Share

Bab 41: Kamu dan Evan

Notifikasi surel dari Laras yang baru masuk mengeluarkan Satya dari segala pikiran buruk tentang takdir Tuhan. Tangannya meraih mouse dan menggerakkan kursor di layar laptop. Ia harus segera mengecek laporan keuangan dan mengukur potensi penjualan yang bisa digenjot untuk menambal kerugian karena kebakaran ini.

“Mas, air mandinya sudah siap.” Lintang muncul dari balik pintu, membawa handuk dan pakaian ganti. Ia duduk di samping Satya. Matanya tertuju pada layar laptop yang memunculkan deretan angka.

“Apa rencana Mas Satya selanjutnya?” Lintang menatap wajah lelah suaminya.

“Sedang aku pikirkan,” jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop.

“Ada yang bisa saya bantu?” Pertanyaan Lintang sebenarnya lebih mirip upaya bunuh diri karena ia buta dunia bisnis. Meski ia yakin akan bisa bergelut di dunia yang dulu sempat membesarkan nama orang tuanya karena semua bisa dipelajari, tetepi fokusnya saat ini masih terkonsentrasi di kampus. Memori otaknya belum menyediakan ruang untu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status