan itu beberapa kali. Anak itu tidak berbicara dengan Angel, jadi Angel yang duluan menanyakan, "Siapa namamu? Berapa umurmu sekarang
Bel emas besar yang digantung di leher Lulu pun berbunyi.Ketika Felita mendengar suara bel, wajahnya langsung memucat, tatapannya tiba-tiba menjadi gelap! Dia bahkan langsung menjatuhkan Angel dan mencekik lehernya dengan kuat!"Uggh ...."Lulu melompat dengan kuat menjatuhkan Felita! Ketika Lulu menunjukkan taringnya untuk menggigit Felita ....Angel langsung menghentikannya dengan terengah-engah, "Lulu, jangan gigit dia!"Tidak lama kemudian, orang dewasa yang ada di bawah langsung buru-buru naik ke atas.Ketika Lulu melepaskan Felita, Felita lagi-lagi menyerang Angel seolah kesurupan.Angel segera berlari ke arah Caleb sambil berteriak, "Paman Besar! Tolong aku!"Sepasang mata Felita memerah seperti sudah gila!Caleb dengan cepat menangkap Felita.Beberapa saat kemudian, Felita pingsan seolah tubuhnya tidak tahan dengan emosional yang terlalu berlebihan.Angel mencengkeram celananya Caleb, dia bersembunyi di belakang Caleb, lalu menolehkan kepalanya bertanya, "Paman Besar, apa yang
Vonny mencandainya, "Iya, aku tahu, aku tahu. Kamu masih begitu kecil, kenapa mirip ayahmu suka memerintah orang? Kamu keluar dulu, ya. Aku mau berbicara sebentar dengan Felita."...Sebuah helikopter terbang melewati hutan lebat dan laut yang biru menuju Kota Forta.Kota Forta adalah sebuah pulau tersendiri.Letaknya dekat dengan pinggiran Negara Amara, tapi dia bukan termasuk bagian dari Negara Amara maupun Negara Marika. Kota ini sepanjang tahun dalam peperangan dan sudah menjadi hal yang normal bagi tentara bayaran beberapa kekuatan besar untuk membunuh dan membakar di tempat ini.Pada masa kejayaannya, tempat ini sangat makmur, tapi juga bisa jatuh miskin dalam semalaman karena sebuah peperangan.Tempat berjudi ilegal, pelelangan ilegal dan perdagangan manusia terjadi di tempat ini.Organisasi Etios mengajak mereka bertemu di tempat ini karena mau menutupi identitas dan kejahatan mereka.Helikopter mendarat.Jessy mendapat sebuah pesan, dia berkata, "Kak Hendra, Tuan Besar Organis
Kelompok Hendra dan kelompok Gian bertemu di lokasi paling tengah Kota Forta.Satu jam kemudian, pusat Kota Forta terjadi kerusuhan.Hujan peluru membuat semua warga di jalanan kabur seperti tikus yang panik.Dari gedung yang tidak terlalu jauh ....Tuan Besar, Royta menggunakan teropong melihat kondisi pertempuran mereka.Asap ada dimana-mana.Tuan Besar tertawa sambil menatap Sisca. "Menurutmu siapa yang akan menang di antara mereka?"Sisca yang berdiri di samping terlihat tidak ada ekspresi.Dia hanya berkata, "Menang, obat."Setelah mendengarnya, Royta terkejut kemudian tertawa terbahak-bahak seakan puas dengan reaksinya Sisca."Bagus! Di tengah kekacauan, hal yang terpenting adalah nyawa sendiri. Sekarang nyawamu ada di tanganku. Aku menyuruhmu ke kiri, maka kamu ke kiri. Kalau kamu berani ke kanan, maka kamu hanya akan mati."Sisca mengangguk bak robot berkata, "Baik."Royta lanjut bertanya, "Kalau yang menang adalah Hendra, aku menyuruhmu menembaknya, apa yang akan kamu lakukan?
Ternyata musuh yang sebenarnya selalu berada di sisinya.Niko berkata dengan panik, "Bos, sekarang amunisi kita nggak cukup. Mungkin saja si gila itu sudah membuat jebakan di seluruh Kota Forta untuk menangkap kita. Meskipun Gian memberikan kepala palsu, mungkin saja si gila itu akan segera mengetahuinya. Kita nggak punya waktu yang cukup untuk menyiapkan semuanya!"Hendra berpikir berkata, "Meskipun kita menyiapkan amunisi yang memenuhi seluruh helikopter sebelum datang, kemungkinan besar kita juga akan kehabisan. Kota Forta nggak kekurangan amunisi dan kekuatan. Kita boleh pinjam amunisi kalau nggak cukup."Niko dengan terkejut berkata, "Ke mana kita pinjam? Apa masih sempat?"Barusan Niko mengatakannya ....Sebuah pesawat tempur model V-35 terbaru yang punya kekuatan tempur luar biasa muncul di atas kepala mereka.Niko dan Jessy sangat tercengang."Apa mereka datang untuk membunuh kita?!"'Apakah perlu menggunakan mesin ini untuk membunuh kita saja?'Harus kuakui kalau lawan kita te