Share

29. Dia berbeda

"Santi, mana sarapannya?" tanyaku pagi itu. Santi terlihat masih menggeliat malas di tempat tidurnya.

Lagi-lagi aku hanya mengembuskan nafas kesalku. Ah, kenapa dia berbeda sekali sama Winda. Meskipun aku tak memperhatikan Winda tiap hari tetapi dia selalu bangun tiap jam 3 pagi lalu sholat dan melakukan tugasnya sebagai seorang istri serta ibu rumah tangga. Pagi-pagi ketika aku bangun, sarapan dan teh manis sudah tersedia di meja.

Aku melongok ke belakang, tumpukan pakaian kotor masih teronggok di sudut ruangan. Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Dia malas sekali. Ah, lebih baik aku pergi saja. Tapi apa yang harus kulakukan?

"Mas, kamu sudah bangun?" tanyanya ketika aku ingin pergi.

"Iya," jawabku singkat.

"Kamu mau kemana, mas?" tanya Santi lagi.

"Cari angin, sumpek di rumah terus," jawabku sekenanya.

"Jadi kamu sumpek lihat aku, mas!" tukasnya dengan ketus. Tak kupedulikan dirinya yang sedang marah.

"Mas!" bentaknya lagi.

Dia menghadang langkahku.

"Ya, ada apa?"

"Kenapa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status